Kematian Anselmus Wora di Ende, TPDI Duga Kekuatiran Masyarakat Ada Pihak Ingin Kaburkan Otopsi
terjadi kemajuan dalam cara pandang masyarakat adat termasuk di Kabupaten Ende yang mulai membuka diri menerima otopsi jenazah
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Rosalina Woso
Kematian Anselmus Wora di Ende - TPDI Duga Kekuatiran Masyarakat Ada Pihak Ingin Kaburkan Otopsi
POS-KUPANG.COM|KUPANG -- Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) menduga saat ini ada kekuatiran masyarakat bahwa ada pihak tertentu yang inginengaburkan hasil otopsi terhadap jenazah Anselmus Wora. Anselmus adalah salah satu ASN di Kabupaten Ende, Provinsi NTT.
Hal ini disampaikan Koordinator TPDI ,Petrus Selestinus melalui rilisnya, Kamis (6/2/2020).
Menurut Petrus, Tim Dokter Laboratorium Forensik Polri Cabang Denpasar, Bali telah menggali kembali kuburan jenazah almarhum, Anselmus Wora. Penggalian kuburan jenazah dilakukan dalam rangka autopsi, setelah sebelumnya Keluarga menolak dengan alasan tradisi budaya.
Namun, penyidik beralasan untuk kebutuhan proses hukum sesuai ketentuan pasal 133 KUHAP, untuk kepentingan peradilan.
Dijelaskan, kekuatiran masyarakat Kota Ende, Keluarga Almarhum Anselmus Wora dan warga NTT Diaspora yang tergabung dalam Garda NTT di Jakata, bahwa kemungkinan terjadi pemutarbalikan hasil otopsi, misalnya dari sebab kematian karena kekerasa tumpul, diputarbalikan menjadi kematian karena serangan jantung atau sebab lain di luar dugaan kejahatan pembunuhan.
"Karena meskipun hasil otopsi sudah diserahkan kepada Penyidik Polda NTT, namun hingga saat ini belum diumumkan, terkesan ada sesuatu yang dicoba ditutup-tutupi dan sedang dicari alasan pembenarannya," kata Petrus.
Advokat Peradi ini mengatakan, dalam mengungkap kasus kematian tertentu Penyidik memerlukan autopsi dan untuk autopsi, Penyidik sangat bergantung kepada kerjasama dan saling pengertian antara keluarga korban, warga masyarakat setempat dan polisi.
"Dalam kasus kematian almarhum Anselmus Wora juga demikian, di mana antara keluarga Almarhum Anselmus Wora dengan penyidik, terjadi kesepakatan untuk dilakukan otopsi guna mengungkap sebab-sebab kematian secara pasti, meskipun publik meyakini bahwa almarhum Anselmus Wora mati karena dibunuh," katanya.
Dikatakan, bagi masyarakat NTT, otopsi adalah sebuah peristiwa langka, karena hampir setiap ada peristiwa kematian, keluarga selalu mengedepankan upacara penguburan secara agama dan adat.
"Sementara secara budaya otopsi ditabukan melalui rambu-rambu adat karena dianggap tidak sesuai dengan kultur masyarakat. Namun akhir-akhir ini sudah terjadi kemajuan dalam cara pandang masyarakat adat termasuk di Kabupaten Ende yang mulai membuka diri menerima otopsi jenazah seseorang," ujarnya.
Otopsi Untuk Perkuat Bukti
Petrus juga mengatakan, penyidikan sudah berjalan selama empat bulan,namun belum membuahkan hasil terutama untuk memastikan sebab-sebab kematian.
"Padahal polisi sudah melakukan olah TKP, menyita sejumlah barang bukti yang diperoleh dari olah TKP, petunjuk-petunjuk berdasarkan hasil rekonstruksi, Investigasi melalui alat komunikasi Elektronik (ITE) milik almarhum, Anselmus Wora dengan pihak lain serta keterangan 35 Saksi," kata Petrus.
Karena itu,lanjutnya, penyidik dalam tim gabungan perlu hati-hati dalam menggunakan hasil otopsi, karena otopsi ini sesungguhnya hanya untuk memastikan sebab-sebab kematian berdasarkan bukti-bukti yang sudah dimiliki Penyidik sebelum diotopsi.
Dikatakan, jangan sampai hasil otopsi ini lantas mementahkan hasil penyidikan yang sudah berjalan selama empat bulan.
• Peserta Testing CPNS di Mabar Rabu 5 Februari 2020 yang Lolos Passing Grade, Berikut Nama-Namanya
• Simak Kisah Kapolsek Raimanuk Dalam Upaya Menangkap Pelaku Pegancaman Penikaman Pastor
"Jangan sampai otopsi menajdi berita buruk bagi keluarga Almarhum Anselmus Wora dan masyarakat Kota Ende dan Garda NTT di Jakarta yang saat ini mengadvokasi penyidikan kasus ini terkait otopsi yang tidak kunjung diumumkan," ujarnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)