Provinsi NTT Harus Lahirkan Petani Milenial yang Sukses

Jangan bicara swasembada daging protein hewani lemak kalau kerja biasa-biasa saja. Kita tidak boleh lagi tergantung pada impor

Penulis: Edy Hayong | Editor: Rosalina Woso
FOTO : Edi Hayong
Kepala Badan BPPSDMP Kementrian Pertanian RI, Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M. Agr, saat memberikan arahan di BBPP Kupang, Jumat (7/2). 

Provinsi NTT Harus Melahirkan Petani Milenial yang Sukses

POS-KUPANG.COM I NOELBAKI---Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian ( BPPSDMP), Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M. Agr, secara khusus menyambangi BBPP Kupang.

Dalam tatap muka selama sejam itu, Dedy mendorong pemerintah NTT melalui petugas dan penyuluh pertanian di daerah ini, agar bisa melahirkan petani milenial yang sukses.

Dedy Nursyamsi dalam arahannya di depan sekitar 90 petugas dan penyuluh pertanian juga pimpinan dan staf BBPP Kupang, Jumat (7/2) menyampaikan motivasi dalam upaya bersama meraih swasembada protein hewani.

Dirinya menggarisbawahi harapan Menteri Pertanian melalui Program Kostratani karena cita-cita yang ingin dicapai agar melalui pertanian mampu menyediakan kebutuhan pangan bagi 276 juta jiwa rakyat Indonesia. Selain itu, meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan ekspor.

Menurutnya, Menteri Pertanian mewajibkan semua pihak menyiapkan stok pangan agar tidak boleh ada kelaparan di Indonesia.

"Ini tantangan kita soal menyiapkan sumber hayati protein hewani berasal dari ternak. Dulu kita sudah swasembada pangan beras karbohidrat. Sedangkan hewani belum swasembada. Tugas kita sekarang menyediakan protein hewan. Tugas yang strategis dan luar biasa. Untuk meraih cita- cita tidak bisa capai dengan cara biasa saja tapi harus luar biasa," tegasnya.

Yang paling terdepan, katanya, dalam hal eksekutor pertanian adalah penyuluh peternakan, pengawasan bibit ternak harus bekerja luar biasa.

"Jangan bicara swasembada daging protein hewani lemak kalau kerja biasa-biasa saja. Kita tidak boleh lagi tergantung pada impor," ujarnya.

Dirinya mencontohkan bawang putih kita impor 80 persen. Jika kebutuhan daging juga impor maka walahualam. Semua berupaya meningkatkan produktitifas daging. Untuk menggapai itu maka sarana prasana budidaya ternak kandang, pakan,
Inovasi teknologi bagaimana merawat pedet, penggemukan sapi harus dilakukan dengan luar biasa.

"Bagaimana cara gemukan sapi, domba kerbau kambing, salah satunya Pola IB. Saya lihat di beberapa daerah di luar NTT, Pedet yang baru lahir bisa mencapai berat 62 kilogram. Lonjakan besar kalau dua tahun bisa 2 ton. Ini saya kira di NTT juga bisa," katanya.

Mentan dengan program Kostrani hingga ke kecamatan, lanjutnya, dimaksudkan dengan memanfaatkan informasi berbasis teknologi. Penyuluh pertanian, peternakan, poskeswan, harus bekerja keras.

"Dulu pola tanam, petik dan buang tapi sekarang paradigma itu dirubah. Jangan dibuang tapi diolah untuk kepentingan bisnis. Saya harapkan penyuluh dorong petani milenial di NTT yang mampu menghasilkan ternak sapi untuk bisa diekspor. Di Jawa ada petani milenial dari daun singkong saja mampu ekspor hingga ke Arab Saudi," tambahnya.

Link Live Streaming Liga Inggris Malam Ini, Everton vs Crystal Palace, Manchester City vs West Ham

Duh, Rocky Gerung Mendadak Gagap Tak Bisa Jawab saat Ditodong Pertanyaan ini, Kalang Kabut

Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan ( BBPP) Kupang, Drh. Bambang Haryanto, MM menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran Kepala BPPSDMP. Dirinya menyakini dengan motivasi yang diberikan dapat mendorong petugas dan penyuluh pertanian di NTT akan bekerja keras dalam upaya menggapai swasembada daging nanti.(Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Edi Hayong)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved