Ratusan Ekor Babi Di TTS Mati, DPRD Belum Merespon
serangan virus Hog Cholera dan ASF berdampak pada anjloknya penjualan daging babi yang membuat pedagang daging babi merugi.
Penulis: Dion Kota | Editor: Rosalina Woso
Ratusan Ekor Babi Di TTS Mati, DPRD Belum Merespon
POS-KUPANG.COM|SOE -- Hingga awal Maret sebanyak 797 ekor babi di Kabupaten TTS mati diduga akibat serangan Hog Cholera dan ASF.
Namun hingga saat ini DPRD TTS, Khususnya komisi II yang bermitra dengan dinas peternakan belum memberikan respon apa pun.
Komisi II belum memanggil atau melakukan kunjungan kerja ke Dinas Peternakan guna mendapatkan penjelasan terkait kasus kematian babi di TTS.
Ketua komisi II DPRD TTS, Imanuel Olin tak menampik jika hingga saat ini pihaknya belum memanggil dinas peternakan atau melakukan sidak ke RPH dan tempat penjualan daging babi di Pasar Inpres Soe.
Dirinya berjanji Senin mendatang, Komisi II akan melakukan kunjungan kerja ke Dinas Peternakan dan melakukan sidak ke RPH dan tempat penjualan daging babi di pasar Inpres Soe guna mendengar penjelasan terkait kasus kematian babi di TTS dan dampaknya untuk pedagang daging babi.
Pasalnya, serangan virus Hog Cholera dan ASF berdampak pada anjloknya penjualan daging babi yang membuat pedagang daging babi merugi.
"Sebenarnya kita mau panggil dinas peternakan kemarin, tetapi teman-teman lain sedang berada di Kupang. Jadi kita rencana hari Senin kita akan sidak dan lakukan kunjungan kerja ke dinas peternakan," janji Olin saat dihubungi pos kupang.com, Sabtu (7/3/2020) sore.
Dirinya menyayangkan kasus kematian babi yang sudah mencapai angka ratusan ekor tersebut. Pasal serang virus Hog Cholera dan ASF menjadi pukulan bagi para peternak babi dan penjual daging babi.
"Kita berharap pemerintah bisa segera mencari solusi untuk memutus serangan virus Hog Cholera dan ASF di kabupaten TTS. Jika tidak, peternak babi akan semakin merugi," ujarnya.
Bupati TTS, Egusem Piether Tahun yang dihubungi terpisah menjelaskan, hingga awal September, 797 ekor babi dilaporkan mati diduga akut serangan virus Hog Cholera dan ASF. 289 ekor babi diketahui sakit dan saat ini telah mendapatkan penanganan dari petugas dinas peternakan.
Bupati Tahun mengaku, Pemda tidak bisa berbuat banyak menghadapi serangan virus tahun ini. Dirinya berharap, badai serangan virus pada babi bisa cepat berlalu.
"Serangan virus pada babi tahun ini membuat para peternak cukup terpukul. Saya sudah minta peternakan untuk secepatnya melakukan penanganan, tetapi jumlah babi yang mati memang cukup banyak," sebutnya.
Diberitakan pos kupang. com sebelumnya, Bupati TTS, Egusem Piether Tahun mengaku, dirinya sudah mengecek langsung kasus kematian babi yang diduga akibat serangan penyakit Hog Cholera dan
African Swine Fever (ASF) ke beberapa camat.
• Perkuat Program Sikomandan, BBPP Kupang Gelar Pelatihan Teknis Manajemen Hijauan Pakan Ternak
• Ini Dia 6 Zodiak yang Paling Jago Tukang Bohong, Waspada Jangan Sampai Tertipu! Scorpio Teratas
• Ayu Dewi Bongkar Kegenitan Raffi Ahmad, Sempat Usaha Dekati Luna Maya Ketahuan Beli Dompet Branded
• Rayuan Aurel Hermansyah Bikin Muka Atta Halilintar Memerah, Tak Mau Kalah dari Anang Ashanty?
Di kecamatan Oenino missalnya, sejak Januari hingga awal Maret tercatat sudah 100 lebih ternak babi milik masyarakat yang mati diduga akibat diserang Hog Cholera atau ASF.
Kepada masyarakat, Bupati berkaca mata ini menghimbau agar tidak mengkomsumsi daging babi yang mati akibat terserang penyakit Hog Cholera atau ASF. Bangkai babi tersebut harus dikuburkan agar penyakit yang sama tidak menjangkit ke ternak babi lainnya.(Laporan Reporter Pos Kupang.Com, Dion Kota)