News
Mayat Simon Tamelab Terapung di Kali, Bibir Korban Luka Lecet Keluarga Minta Polisi Lakukan Autopsi
Informasi menyebutkan keluarga tidak menerima kematian Simon dan meminta kepolisian melakukan autopsi.
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Benny Dasman
Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Tommy Mbenu
POS KUPANG, COM, KEFAMENANU - Warga Desa Noelelo, Kecamatan Mutis-TTU digemparkan penemuan mayat Simon Tamelab (42), seorang guru kontrak, yang terapung di kali Kampung Kofin, Sabtu (4/1).
Informasi menyebutkan keluarga tidak menerima kematian Simon dan meminta kepolisian melakukan autopsi.
Korban yang mengenakan baju kaos putih dan celana sport warna biru ditemukan dalam kondisi tubuh sudah kaku terapung di permukaan air dengan posisi telungkup.
Kedua tangan korban menyilang di dada. Secara kasat mata tidak terdapat tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.
Setelah mayat korban ditemukan, warga mengevakuasinya ke rumah orangtuanya di Kampung Kabis, Desa Nekake B, Kecamatan Mutis.
Korban kemudian dilakukan pemeriksaan luar oleh perawat dari Puskesmas Tasinifu. Hasil pemeriksaan menemukan pada bibir korban terdapat luka lecet, kedua kelopak mata korban memar, kemaluan korban mengeluarkan air mani.
Secara keseluruhan di tubuh korban tidak terdapat tanda-tanda kekerasan.
Kasat Reskrim Polres TTU, AKP Tantang Prajitno Panjaitan, Senin (6/1), mengaku pihak keluarga sudah membuat laporan terkait penemuan mayat Simon untuk diproses lebih lanjut.
"Keluarga korban sudah membuat laporan dan selanjutnya akan dilakukan lidik," ungkapnya.
Diakuinya, untuk sementara pihak keluarga korban belum bisa diambil keterangan karena masih dalam kondisi berduka.
Diberitakan sebelumnya, seorang guru kontrak di TTU ditemukan meninggal dunia di Kampung Kofin, Desa Noelelo, Kecamatan Mutis, Sabtu (4/1), sekitar pukul 06.00 Wita. Mayat guru yang diidentifikasi bernama Simon Tamelab (42) itu ditemukan terapung di atas permukaan air di sebuah kali di desa setempat.
Mayat korban ditemukan pertama kali oleh Irene Ceunfin dan Maria Rinda Batfanu saat keduanya ke kebun. Ketika tiba di pinggir kali di Kampung Kofin, Irene dan Maria melihat mayat korban terapung di atas permukaan air dengan posisi telungkup. *