Tangani Stunting di NTT Johny Ataupah Sebut Harus Hilangkan Ego Sektoral
mengatasi persoalan stunting di NTT perlu hilangkan ego sektoral. Semua elemen harus bersama-sama melakukan berbagai upaya penanganan stunting
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM,/KUPANG - Untuk mengatasi persoalan stunting di NTT perlu hilangkan ego sektoral. Semua elemen harus bersama-sama melakukan berbagai upaya penanganan stunting.
Hal ini disampaikan Kepala Bapelitbangda NTT, Lecky Fredrich Koli,S.TP melalui Kabid Pemerintahan, Sosial Budaya Bappelitbangda NTT, Johny Ataupah pada acara Diseminasi Hasil Surveilens melalui e- PPGBM Mendukung Penanganan Stunting di NTT.
Acara ini berlangsung di Hotel On The Rock, Jumat (29/11/2019).
Menurut Johny, kegiatan tersebut sebagai momentum membicarakan soal penanganan stunting. Karena itu perlu hilangkan ego-ego sektoral.
• Dua Anak dan Menantu Wabup TTU Belum Terima SK CPNS, Dewan Pertanyakan dalam Sidang Ada Apa Ya?
"Berbicara mengenai stunting dan mal nutrisi di NTT perlu hilangkan ego sektoral. Dalam mewujudkan ini ,kita perlu hilangkan ego sektor dan lain sebagainya agar jangan menghambat dalam melakukan tugas-tugas," kata Johny.
Dia juga menanyakan apakah NTT akan mendapat bonus demografi pada 2045.
"Kenapa, karena jika sampai saat itu, maka anak-anak yang saat ini berusia lima tahun ,mereka itulah yang akan menjadi usia angkatan kerja.
Ada optimisme yang kita kembangkan, perbaiki sistem, agar saat itu banyak genarasi kita yang produktif," katanya.
• Lihat Detik Detik Persib Maung Bandung Ditekuk Bali United, Ini Hasil dan Jalannya Pertandingan Info
Lebih lanjut, Johny mengakui ada juga persoalan lain di NTT, kita upayakan aspek ekonomi dalam meningkatkan produksi, seperti garam, ternak sapi, padi dan sebagainya.
Dikatakan, jika semua ini diperhatikan, maka ada keterkaitan keamanan pangan dan promosi pangan.
Dia mencontohkan, soal warga yang membawa telur ayam untuk dijual di pasar kemudian membeli mie instan untuk membawa ke rumah.
Hal lain yang perlu diperhatikan, yakni soal data, karena data ini harus diperhatikan. Nama dan alamat harus jelas.
Terkait keterlibatan masyarakat, dia mengakui sangat penting melibatkan masyarakat.
"Bicara stunting juga harus bisa melihat juga masalah sosial, lingkungan ,budaya dan lainnya," ujar Johny.
Dikatakan, target penurunan stunting hingga 20 persen dan angka kemiskinan turun 12 persen.
Kepala Dinkes NTT, drg. Domi Mere,M. Kes melalui Kabid Kesmas, drg. Iin Andriany mengatakan, stunting ini bukan hanya masalah Dinkes, tapi semua pihak.
"Jadi untuk atasi stunting ini bukan hanya gizi, tapi juga soal lingkungan, budaya," kata Iin.
Dijelaskan, penanganan stunting juga tidak bisa dilakukan oleh Dinkes, tapi oleh semua lembaga.
Lebih lanjut, jika ingin menangani stunting membutuhkan anggaran, karena anggaran ini dapat mengintervensi penanganan gizi.
"Tapi jika dana pas-pasan, maka harus digunakan pada bidang atau intervensi yang benar.
Stunting harus diperhatikan saat 1000 hari kehidupan," katanya.
Iin mencontohkan, penanganan gizi 1000 hari ibarat membuat kue donat.