Simak Pesan Natal Ekologi dari Kurubhoko Ngada, Berikut Liputannya!

menyerukan pesan ekologi sebagai refleksi dari tema Natal Nasional 2019 yaitu: "Hidup sebagai sahabat bagi semua orang

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/ISTIMEWA
Suasana aksi nyata berupa penanaman pohon di Paroki Santa Maria Ratu Para Malaikat (MRPM) Kurubhoko di Kabupaten Ngada, Kamis (19/12/2019). 

Simak Pesan Natal Ekologi dari Kurubhoko Ngada, Berikut Liputannya!

POS-KUPANG.COM | BAJAWA -- Misa perayaan Natal di Gereja Katolik Paroki Santa Maria Ratu Para Malaikat (MRPM) Kurubhoko berlangsung meriah, Rabu (25/12/2019).

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pastor Paroki Santa Maria Ratu Para Malaikat (MRPM) Kurubhoko, RP. Thobias Harman, OFM.

Pater Thobias menyerukan pesan ekologi sebagai refleksi dari tema Natal Nasional 2019 yaitu: "Hidup sebagai sahabat bagi semua orang."

Pater Thobias mengatakan, isu ekologi senantiasa menjadi pergumulan Komunitas OFM Kurubhoko dari hari ke hari.

Demikian pula setiap perayaan penting liturgi Gereja pesan ini senantiasa digemakan kembali dengan merefleksi tema umum perayaan dalam konteks lokal paroki.

Seruan yang tak pernah jemu itu bukan tanpa alasan. Itu semua berangkat dari keprihatinan situasi lokal dimana alam semakin sekarat akibat perilaku serakah manusia. Liat saja kebakaran hutan setiap tahun tak pernah henti, pembalakan liar, sampah berseralan dan pencemaran air sungai serta tanah terus terjadi.

Berangkat dari realitas itu dan keprihatinan global dimana keadaan lingkungan sebagai rumah bersama terus dirusak, Komunitas OFM Kurubhoko selalu terpanggil untuk terus mewartakan kebaikan ekologi. Melalui, ekopastoral adalah kiat lain bagi Komunitas OFM dalam menempatkan alam sebagai saudara sesama ciptaan.

"Menyambut Natal 2019, Paroki Kurubhoko sebagai tempat karya dan pelayanannya kemudian merefleksikan tema yang lebih kontekstual - sesuai konteks lokal, yakni: "Menjadi saudara bagi segenap ciptaan," - dari tema Natal Nasional," ujar Pater Thobias.

Pater Thobias mengatakan spirit hidup sebagai sahabat harus ditempatkan sebagai sesama ciptaan Allah - dalam hal ini manusia dan alam/lingkungan.

Cinta kepada Tuhan hanya dapat terwujud kalau ditempatkan dalam konteks setara yakni cinta juga kepada alam atau lingkungan.

Pater Thobias mengatakan, kerusakan alam menjadi isu global di mana bumi sebagai rumah bersama mengalami kerusakan akibat perilaku manusia. Secara nasional isu pembalakan dan kebakaran secara liar dan perusakan lainnya juga telah menyumbang kerusakan terbesar bumi.

Semangat persaudaraan dengan sahabat kita alam atau lingkungan di tingkat lokal - sekitar kita juga masih menjadi momok, dimana perilaku membakar hutan, merusak alam dan membuang sampah sembarangan masih dianggap sebagai perbuatan biasa saja. Manusia lupa bahwa merusak ciptaan adalah dosa melawan Sang Pencipta.

Lanjut Pater Thobias, terkait dengan itu, maka Natal harus menjadi peristiwa pencerahan untuk mengubah sikap hidup serakah dan permusuhan terhadap alam yang menyebabkan alam kian sekarat. Itu sebabnya mulai saat ini harus terus membangun kepekaan hidup dan kepedulian pada alam sebagai rumah bersama.

"Kalau kita adalah ciptaan sama dengan alam, maka kita harus menjadi saudara juga bagi ciptaan alam dan lingkungan seperti Kristus yang solider datang menjumpai segenap ciptaannya dalam peristiwa Natal di kandang," ungkap Pater Thobias.

Lebih lanjut, Pater Thobias menegaskan, fenomena para perusak alam mengindikasikan bahwa manusia belum beres dengan dirinya sendiri.

"Kalau dengan dirinya sendiri sudah beres, maka akan beres pula dengan alam atau lingkungan dan pencipta," ujar Pater Thobias.

Pater Thobias menerangkan, dalam kehidupan sosial banyak sekali persoalan yang menunjukkan kita belum beres dengan diri kita sendiri. Guna membereskan dengan diri sendiri maka Natal adalah momen tepat - sebagai waktu pencerahan bagi kita.

"Pesan Natal kali ini, hidup sebagai sahabat bagi semua orang, mengandung makna memperjuangkan hidup dalam persaudaraan dalam kehidupan berkomunitas. Realitas di paroki kita masih menunjukkan krisis persaudaraan. Hidup dalam permusuhan, dendam, fitnah, dengki, iri hati, hidup terkotak-kotak, dan sewenang-wenang masih kental mewarnai kita," ujar Pater Thobias.

Kata Pater Thobias, melalui Natal, mesti membawa pencerahan, sehingga terang Natal dan spirit kesederhanaan Kristus yang lahir di kandang kotor mendorong kita dengan rendah hati bangkit untuk bertobat dan saling mengampuni sebagai sama saudara.

Waktu pencerahan ini, kata Pater Thobias, menjadi waktu untuk mengubah kebencian, dengki, iri hati, terkotak-kotak, hidup sewenang-wenang dengan sikap memaafkan dan mengampuni. Bangun kepekaan dan kepedulian terhadap sesama ciptaan baik sesama manusia, maupun dengan alam sehingga terciptalah hidup yang harmonis.

Krisis Air Minum Bersih, Polsek Weliman Bantu Air Minun Buat Warga Taaba

Polsek Weliman Bantu Air Minum Buat Warga Taaba

"Mari kita hidup sebagai saudara dengan sesama dan dengan alam melalui spirit Natal. Dengan demikian terciptalah keharmonisan, dalam kehidupan" ajak Pater Thobias.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved