Kisah Penyelamatan Aldo Making Dari Gigitan Ular Mematikan di Lembata: Obat Dibawa Dari Thailand
Kondis Aldo pun kemudian berangsur membaik. Tidak ada lagi pendarahan, tidak menderita demam dan sudah stabil.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso

Dramatis, Kisah Penyelamatan Aldo Making Dari Gigitan Ular Mematikan di Lembata: Obat Dibawa Dari Thailand Sampai Lembata
POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Aldo Making (12), dipagut ular mematikan jenis Daboia ruselli simanensis saat menggembala sapi di dekat kebun ayahnya di Desa Muroona, Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata pada Selasa (14/1/2020) sekitar pukul 17.30 Wita.
Ular langka dengan panjang sekitar 40 cm bercorak hitam kecokelatan itu oleh warga setempat biasa disebut keramek.
Saat dibawa ke UGD RSUD Lewoleba, kondisi kesehatan Aldo memburuk dan dalam situasi kritis.
Dokter PTT RSUD Lewoleba, dr Maria Natalia Indawati Lelaona menceritakan gigitan ular dengan bisa mematikan ini memang tidak langsung menimbulkan keluhan sehingga pada setelah dipagut Aldo masih sempat melanjutkan aktivitasnya mengikat sapi.
Dokter yang akrab disapa Natalia ini mengatakan ular yang menggigit kaki kiri bagian tumit bocah kelas VI SDI Muroona ini memang tipe ular yang sangat berbisa dan mematikan. Ular itu pun hanya satu kali memagut sehingga setelah 45 menit baru efeknya terasa.
Saat dibawa ke UGD RSUD Lewoleba, Aldo mengalami muntah darah, nyeri pada bagian bekas gigitan, lemas, keringat dingin dan menggigil.
"Sampai di UGD memang kondisinya agak jelek, soalnya pendarahannya aktif kan, dia muntah darah, kemudian kita coba pasang selang namanya NGT, itu muncul darah juga, kemudian demam sampai penurunan kesadaran," ungkap dr Natalia saat dihubungi, Sabtu (25/1/2020).
Natalia mengakui saat itu kondisi Aldo memang sangat kritis. Kemudian, dia mengatakan saat masih menjadi dokter di Pulau Jawa, dia mengenal dr Tri Maharani yang merupakan ahli toxikologi bagian racun hewan berbisa dan tanaman berbahaya.
"Dulu waktu kerja di RS Petrokimia Gresik saya punya dokter pembimbing beritahu kalau saya kerja di daerah sebaiknya simpan nomor dr Tri Maharani. Supaya kalau sewaktu-waktu ada pasien dengan gigitan ular langsung kontak ke beliau," kata Natalia.
Dia pun langsung menghubungi dr Tri Maharani dan melaporkan kondisi terkini Aldo Making termasuk jenis ular yang memagut Aldo.
Kepala Instalasi Gawat Darurat RS Daha Husada Kediri, Jawa Timur itu memberitahukan kepada dr Natalia kalau ular itu sangat berbisa dan satu-satunya obatnya adalah anti venom atau anti racun. Anti venomnya pun hanya bisa didapatkan di dua negara yakni negara Thailand dan Taiwan.
Kata Natalia, dr Tri Maharani langsung pergi ke Jakarta untuk bertemu dengan salah satu dirjen di Kemenkes dan salah satu staf menteri guna meminta bantuan pergi ke Bangkok, Thailand, tempat anti venom itu bisa didapatkan.
"Dia terbang ke Thailand. Di sana pun dia hanya menunggu di bandara. Beliau punya teman yang mengambil anti venom itu dan langsung balik ke Jakarta, dia tidur di bandara, kemudian dari Jakarta dia terbang ke Kupang dan kemudian terbang ke Lembata," paparnya.
Saat dr Tri tiba di RSUD Lewoleba, kondisi ginjal Aldo memburuk, mimisan, pendarahan, dan mengalami penurunan kesadaran.
Bahkan Aldo juga sudah menderita kegagalan ginjal tahap akhir. Jadi, atas saran dokter Tri, Aldo hendak dirujuk ke Kupang untuk menjalani cuci darah tetapi saat itu tidak ada kapal yang berangkat dari Lewoleba ke Kupang.
"Beliau datang dan kemudian dia katakan kita berdoa saja, semoga ada mujizat ketika kita masukkan obatnya mungkin bisa membantu sampai tidak perlu cuci darah," ungkapnya.
Ketika dokter Tri tiba, Aldo langsung diberi anti venom dan dimasukkan ke dalam tubuhnya selama 10 jam. Jadi selama waktu itu dokter Tri dan tim medis lainnya secara ketat mengawasi kondisi Aldo non stop.
"Kemudian Puji Tuhan, anak ini membaik. Kondisinya jauh sekali membaik. Jadi fungsi ginjalnya turun, trombositnya mulai naik, keluhannya turun dan demamnya berkurang. Memang masih agak di atas tapi tidak separah sebelumnya. Kemudian dimasukkan lagi obatnya karena kita prediksi racunnya sudah menyebar," paparnya.
"Sembari kita masukkan obatnya, kita ajak keluarganya berdoa, kita berharap ada mukjizat yang terjadi karena sesuai teori kalau ular ini menggigit anak-anak kerusakannya ginjalnya tidak bisa kembali. Kerusakannya menetap, jadi kita hanya harap mukjizat sehingga ketika kita masukkan obatnya ginjalnya baik dan tidak perlu cuci darah," tambahnya.
Kondis Aldo pun kemudian berangsur membaik. Tidak ada lagi pendarahan, tidak menderita demam dan sudah stabil. Kata Natalia, Aldo dipastikan sudah bisa kembali ke rumah dua sampai tiga hari ke depan.
Menurutnya, Aldo merupakan satu-satunya korban gigitan ular Daboia ruselli simanensis yang selamat dan bisa bertahan hidup. Beberapa korban orang dewasa di Jawa yang digigit jenis ular yang sama juga tidak dapat diselamatkan.
• Digigit Ular Berbisa, Ini yang Harus Dilakukan
• Ramalan Shio Tahun 2020: Shio Harimau Butuh Kerja Keras, Shio Ayam Sukses, Shio Babi Akan Bahagia
"Ini baru pertama kali korban selamat. Saya tidak pikir sampai sejauh ini. Beliau (dokter Tri) sampai datang, yang ada di benak saya apa saja yang bisa kita lakukan sebagai dokter yang penting pasien ini bisa selamat. Apalagi dia masih anak-anak masa depannya masih bagus, apalagi hanya karena gigitan ular. Kalau memang Tuhan mau dia selamat, kalau memang dia boleh punya masa depan lebih baik, puji Tuhan dia bisa selamat dan dibukakan semua jalannya," pungkasnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)