Gubernur NTT Minta GKS Ikut Berperan Turunkan Stunting
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat meminta Gereja Kristen Sumba (GKS) agar turut berperan menurunkan angka stunting di NTT. Angka stunt
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
• BREAKING NEWS: 7 Warga Bokong Alami Gejala Keracunan Usai Konsumsi Daging Babi
POS-KUPANG.COM/KUPANG - Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat meminta Gereja Kristen Sumba (GKS) agar turut berperan menurunkan angka stunting di NTT. Angka stunting di NTT saat ini masih di angka 42 persen.
Hal ini disampaikan Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si, Jumat (28/2/2020).
Menurut Marius, Gubernur NTT menyampaikan hal itu ketika melakukan kunjungan kerja ke Pulau Sumba, Kamis (27/2/2020).
Kunjungan kerja pertama dilakukan di Kabupaten Sumba Timur dan digelar tatap muka bersama Bupati Sumba Timur, Ketua DPRD Sumba Timur, Forkompimda, para Pimpinan OPD,para Camat, Kepala Desa, Lurah, Tenaga Pendidikan, Tenaga kesehatan se -Kabupaten Sumba Timur dan Pimpinan OPD Provinsi NTT.
Acara ini dilakukan di lokasinWisata Pantai Londalima di Desa Kuta, Kecamatan Kanatang.
"Jadi kunjungan kerja bapak gubernur ini sama seperti yang telah dilakukan di daratan Timor beberapa waktu lalu. Saat berada di Sumba Timur, bapak gubernur meminta agar GKS harus berperan juga dalam mengurangi stunting di NTT," kata Marius.
Dijelaskan, jika di Timor ada GMIT, maka di Sumba dikenal dengan GKS, sehingga peran lembaga agama ini dapat membantu mengatasi persoalan di masyarakat. "Jadi tentu, bukan saja GMIT atau GKS , tapi semua lembaga agama, semua elemen dan staholder harus bersama bekerja mengatasi persoalan di NTT. Beberapa persoalan itu, yakni stunting, kemiskinan dan juga masalah pendidikan," katanya.
Marius mengatakan, pada acara itu, Gubernur Viktor tidak henti-hentinya menyerukan agar semua pihak harus berperan mengatasi persoalan kimiskinan,pendidikan dan stunting di NTT.
Dikatakan, angka kemiskinan di NTT masih bercokol di atas angka 21 persen, sedangkan angka stunting yang masih tinggi , yaitu 42 persen. Selain itu mutu pendidikan yang masih rendah sehingga harus segera diatasi.
"Tidak ada cara lain selain komitmen dan kerja keras dari semua pihak," ujarnya.