Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Kristen Sabtu 7 Desember 'Merawat Relasi Persaudaraan dalam Semangat Bertolong-tolongan'
Renungan Kristen Sabtu 7 Desember 'Merawat Relasi Persaudaraan dalam Semangat Bertolong-tolongan'
Seorang teolog mengatakan: “ Allah tidak memiliki kasih seperti kita memiliki uang, tetapi Allah adalah kasih itu sendiri karena hakekat Allah adalah kasih. Ia menolong kita tanpa syarat (uncondisional).
Ia mengasihi kita apa adanya. Kasih yang tanpa syarat itulah yang menjadi dasar bagi Allah untuk menolong kita.
Sifat dasar dari Allah ini bukan saja menjadi berita penghiburan dan pengharapan bagi umat Tuhan, tetapi sekaligus menyadarkan mereka manakah Allah yang sejati.
Jika allah-alah yang mereka sembah hanya berdiam dir idan harus didatangi, Allah Israel justru mendatangi mereka.
Nabi Yesaya mau katakana bahwa Allah yang selama ini mereka sembah adalah Allah yang berbelaskasihan. Yang mengasihi mereka habis-habisan dengan kasihNya yang luar biasa.
Dengan pemahaman itu, maka sebagai keluarga Allah (Familia Dei), kita mesti secara sadar mengatakan bahwa penggerak utama hidup kita, bukanlah persaingan melainkan tolong-menolong.
Yang menjadi penggerak hidup kita bukanlah permusuhan, tetapi cinta kasih. Belaskasihan Allah menjadi landasan bagi keluarga Kristen untuk terus menyadari bahwa kita hidup karena belaskasihan Allah, oleh karena itu kita perlu saling tolong menolong dan membebaskan kita hidup dalam persaingan yang tidak sehat.
Di tengah dunia yang digerakkan oleh semangat individualisme dan persaingan yang tidak sehat, keluarga-keluarga Kristen dipanggil untuk menumbuhkan sikap belaskasihan dan selalu mau hadir bagi yang lain.
Saya pernah mendampingi seorang ibu yang sakit parah (kanker rahim) dan sudah dinyatakan oleh dr, hidupnya tidak akan lama lagi.
Apa yang ia lakukan menjelang kematiannya? Iamengumpulkan anak-anaknya (anaknya ada 4 orang, dua laki-laki dan dua perempuan) Yang dua orang ada di Jawa, mereka semua kembali dan ingin mendampingi mama mereka sekaligus mendengarkan pesan-pesan terakhirnya.
Setelah anak-anaknya bersama menantu dan cucu-cucunya berkumpul, ibu ini meminta saya mendampinginya karena dia ingin menyampaikan pesan-pesan terakhir.
Kami semua sangat sedih, karena ada begitu banyak selang di tubuh ibu ini, tapi dia berusaha untuk menyampaikan pesan terakhirnya.
Kami semua diam, napas kami seperti mau berhenti, karena cukup lama baru ibu ini bicara.
Ternyata hanya satu pesan singkat yang ia sampaikan: Mama sayang kamu semua. Mama sudah lakukan yang terbaik menurut kemampuan mama. Mama minta kalian semua satuhati. Jangan hidup untuk diri sendiri, tetapi usahakan supaya satu orang punya susah, semua pung susah, satu punya senang, semua punya senang.
Itu saja pesan terakhirnya, Mama minta kalian semua satu hati dan tidak hidup untuk diri sendiri, dan tidak lama sesudah itu ia meninggal.
Pesan itu sederhana, tapi sangat mendalam. Sejauh mana kehadiran kita menolong orang lain dan bukan untuk menghancurkannya.