News
Dampak Kemarau Melanda NTT, Tony Basuki Sebut Penurunan Produksi Bisa Mencapai 60 Persen, Bahaya!
Peneliti Sumberdaya Pertanian pada BPTP NTT, Dr. Tony Basuki, belum memastikan kapan musim hujan berakhir.
Penulis: Edy Hayong | Editor: Benny Dasman
Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Edy Hayong
POS KUPANG, COM, OELAMASI - Peneliti Sumberdaya Pertanian pada BPTP NTT, Dr. Tony Basuki, belum memastikan kapan musim hujan berakhir.
Apabila hujan berhenti pada akhir Maret atau awal April, maka pertanaman yang ditanam pada pertengahan atau akhir Januari akan berisiko mengalami kekeringan.
Dengan kondisi ini, maka diasumsikan terjadi penurunan produksi bisa mencapai 60 persen dan terjadi puso.
Kepada Pos Kupang di Naibonat, Kamis (6/2), Tony Basuki mengakui musim tanam (MT) saat ini telah mengalami pergeseran waktu tanam lebih dari sebulan. Jika kondisi normal, waktu tanam biasanya antara akhir November sampai pertengahan Desember.
Tetapi kali ini, jelas Tony, sebagian besar wilayah di NTT waktu tanam komoditas lahan kering jatuh pertengahan Januari, bahkan masih ada petani di wilayah tertentu di Timor dan Sumba belum menanam. Semua ini merupakan konsekuensi dari gangguan curah hujan yang minus.
"Kalau lihat kondisi sekarang, akan terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah penurunan produksi bisa mencapai 60 persen dan kemungkinan kedua adalah puso. Ini didasarkan atas gangguan hujan tersebut tetapi akhir musim hujan berhenti seperti biasa, yaitu jatuh akhir Maret," katanya.
Untuk itu, kata Tony, petani perlu memanfaatkan komoditas umur pendek dan tahan kering seperti kacang hijau. Selain itu, petani memanfaatkan sumber air dengan usahatani aneka sayuran.
"Pemerintah segera berkoordinasi lintas sektoral untuk menghasilkan kebijakan strategi ketahanan pangan. Rumusan strategi ketahanan pangan yang sudah ada dimiliki pemerintah melalui pendekatan teknis," tambahnya.
Sebelumnya, Fraksi PDI Perjuangan DPRD NTT mengingatkan pemerintahan Gubernur Viktor Laiskodat terkait adanya ancaman kelaparan yang diperkirakan akan melanda sejumlah wilayah dalam tahun ini.
"Informasi curah hujan dari BMKG, pengamatan para pakar, dan juga kondisi yang terpantau langsung di lapangan, telah meyakinkan bahwa ancaman kelaparan sudah di depan mata dan ini tidak bisa biarkan," kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD NTT, Yunus Takandewa, di Kupang, Minggu (26/1).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan keluhan para petani di sejumlah daerah di NTT yang mengatakan bahwa curah hujan tahun ini sangat kurang sehingga tidak bisa bercocok tanam. Bahkan, ada petani yang sudah menanam pun tidak bisa tumbuh dengan baik karena minim curah hujan. *