Breaking News

Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Minggu 1 Desember 2019 ''Harapan Kepada Tuhan Tak Pernah Sia-sia''

Renungan Harian Kristen Minggu 1 Desember 2019 ''Harapan Kepada Tuhan Tak Pernah Sia-sia''

Editor: maria anitoda
DOK Pribadi
Renungan Harian Kristen Minggu 1 Desember 2019 ''Harapan Kepada Tuhan Tak Pernah Sia-sia'' 

Penindasan dan ketidak-adilan menjadi pertunjukan di berbagai sektor kehidupan. Bangsa Israel memang sudah hidup dalam masa pembebasan.

Mereka tidak lagi ada sebagai budak dan dijajah dengan keras. Mereka juga tidak sedang hidup dalam suasana perang atau konflik. Tetapi kesejahteraan dan keadilan masih menjadi satu cita-cita. Israel tidak maju-maju dalam keadilan dan kesejahteraan.

Nubuat yang disampaikan Yesaya dalam kitab ini adalah nubuat yang Tuhan Allah beri kepada Yesaya untuk seterusnya disampaikan kepada Israel.

Nubuat ini menjadi sebuah berita gembira dan berita yang mengandung pengharapan karena apabila waktu itu terjadi maka keadilan dan kesejahteraan yang belum dirasakan itu, akan benar-benar berlangsung dalam kehidupan orang Israel.

Yesaya mengatakan bahwa nubuat itu itu akan berlangsung ketika gunung tempat rumah Tuhan itu berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di bukit-bukit, sehingga segala bangsa akan berduyung-duyun datang ke gunung itu untuk belajar tentang jalan-jalan Tuhan (ayat 2-3). 

Kita melihat sebuah penggambaran tentang kekuasaan Tuhan akan kehidupan dan semesta Allah. Yesaya diberitahukan Tuhan bahwa masa itu akan segera berakhir, karena Tuhan akan menjadi penguasa atas semua kekuasaan.

Tuhan juga memberi petunjuk bagi Yesaya tentang apa yang harus diperbuat agar damai itu benar-benar terjadi. Caranya adalah dengan mendatangi Tuhan dan memberi diri untuk belajar dan mendengarkan pengajaranNya. Datang kepada Tuhan itu bukanlah semata-mata sebuah tindakan saja melainkan juga sebuah sikap dan prinsip hidup dari orang yang menginginkan damai berlangsung dalam kehidupannya.

Jadi Yesaya mau mengatakan bahwa sitausi itu akan benar-benar terjadi ketika ada upaya kita lewat tindakan dan sikap kita untuk mendatangi Tuhan dan memberi diri untuk belajar daripadaNya.

Dan melakukan hal damai itu dalam tindakan nyata. Tindakan nyata itu adalah mengubah pola kerja dan pola prilaku kita dari yang dulunya bersifat memusuhi, membenci, mendendam, iri hati dan sejenisnya menjadi yang mengasihi menerima, mengampuni, berempati dan mau memberi diri untuk menolong orang lain, tidak egois.

Perubahan itu diungkapkan dalam kata-kata pedang yang diubah menjadi mata bajak dan tombak menjadi pisau pemangkas. Jadi dengan kata lain apa yang kita pelajari dalam rumah Tuhan itu mestilah yang kita lakukan saat berada di luar rumah Tuhan melalui peran dan kerja kita masing-masing.

Apakah maknanya bagi kita sekarang ini? Jika nubuat ini disampaikan kepada kita saat ini di tengah kekeringan, udara yang panas, sakit penyakit, kematian dan berbagai persoalan  yang tak habis-habisnya, apakah kita masi cukup memiliki harapan untuk sesuatu yang baik dapat terjadi?

Menghadapi situasi sebagaimana yang dihadapi bangsa Israel dan situasi kita saat ini, maka maka kita hanya dapat memahami nubuat ini dengan iman.

Sebab iman itu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita (lihat. Ibr 11: 1). Artinya dengan memiliki iman, kita tidak hanya melihat hal-hal yang ada di depan mata kita, tetapi memandang jauh ke depan, melewati pandangan kita.

Sehingga ketika kita menderita sakit, berduka, kekuarangan, dan berbagai masalah lain, kita masih memiliki harapan bahwa pertolongan Tuhan akan datang.

Jadi bacaan kita mau memberi harapan bagi semua yang keberanian untuk hidup, sebab Allah tidak hancur bersama kota yang Yerusalem yang hancur. Allah tidak mati bersama pahlawan-pahlawan yang mati dalam peperangan.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved