7 Tahun Kuliah, Kakek 85 Tahun Diwisuda Raih IPK 3,5, Sempat Diajar Muridnya, Usai Pensiuan Guru

Tahun 2019 menjadi tahun berbahagia bagi seorang kakek berusia 85 tahun di Kota Baubau bernama La Ode Muhamad Sidik.

Editor: Ferry Ndoen
Kompas.com/DEFRIATNO NEKE
La Ode Muhamad Sidik, seorang kakek usia 85 tahun di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, berhasil menyelesaikan kuliahnya program strata S1 dan menjadi peserta wisudawan dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,5. 

POS KUPANG.COM--- Tahun 2019 menjadi tahun berbahagia bagi seorang kakek berusia 85 tahun di Kota Baubau bernama La Ode Muhamad Sidik.

Pada tahun ini, La Ode Muhamad Sidik, akhirnya diwisuda dan meraih gelar Sastra Indonesia, setelah berkuliah semala tujuh tahun.

Kakek La Ode berkuliah di Universitas Muhamadiyah Buton tahun 2012, setelah ia pensiun sebagai guru.

Lihat Jadwal Sisa Laga Persib Bandung Liga 1 2019, Ini Peringatan Robert Alberts Bahaya Lawan

Ia memililih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kala itu usia Kakek La Ode sudah 78 tahun

Ia tinggal di Kelurahan Wameo, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.

Selama 7 tahun ia menempuh kuliah bersama dengan mahasiswa lainnya yang usianya terpaut jauh darinya.

Bahkan salah satu dosen yang mengajarnya adalah muridnya saat masih SMP.

“Memang saya gurunya, tapi saya menjaga wibawa mereka. Jadi dalam dialog ala kadarnya saja supaya teman mahasiswa yang muda tidak ada pikiran yang tidak sehat,” ujarnya.

Pelajar 14 Tahun Bawa Mobil Pikap, Hilang Kendali Seruduk 13 Motor dan Pejalan Kaki, Kronologi Info

Sarjana Sastra Indonesia

Setelah 7 tahun kuliah, Kakek La Ode menyelesaikan skripsinya yang berjudul "Mengkaji Sastra Indonesia dalam Puisi Wolio Buton". 

“Motivasi saya kuliah karena anak-anak saya, anak saya yang pertama almarhum yang mengatakan jangan hanya sampai diploma tiga. Saya bilang bisa saja asal diterima, jadi anak saya yang mengurusnya (masuk perguruan tinggi),” ucap La Ode Muhamad Sidik.

Ia berhasil menyelesaikan kuliah program Strata 1 dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,5.

“Pertama lega sekali perasaan, tapi di samping itu saya sudah di usia lanjut, tapi perasaan itu senang,” kata La Ode Muhamad Sidik.

Saat wisuda, Kakek La Ode berusia 85 dan telah memiliki 15 cucu serta tiga cicit.

Berjualan pulsa

Kakek La Ode adalah seorang guru. Dia sempat menyelesaikan kuliah D3. Salah satu dosennya saat kuliah adalah muridnya saat SMP.

Ia kemudian pensiun lalu melanjutkan kulah di usia 78 tahun. Setelah menyelesaikan kuliah, Kakek La Ode kembali ke aktivitasnya yakni berjualan pulsa dan perlengkapan ponsel di rumahnya.

Sementara itu putri kedua La Ode Muhamad Sidik, Wa Ode Ronawati, mengaku sangat bangga karena ayahnya berhasil menyelesaikan kuliahnya dan wisuda di usia 85 tahun.

Keberhasilan ayahnya menjadi sarjana S2 di usia senja menjadi motivasi bagi dirinya dan juga keluarganya untuk terus melanjutkan pendidikan.

“Bangga dan senang karena sisa usianya yang sudah senja dan sakit-sakitan masih bisa meraih mimpinya,” kata Wa Ode Rosnawati (*)

Kisah Sedih Dwi Yani Merbawaningrum Hadiri Wisuda Anaknya Yang Tewas Kecelakaan

POS-KUPANG.COM- Kisah sedih orang tua  hadiri Wisuda Anak yang telah Meninggal Dunia kembali terulang.

Kisah itu datang dari Dwi Yani Merbawaningrum, seorang perempuan asal Solo Jawa Tengah.

Dwi Yani Merbawaningrum harus menghadiri Wisuda sang putri yang telah Meninggal Dunia dalam kecelakaan maut sebelum hari pengukuhan sebagai seorang sarjana di Universitas Sebelas Maret.

Ia tak kuasa menahan tangis saat menghadiri Wisuda putrinya yang sudah Meninggal Dunia.

Air mata Nur Rahman dan Dwi Yani Merbawaningrum pun tak terbendung saat nama putrinya Irza Laila Nur Trisna (21) dipanggil untuk merima ijazah.

 Kisah Pilu Wanita di Video Zina Vina Garut,Ditelantarkan Orangtua,Dijual Suami Sebagai Pemuas Nafsu

Almarhumah Irza Laila Nur Trisna seharusnya diwisuda pada hari ini Sabtu (24/8/2019) di Universitas Sebelas Maret ( UNS ) Solo.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Solo, ayah dan ibu korban datang menggunakan jas dan kebaya.

Mereka datang ke Auditorium UNS sejak pagi dan langsung menuju ruangan Wisuda.

Terlihat juga ibunda dari almarhum Irza Laila Nur Trisna membawa figura yang berisikan ijazah korban.

Tangis haru juga terlihat dari Ibunda Irza saat momen Wisuda tersebut.

Beberapa kali Dwi Yani Merbawaningrum mengelap air matanya saat berada dalam ruangan yang berisi para wisudawan dan wisudawati itu.

Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Jamal Wiwoho mengatakan, pihak kampus telah memberikan ijazah almarhumah Irza Laila Nur Trisna kepada orangtuanya.

Dwi Yani Merbawaningrum menangis di wisuda anaknya di UNS
Dwi Yani Merbawaningrum menangis di wisuda anaknya di UNS (istimewa)

Orang tua Irza Laila Nur Trisna menangis saat Wisuda di UNS, Sabtu (24/8/2019). (Dokumen Humas UNS)
Almarhumah Irza Laila Nur Trisna Winandi diwisuda pada tanggal 24 Agustus.

"Yang menerima adalah orang tuanya nanti ijazah Sarjana Pendidikan (SPd) atas nama Almarhum," papar Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Jamal Wiwoho.

"UNS juga sudah membebaskan biaya perkuliahan jika Almarhumah masih memiliki tanggungan pembayaran,” papar Jamal.

 BREAKING NEWS - Kisah Pilu Remaja 19 Tahun Nagekeo! Kaki Lumpuh Alat Vital Digigit Anjing Rabies

Jamal Wiwoho menyatakan turut berduka cita atas musibah yang menimpa salah satu mahasiswinya yang bernama Irza Laila Nur Trisna Winandi.

Irza yang merupakan mahasiswi dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) FKIP UNS angkatan 2015.

“Kami segenap sivitas akademika UNS turut berduka cita atas meninggalnya salah satu mahasiswi UNS yang berprestasi atas nama Irza Laila Nur Trisna Winandi," papar Jamal.

Teringat Putrinya

Ibunda korban Laka maut Boyolali Irza Laila Nur Trisna menangis pada hari Wisuda almarhum di Auditorium UNS, Sabtu (24/8/2019).

Dwi Yani Merbawaningrum mengaku mengingat sosok anaknya tersebut saat Wisuda di Auditorium UNS.

"Hari ini walaupun banyak sedihnya juga banyak bangganya," papar Dwi Yani ditemui usai Wisuda, Sabtu (24/8/2019) dikutip dari Tribun Solo.

Suaranya masih serak menahan tangis saat menyatakan keinginannya melihat langsung putrinya di wisuda dan menggunakan toga diatas podium.

Namun, semua keinginannya tersebut saat ini tinggal keinginan semata.

Sebab, anak sulungnya tersebut meninggal dalam Insiden laka maut di Puskesmas Mojosongo Boyolali beberapa waktu lalu.

Air matanya tak terbendung mengingat Putri Sulungnya yang dulu dekat dengannya dalam berbagai momen semasa hidup.

Nur Rahman dan Dwi Yani Merbawaningrum menunjukkan ijazah anaknya yang telah meninggal dunia
Nur Rahman dan Dwi Yani Merbawaningrum menunjukkan ijazah anaknya yang telah meninggal dunia (Tribun Solo/ Ryantono)

Nur Rahman dan Dwi Yani Merbawaningrum saat menunjukkan ijazah almarhum Irza Laila Nur Trisna dalam wisuda di UNS, Sabtu (24/8/2019). (TribunSolo.com/Ryantono)
Pihaknya harus ikhlas dengan kepergian putrinya tersebut dan kuat mewakili putrinya untuk maju bersama suaminya, Nur Rahman di atas podium wisuda.

"Ya tadi menangis keinget anak saya, harusnya dia yang maju wisuda, tapi ya sudah," kata Dwi Yani Merbawaningrum dengan suara serak dan mata berkaca-kaca.\

Dwi Yani tak menampik bahwa banyak kenangan mendalam bersama sang putri semasa dia hidup.

Banyak keinginan putrinya yang belum terwujud dan semua diceritakan pada Dwi Yani.

Kumpulan kenangan manis tersebut yang membuat air mata Dwi Yani tak terbendung mengingat sang putri sulung.

Keluarga Almarhum Irza Laila Nur Trisna berterima kasih dengan UNS yang memberikan penghargaan pada putrinya untuk tetap di wisuda.

"Kita sampaikan terimakasih atas penghargaan yang diberikan UNS Solo pada almarhum putri kami," kata Dwi Yani. 

Kronologi Kematian Korban

Kecelakaan maut terjadi di Jalan Raya Boyolali - Solo KM 4 Mojosongo, Boyolali Kamis (25/7/2019) pagi.

Korban bernama Irza Laila Nur Trisna Winandi (21) warga Karanggeneng, Boyolali.

Sementara Sopir Truk Kontainer H 1975 BH bernama Solkan warga Kendal, Jawa Tengah.

Kronologis kejadian Truk Kontainer H 1975 BH diduga rem blong datang dari arah barat ke timur menuju Solo.

Saat sampai di lokasi kejadian, traffic light menunjukan warna merah dan banyak kendaraan yang berhenti di lokasi tersebut.

"Sopir yang tidak bisa mengendalikan kendaraannya kemudian memutuskan untuk banting setir ke kanan," papar Kapolres Boyolali AKBP Kusumo Wahyu Bintoro, Kamis (25/7/2019).

Alhasil kontainer jadi melompat melewati median jalan dan menghantam bangunan Puskesmas Mojosongo tepatnya di Mushola Puskesmas.

Saat yang bersamaan di Mushola tersebut juga ada korban Irsya yang sedang menunggu menjemput ibunya yang ingin ikut ujian bersamanya.

"Korban menunggu ibunya, dan disitu malah tertabrak truk juga," papar AKBP Kusumo.

"Ibunya juga seorang bidan di Puskesmas sini," jelas AKBP Kusumo.

Selain menabrak gedung, Truk Kontainer juga menabrak empat motor yang parkir di lingkungan puskesmas Mojosongo, Boyolali.(*)

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved