Rektor Unwira Kupang Buka Seminar Nasional Vista 1 Prodi Arsitektur

Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ( Unwira Kupang), P. Dr. Philipus Tule, SVD membuka seminar nasional Vista 1 Prodi Arsitektur

Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Gecio Viana
Suasana foto bersama dalam Seminar Nasional Vista 1 Prodi Arsitektur di Aula Kampus II Unwira Jln San Juan Penfui, Kota Kupang, Senin (9/12/2019) 

"Terkait dengan tema kali ini yakni Eksistensi Arsitektur Vernakular ini, kami berharap ada banyak hal yang kami dapatkan terutama seputar pemahaman terkait arsitektur vernakular yang debatable di mana-mana," tegasnya.

Dijelaskannya, dalam visi dan misi Prodi Arsitektur Unwira Kupang juga termuat terkait capaian arsitektur vernakular.

Sehingga pihaknya berharap mendapatkan masukan banyak hal untuk penyempurnaan visi dan misi program studi.

Kepada mahasiswa, diharapkan melalui seminar nasional itu dapat memberikan banyak sumber pemahaman kepada mahasiswa dan membuka wawasan terkait arsitektur vernakular.

Selanjutnya bagi para dosen, kata Benediktus, seminar nasional itu diharapkan menjadi stimulus agar meneliti dan menulis terkait arsitektur vernakular, terutama arsitektur vernakular NTT untuk dikembangkan dalam desain bangunan terkini yang ada di NTT dengan tektonika vernakularnya.

Sementara itu, peneliti sekaligus guru besar UGM, Prof. T. Yoyok W. Subroto, M.Eng., Ph.D., IPU diakhir kegiatan mengatakan, eksistensi arsitektur vernakular di NTT dapat bertahan jika ada kerja kolaborasi antara 4 komponen.

Empat komponen itu, kata Yoyok, di antaranya, Akademisi, pengusaha (swasta) komunitas masyarakat dan pemerintahan..

"Terkait dengan eksistensi vernakular masih bisa bertahan akan tetapi harus didukung oleh 4 kelompok tadi," jelasnya.

Diakuinya, para akademisi atau para peneliti harus membantu dan para pengusaha atau bisnisman juga harus membantu dengan memberikan dana baik melalui CSR atau bantuan lainnya untuk mendukung.

Selain itu, komunitas masyarakat pun harus ada keinginan untuk memperhatikan kampungnya dalam hal ini produk arsitektur asli di daerahnya dan pemerintah pun hadir dalam memberikan dukungan secara optimal.

"Jadi akademisi harus ikut memikirkan dan mengarahkan dan yang mendanai bisa dari swasta dan pemerintah juga ikut mendorong. Supaya arahnya benar, karena salah satunya hilang maka susah," katanya.

"Harus ada kerja kolaborasi yang namanya Public Private Partnership, kemitraan antara wilayah publik dan swasta. Publik itu ada formal yakni pemerintah dan yang informal itu comunity," jelasnya.

Diakuinya, arsitektur vernakular di NTT sangat beragam sehingga untuk mempertahankan memerlukan 4 hal tersebut

Selain itu, pihaknya juga berharap para dosen di NTT semakin banyak melakukan penelitian.

"Kewajiban sebagai akademisi yakni tri darma pendidikan. Saya lihat dosen di NTT kurang meneliti. Itu harus didorong untuk melakukan penelitian. Mengabdi dan mengajar harus berbasis riset. Sedangkan riset itu jarang," katanya.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved