Cerita Asal-Usul Kampung Diluncurkan Dinas Pariwisata Flotim

Khasana informasi tentang asal-usul kampung di Kabupaten Flores Timur (Flotim) Pulau Flores diluncurkan oleh Dinas Pariwisata

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA/foto maksimus masan kian
Peluncuran Buku Asal-Usul Lewo di Hotel Asa, Buku Seri 1 Asal Usul Lewo, Jumat (20/12/19) di Hotel Asa, Kelurahan Weri, Kota Larantuka, Pulau Flores, Jumat (20/12/2019). 

POS-KUPANG.COM | LARANTUKA - Khasana informasi tentang asal-usul kampung di Kabupaten Flores Timur (Flotim) Pulau Flores diluncurkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Flotim dalam Buku Seri 1 'Asal Usul Lewo', Jumat (20/12/19) di Hotel Asa, Kelurahan Weri, Kota Larantuka, Pulau Flores.

Penulisan buku ini merupakan kerja sama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flotim dengan Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Flotim.

Hati-hati, Pura-pura Miskin Demi Terima Bantuan PKH Bisa Dipenjara 2 Tahun dan Denda Rp 50 Juta

Buku seri satu memuat 31 cerita asal usul Lewo, diantaranya Lamahala, Terong Aukoli, Lewotala, Watowiti, Mudakeputu, Lewomuda, Lamatou, Lewolere, Lewotobi, Lewouran, Nobo, Boru, Leworook, Lewoingu, Lewo Hajong, Lewobele, Lamakera, Lewopao, Balaweling, Witihama, Lewoengat, Lamanele, Nihaone, Ape Lamen, Lamalewa, Wewit, Kenotan, Bui Bayu Wua, Waibreno, Horowura dan Adobala.

Ketua Agupena Flotim, Maksimus Masan Kian, memuji Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Flotim memberi teladan dan inspirasi tentang saling mengapresiasi dan menghargai karya.

Kadishub Kota Kupang : Pengelola Parkir di Kota Kupang yang Bermasalah Tahun Depan Berhenti

"Ibu Apolonia Corebima, telah membuat terobosan lewat program penulisan Buku Asal Usul Lewo di Flotim, menghasilkan satu referensi budaya bagi generasi Flotim yang akan datang.Tutur lisan bisa jadi terlupakan, tulisan akan kekal," kata Maksimus.

Agupena Flotim, kata Maksimus, ikut bangga karena dipercayakan menulis buku Asal Usul Lewo. Ia berharap, buku yang syarat nilai Kelamaholotan ini bermanfaat bagi segenap pembaca.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Apolonia Corebima, mengakui proses penulisan buku Asal Usul Lewo tidak mudah. Sejak informasi dibuka April 2019, minat orang untuk menulis sangat kurang. Batas akhir penulisan hingga bulan Juni dan diperpanjang hingga Agustus, namun belum juga memberikan hasil yang memuaskan.

"Belum ada tulisan yang masuk. Awal Oktober diambil keputusan untuk menghubungi Agupena Flotim. Dalam waktu mepet, Agupena Flotim menunjukan tanggungjawabnya hingga buku dapat diselesaikan dan dicetak sebelum batas akhir yang disepakati bersama. Kami sangat berterima kasih. Ke depannya, kepercayaan yang sama akan kami berikan kepada Agupena Flotim, termasuk beberapa hal lain dalam promosi obyek wisata dan budaya," kata Apolonia.

Buku Asal Usul Lewo sesungguhnya mengajak semua kita sebagai Anak Lamaholot untuk melihat kembali eksitensi sebuah lewo atau kampung sebagai sebuah persekutuan awal yang kecil lalu berkembang karena proses pernikahan, dan juga adanya pendatang, membina kerukunan dalam sebuah tantanan sosial yang sederhana, namun tetap ditaati, membangun relasi dan interaksi dengan lewo lainnya dalam memenuhi kebutuhan.

Lewo sebagai cikal bakal desa dan kelurahan yang ada sekarang sesungguhnya adalah tempat tumbuh dan berkembannya kesadaran kehidupan bersosial dan mencari solusi atas persoalan -persoalan yang ada, menggiatkan ritual-ritual demi menjunjung dan memuliakan Lera Wulan Tanah Ekan.

Buku ini belum mengakomodir cerita asal usul lewo-lewo secara keseluruhan di Kabupaten Flotim untuk itu besar harapan kita agar ke depan dapat disusun kembali buku cerita Asal Usul Lewo yang lebih lengkap pada edisi selanjutnya. Akhirnya, buku ini mengajak dan mengajarkan kita untuk selalu merasa kuat dan yakin saat niku kola (melihat ke belakang, ke budaya kita) dengan ike kewaat (kekuatan) dari lewo kita, untuk secara optimis lage ae (melangkah maju) membangun lewo belen (kampung besar) Flores Timur.

Setelah peluncurannya, buku ini akan didistribusikan ke lembaga terkait, diantaranya perguruan tinggi, sekolah, desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan media. Akan ada 300 titik distribusi, sesuai jumlah buku yang dicetak yang diseleksi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan Agupena Flotim. (laporan reporter pos-kupang.com, eginius mo'a).

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved