News

Warga Sikka Masa Bodoh Berantas Sarang Nyamuk, Demam Berdarah Sudah Renggut Empat Nyawa, Sedih!

Dokter Mario Nara, Sp.A, memastikan adanya korban keempat penyakit demam berdarah dengue (DBD) meninggal di RSUD Maumere, Rabu (5/2).

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/Eginius Mo'a
Dokter spesialis anak, dr.Mario Nara,Sp.A, memeriksa pasien DBD dirawat di ruang anak RSUD dr.TC.Hillers Maumere, Pulau Flores,Senin (27/1/2020). 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Egy Moa

POS KUPANG, COM, MAUMERE  - Spesialis anak RSUD TC Hillers Maumere, dr. Mario Nara, Sp.A, memastikan adanya korban keempat penyakit demam berdarah dengue (DBD) meninggal di RSUD Maumere, Rabu (5/2).

Korban bayi berusia enam bulan, Adrianus Tani Wangge, berdomisili di Waidoko, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat.

"Ada satu anak (meninggal) usia 6 bulan dirawat karena DBD grade 2 dan bronkopnemonia (infeksi paru)," tulis Mario Nara dalam pesan WhatsApp, Kamis (6/2) malam.

Dijelaskannya, pasien DBD ini menginap di Ruang Dahlia. Kali pertama masuk, demikian Mario, kondisinya lemah dan mengalami batuk. Yang membuat kondisi korban makin memburuk karena infeksi paru-paru.

Di hari yang sama, Rabu (5/2), di RS Sta. Elisabeth Lela, Feradensia Akulia Trifena (11) menghembuskan nafas terakhir karena DBD. Warga Detubinga, Kecamatan Tanawawo, ini masuk RS dalam kondisi shock.

Korban pertama Elisabeth Marsela (1,7) meninggal Selasa (6/1) di RSUD TC Hillers Maumere, disusul Yohanes Yuliano Putra Bang (2,7) meninggal Selasa (21/1) dini hari di RSUD TC Hillers Maumere.

Pemerintah daerah setempat telah menetapkan DBD sebagai kejadian luar biasa (KLB) sejak 22 Januari 2020. Sampai hari Kamis (6/2) siang sebanyak 405 warga Sikka terkena DBD berasal dari 18 kecamatan di Sikka.

Sampai Kamis (6/2) tercatat 48 pasien DBD dirawat di RSUD TC Hillers Maumere. Sebanyak 35 pasien dirawat di Ruang Melati, tiga pasien di Paviliun, empat pasien di Ruang Mawar dan enam pasien di Ruang Flamboyan.

Serangan penyakit DBD di Sikka tidak sejalan dengan kesadaran warga menjaga kebersihan lingkungan.
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang digerakkan oleh petugas Dinas Kesehatan Sikka dan stakeholder yang lain tidak sejalan dengan respons masyarakat.

Warga masa bodoh terlibat langsung bergotongroyong melakukan bakti sosial dan mengganggap PSN menjadi tanggung jawab pemerintah.

"Paling jelek respons diterima petugas kesehatan di Kecamatan Magepanda. Warga sangat apatis, menyebut PSN kerja mereka yang telah digaji. Ini kan buruk sekali," keluh Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Sikka, Petrus Herlemus, kepada wartawan di Maumere, Rabu (5/2).

Petrus menyebut yang terlibat bakti sosial di Magepanda didominasi aparat pemerintah dan petugas kesehatan. Warga menjadi penonton ketika diadakan kerja bakti.

Padahal DBD di Magepanda berkecamuk sejak awal Januari sampai saat ini paling tinggi di Sikka.

Petrus justru memuji semangat gotongroyong warga Kecamatan Nita. Dari pemerintah kecamatan, desa, petugas kesehatan dan warga bahu-membahu melakukan PSN dan 4M Plus.

"Warga punya kesadaran bahwa demam berdarah harus diatasi bersama-sama melibatkan semua warga. Cara paling efektif menghentikan penularan DBD membasmi sarang nyamuknya. Kalau semua orang punya kesadaran yang sama, DBD menjadi masalah bersama, saya optimistis bisa teratasi segera," imbuh Petrus. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved