30 Ribu Warga NTT Manfaatkan Fintech, Pinjam Uang Secara Online
Sebanyak 30 ribu warga NTT memanfaatkan Fintech, bisa Pinjam uang secara Online
Sebanyak 30 ribu warga NTT memanfaatkan Fintech, bisa Pinjam uang secara Online
POS-KUPANG.COM | KUPANG -Realisasi pinjaman dana secara online oleh perusahaan fintech peer to peer lending untuk masyarakat NTT mencapai Rp 100 miliar. Sedangkan jumlah penggunanya 30 ribu. Jumlah ini lebih kecil dari penyaluran secara nasional yang mencapai Rp 90 miliar dengan pengguna 20-an juta.
Financial technology atau Fintech adalah inovasi di bidang jasa keuangan. Fintech memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk mengakses produk keuangan sehingga transaksi menjadi lebih praktis dan efektif.
Direktur Pengaturan, Perizinan dna Pengawasan Financial Technology pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTT, Hendrikus Passagi menyebut ada 164 Fintech lending terdaftar di OJK.
Namun karena ada pelanggaran sehingga tiga fintech dicabut izin tanda daftarnya, tersisa 161 Fintech.
"Sepanjang tahun 2017 sampai 2020 sudah ada 15 Fintech peer to peer lending yang dicabut tanda daftarnya. Bisa jadi penyebabnya dari laporan masyarakat ataupun kinerja yang buruk. Kami sangat tegas dalam bertindak," kata Hendrikus di FinEast 2020 di Aston Kupang Hotel, Jumat (28/2/2020).
• Pakaian ABK World Dream Dibakar
FinEast 2020 diselenggarakan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). Kegiatan selama dua hari, dimulai Kamis (27/2) diisi dengan berbagai acara, di antaranya Talkshow, exhibition, entertainment dan penandatanganan memorandum of understanding (MoU).
Selain mahasiswa, acara juga dihadiri Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM). FinEast terselenggara atas kerjasama AFPI dengan OJK, BNI 46, ASLI RI, Sinarmas, Danamas, TunaiKita, Trustingsocial, Instamoney.co dan Fintag.
Hendrikus mengatakan, fintech bisa dimanfaatkan untuk pendanaan UMKM. Peluang untuk memperoleh alternatif pendanaan UMKM ini, pemanfaatannya masih sangat kecil di NTT.
"Rendahnya pemanfaatan oleh pelaku usaha di NTT karena kurangnya sosialisasi. Mudah-mudahan kehadiran AFPI dan OJK bisa meningkatkan pengguna layanan jasa fintech peer to peer lending," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Sunu Widyatmoko menambahkan, untuk NTT, pencairan dana melalui jasa Fintech baru Rp 100 miliar atau 0,1 persen dari Rp 90 triliun secara nasional. Padahal pertumbuhan ekonomi NTT 5,2 persen.
"Ini ada peluang besar yang harus lebih fokus di wilayah NTT, dari sisi produktif dengan UMKM. Tren UMKM tidak bisa 100 persen online harus ada offline seperti tatap muka, sehingga kita perlu hadir untuk memperkenalkan industri fintech lending pada masyarakat Kupang. Kami datang beserta anggota dengan jumlahnya lebih dari 100 dengan fokus pendanaan yang berbeda-beda," kata Sunu.
Menurut Sunu, AFPI mengundang seluruh anggota hadir untuk mencoba menjajaki potensi kerja sama dengan UMKM dan perbankan, mencoba bentuk kolaborasi dalam upaya meningkatkan penyaluran lewat fintech pear to pear lending.
Sunu mengatakan, kegiatan FinEast 2020 sebagai batu loncatan untuk menjajaki potensi kerja sama dengan NTT.
Ia menegaskan, untuk bisa melompat dalam kemajuan ekonomi maka harus merangkul teknologi.
"Fintech itu merupakan potensi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di NTT. Kita ingin membuktikan bahwa teknologi bisa menerobos keterbatasan demografis, karena fintech lending hanya membutuhkan akses internet dan rekening," tandas Sunu.
Ia menegaskan, pemberian pinjaman harus transparan dan tidak ada perhitungan yang membebankan. Sunu menyebutkan 25 dari 161 anggota AFPI sudah berizin, selebihnya dalam proses perizinan.
Sunu memberikan alasan FinEast 2020 digelar di Kupang. Menurutnya, tingkat penyaluran pinjaman fintech lending masih kecil, yakni Rp 105,67 miliar atau 0,13 persen dari total penyaluran nasional Rp 81,49 triliun. "Angka ini berdasarkan data OJK per Desember 2019," sebutnya.
Adapun penyaluran pinjaman di luar Pulau Jawa termasuk di Kupang mencapai Rp 11,67 triliun atau 14,32 persen dari total nasional. Sedangkan penyaluran di Pulau Jawa sendiri mencapai Rp 69,82 triliun atau 85,68 persen dari total nasional.
Selain itu, lanjut Sunu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto NTT tahun 2019 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 106,89 triliun atau 2,65 persen dari PDB Indonesia Rp 4.018,8 triliun.
"Ekonomi NTT tumbuh 5,20 persen. Pertumbuhan ekonomi NTT ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,02 persen sepanjang 2019. Perekonomian NTT ini berpotensi untuk terus bertumbuh, dan perlu terus didukung khususnya untuk sektor UMKM," katanya.
AFPI mencatat, kata Sunu, kebutuhan pembiayaan bagi UMKM nasional mencapai Rp 1.600 triliun setiap tahun. Namun lembaga keuangan konvensional hanya mampu menyalurkan Rp 600 triliun tiap tahun. "Inilah peluang yang bisa dimanfaatkan oleh penyelenggara fintech lending," tuturnya.
Kepala Humas dan Hubungan Kelembagaan AFPI Tumbur Pardede menambahkan, beberapa penyelenggara tekfin melakukan penandatanganan kesepakatan (MoU) dengan pelaku UMKM, bank daerah, dan koperasi.
"Kerja sama ini diharapkan dapat mendukung permodalan di sektor UMKM serta solusi keuangan bagi masyarakat unbanked dan underserved. Dengan semakin banyak anggota AFPI yang bersinergi dengan pelaku usaha dan jasa keuangan daerah tentu akan mempercepat dan memperluas akses pembiayaan ke masyarakat di seluruh daerah," kata Tumbur.
Literasi Keuangan Digital
Presiden Direktur PT Digital Alpha Indonesia (UangTeman), Aidil Zulkifli mengatakan, UangTeman sebagai pionir fintech peer to peer lending di Indonesia mendukung langkah AFPI dalam mensosialisasikan literasi keuangan kepada masyarakat terkait layanan keuangan digital di Indonesia Timur melalui acara FinEast 2020.
Menurut Aidil kegiatan yang dilakukan AFPI bersama para penyelenggara, salah satunya UangTeman, sejalan dengan arahan OJK untuk terus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan.
"Indonesia Timur, termasuk Kupang, adalah salah satu wilayah yang mempunyai potensi besar, terutama untuk industri fintech lending karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan akses layanan keuangan serta mempunyai perkembangan mikro bisnis yang pesat," ujar Aidil di Kupang, Kamis (27/2/2020).
"Cara yang efektif untuk menjangkau masyarakat NTT adalah melalui saluran digital di mana fintech dapat dengan mudah diakses," katanya.
NTT menjadi salah satu provinsi yang potensial dalam penetrasi keuangan digital di Indonesia Timur.
Aidil menjelaskan, FinEast 2020 menjadi sarana edukasi masyarakat untuk mendapatkan ilmu dan akses keuangan untuk berkembang, khususnya UMKM, usaha rintisan, dan para karyawan yang mempunyai mimpi besar.
SVP Head of Corporate Affairs UangTeman Roberto Sumabrata mengatakan, UangTeman siap untuk terus berperan aktif sebagai mitra tepercaya masyarakat yang bisa memberikan solusi layanan keuangan untuk kebutuhan keuangan masyarakat melalui pinjaman yang bertanggung jawab.
"UangTeman mengapresiasi pemerintah dan masyarakat NTT yang sangat antusias menyambut acara FinEast ini. UangTeman tentunya akan menggunakan momentum ini untuk melihat potensi bisnis Fintech Lending di NTT dan terus mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia Timur," kata Roberto. (yen/hh)