Ini Alasan, Permintaan Uang Tunai Masih Tinggi

Permintaan pencetakan uang tunai masih tinggi dikarenakan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

Editor: Hermina Pello
SHUTTERSTOCK
ilustrasi 

POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Permintaan pencetakan uang tunai masih tinggi dikarenakan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

"Kondisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauan, di mana kebutuhan akan uang fisik masih meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonominya," ujar Direktur Pengembangan Usaha Peruri, Fajar Rizki di Jakarta pada Rabu (8/1).

Fajar mengatakan bahwa memang kalau di kota-kota besar seperti Jakarta, perilaku nontunai atau cashless tumbuh. Namun untuk wilayah-wilayah yang jauh dari perkotaan besar masih menggunakan uang secara fisik, dan permintaan akan hal itu masih meningkat.

"Untuk pertumbuhan uang kartal ini, dari berbagai kajian maupun seminar di berbagai negara yang kita ikuti, hasil risetnya tersebut menyatakan masih tumbuh antara dua sampai tiga persen baik untuk uang kartal maupun uang logam," kata Fajar.

Pesanan pencetakan uang fisik rupiah dari Bank Indonesia masih berkontribusi sebesar 60 -70 persen terhadap pendapatan usaha Peruri. BUMN ini mencatat pendapatan usaha pada tahun 2019 mencapai Rp3,9 triliun, naik 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp3,1 triliun.

KPR Gaeesss For Millenials Mudah Diakses dan Angsuran Murah

Peruri mencetak 8 miliar bilyet uang kertas per lembar setiap dua tahun. Selain untuk kebutuhan transaksi, pencetakan uang tersebut juga ditujukan untuk memenuhi penggantian uang kartal yang rusak dan juga kebutuhan uang fisik saat hari raya atau akhir tahun.

"Jadi yang kita lihat analisanya itu kebutuhan daripada masyarakat akan uang fisik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi," kata Fajar.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1971, Peruri diberikan tugas oleh pemerintah untuk mencetak uang kertas dan logam rupiah untuk Bank Indonesia, dokumen milik negara serta barang-barang logam lainnya yang memiliki unsur fitur sekuriti.

Omzet Kartu Pintar Rp300 M

Sementara omzet Peruri dari bisnis smart card atau kartu pintar untuk kartu SIM ponsel, debit dan e-money, sebesar Rp300 miliar per tahun.

"Kalau untuk omzet dari bisnis smart card mencapai sekitar Rp300 miliar setahunnya," ujar Fajar
Fajar mengatakan bahwa permintaan smart card untuk kartu SIM daripada provider layanan telekomunikasi masih cukup tinggi.

Nyata, Leonardo DiCaprio Selamatkan Lelaki Yang 11 Jam Dalam Air Karena Jatuh Dari Kapal Pesiar

Pengguna smartphone sendiri di Indonesia mencapai sekitar satu juta orang per tahunnya, dan masyarakat di kota-kota besar cenderung memiliki nomor handphone lebih dari satu.

"Dengan demikian permintaan akan pencetakan smart card untuk kartu SIM ponsel masih cukup tinggi," kata Fajar.

Peruri juga mengakui bahwa bisnis smart card untuk kartu SIM ponsel tersebut sempat mengalami penurunan, ketika regulasi pemerintah membatasi kepemilikan nomor ponsel hingga tiga nomor dan kewajiban pengguna untuk melakukan registrasi nomornya.

"Tapi permintaan pencetakan smart card untuk kartu SIM ponsel masih tumbuh," ujarnya
Selain melayani pencetakan smart card untuk kartu SIM ponsel, Peruri juga melayani pembuatan kartu debit dan e-money bagi perbankan.

Mitra-mitra bank yang bekerja sama dengan Peruri untuk order pembuatan smart card bagi kartu debit dan e-money tersebut yakni bank-bank Himbara dan bank nasional seperti BCA.

Ia mengungkapkan bahwa order pembuatan kartu debit bank lebih banyak dibandingkan kartu untuk e-money

Ia menjelaskan, Peruri menargetkan pendapatan dari bisnis digital security sekitar Rp370 miliar pada 2020.

"Target pada 2020 pendapatan dari bisnis digital security kurang lebih Rp370 miliar," ujar Fajar
Fajar mengatakan bahwa pendapatan dari bisnis digital security pada 2019 masih minim, di bawah Rp10 miliar.

"Jadi target 2020 kami canangkan pendapatan dari digital security tersebut sekitar Rp370 miliar," katanya.

Sesuai prognosa 2019, pendapatan usaha Peruri tercatat sebesar Rp3,9 triliun atau meningkat 23 persen dibanding 2018 yang mencapai Rp3,1 triliun.

Laba usaha sebesar Rp595 miliar atau meningkat 30 persen dibanding 2018 yang mencapai Rp456 miliar. Laba bersih sebesar Rp360 miliar atau meningkat 25 persen dibandingkan 2018 yang mencapai Rp288 miliar.

Menurut Fajar, seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital di masyarakat serta untuk mengantisipasi persaingan bisnis digital sekuriti yang semakin kompetitif, Peruri yang memiliki kompetensi dalam pengamanan dokumen sekuriti terus mengembangkan bisnis ke arah digital security platform.

Hal tersebut bertujuan untuk membantu instansi atau perusahaan dalam menjamin keaslian produk-produknya serta melindungi keamanan data perusahaan dan pelanggan.

Sebagai bentuk kesiapan dalam menghadapi era digital, Peruri telah memiliki tiga produk digital security services yaitu Peruri Code, Peruri Sign, dan Peruri Trust.(antara)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved