Ardhanary Insitute Ajak Media Edukasi Masyarakat Soal Isu HKSR Remaja Ragam Identitas

Ardhanary Insitute Ajak Media Edukasi Masyarakat Soal Isu HKSR Remaja Ragam Identitas

Penulis: Maria Enotoda | Editor: maria anitoda
pos kupang.com
Ardhanary Insitute Ajak Media Edukasi Masyarakat Soal Isu HKSR Remaja Ragam Identitas 

Ardhanary Insitute Ajak Media Edukasi Masyarakat Soal Isu HKSR Remaja Ragam Identitas

POS-KUPANG.COM -  Ardhanary Insitute Ajak Media Edukasi Masyarakat Soal Isu HKSR Remaja Ragam Identitas

Isu HKSR Remaja Ragam Identitas atau Hak Kesehatan Seksual Reproduksi memang dirasa baru bagi masyarakat.

Pasalnya yang biasa diangkat selama ini adalah mengenai anak dan perempuan.

Istana Bereaksi Keras, Tanggapi Aksi Bom Bunuh Diri di Medan, Begini Pernyataan Tegas Jokowi

Cewek Cantik Ini Bikin Geram ISIS, Usai Bunuh 100 Anggota ISIS, Kepalanya Dihargai Rp 14 Miliar

FAKTA TERBARU Bom Bunuh Diri Polrestabes Medan, Begini Pengakuan Saksi dan Reaksi GoJek

Padahal isu mengenai remaja ini sangatlah sensitif dan perlu diketahui masyarakat.

Berangkat dari pentingnya isu ini untuk diketahui khalayak luas Ardhanary Insitute mengadakan pertemuan dan pelatihan khusus untuk pada editor dan juga jurnalis terkait dengan pemberitaan di media.

Pelatihan Jurnalis isu HKSR remaja ragam Identitas
Pelatihan Jurnalis isu HKSR remaja ragam Identitas (pos kupang.com)

Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari sejak 1 hingga 3 November 2019 bertempat di Hotel Swissbelrecidences Kalibata Jakarta dengan fokus pada Isu HKSR Remaja Ragam Identitas dan peran media.

Mengapa? Media merupakan ujung corong pemberitaan pada masyarakat.

Melalui media segala hal yang berakitan dengan kebijakan dan peristiwa bisa diketahui masyarakat secara cepat tanpa harus menunggu lama.

Ditambah lagi dengan perkembangan media yang saat ini semakin masif dalam artian bukan saja media massa tapi juga media online yang jumlahnya ribuan di Indonesia.

Hari pertama para editor sudah disambut dengan data hasil survey yang dilakukan oleh  Ardhanary Insitute dan juga beberapa pihak lain mengenai pemberitaan hak kesehatan seksual dan reproduksi remaja ragam identitas di beberapa media baik cetak maupun media online.

Yekthi Hesthi Murthi selaku peneliti membeberkan beberapa data yang cukup mengejutkan.

Survey yang mereka lakukan selama Oktober hingga Desember 2017 menunjukan tone positif dalam artian media memberitaklan tanpa justifikasi atau penghakiman pada korban atau pelaku yang menjadi subjek atau objek berita.

Media yang menjadi sampel riset ini meliputi Balipost, Timor Express, Koran Tempo, Wartakota, poskotanews.com, republika.co.id, detik.com, lampungpost.co dan suaramerdeka.com.

Pelatihan Editor dan Jurnalis Isu HKSR
Pelatihan Editor dan Jurnalis Isu HKSR (pos kupang.com)

Tetapi pemberitaan media terkait isu HKSR ini tidak cukup signifikan dibandingkan dengan jumlah berita yang diproduksi setiap hari. Misalnya detik.com pada Oktober hingga Desember 2017 range berita yang diperoduksi media ini mencapai 200 hingga 400 berita per hari Sedangkan detik.com sendiri selama tiga bulan masa riset menurunkan 67 berita isu HKSR remaja ragam identitas artinya tidak setiap berita dengan isu ini diturunkan begitupun dengan media cetak.

Menurut Hesthi berdasarkan survey tersebut menunjukan tidak ada perhatian khusus media pada isu HKSR. ''Sumber berita rata-rata berasal dari peristiwa baik yang cetak maupun online.

Istana Bereaksi Keras, Tanggapi Aksi Bom Bunuh Diri di Medan, Begini Pernyataan Tegas Jokowi

Cewek Cantik Ini Bikin Geram ISIS, Usai Bunuh 100 Anggota ISIS, Kepalanya Dihargai Rp 14 Miliar

FAKTA TERBARU Bom Bunuh Diri Polrestabes Medan, Begini Pengakuan Saksi dan Reaksi GoJek

Kemudian dalam pemberitaan domain itu remaja menjadi korban terutama korban pencabuland an pemerkosaan.

Selain itu dari data ini kita bisa lihat bahwa remaja mendapat perhatian penting dalam pemberitaan hanya saja ketika dilihat lebih dalam tidak ada ruang yang luas bagi remaja untuk menyampaikan pendapatnya,'' ujar Hesthi.

Selain itu Hesthi juga menekankan masih banyak tulisan yang melanggar kode etik yang masih bersifat penghakiman pada remaja ragam identitas. ''Di berita itu kita bisa lihat identitas remaja itu dibuka dan akhirnya berpotensi untuk memperkuat stigma negatif tentang remaja,'' lanjutnya.

HKSR Remaja Ragam Identitas dan Pentingnya Peran Media

Tak cukup sampai di data hasil survey pemberitaan, para editor dan jurnalis dari berbagai media antara lain Pos Kupang, Tribun Jateng, Tribun Bali, Kumparan, Tirto, Tempo, Tribun Lampung, Suaramerdeka, Detik.com, Lampungpost, dan Timor Express dan beberapa media lokal disuguhi materi mengenai pentingnya peran media dalam pemberitaan isu HKSR remaja ragam identitas.

Komang Sutrisna dari PKBI Bali dan merupakan mantan jurnalis ini mengatakan seorang jurnalis perlu rasa empati saat menuliskan sebuah berita tentang isu HKSR remaja ragam identitas.

Menurutnya Jurnalisme empati mengacu pada sensivitas dalam melihat posisi korban hasil interaksi sosial serta mmemberikan ruang kepada rasa kepedulian terhadap oranglain.

Ia juga membeberkan kecendrungan jurnalis dalam menulis yaitu jurnalis merasa berada di luar pagar, jurnalis merasa ia hanya melaporkan fakta dan data, jurnalis merasa ia bisa mengambil kesimpulan dan persepsi sendiri atas fakta dan data yang dilihat.

''Seringkali itu jurnalis menganggap dirinya menjadi seorang hakim yang bisa menghakimi  dengan menggunakan standar moral tertentu. Kadang juga melalui pemilihan angle berfikir pilihan narasumber dan narasinya yang diyakini sebagai pembenaran yang absolut. Lihat aja saat ini banyak sekali berita-berita yang judulnya fantastis dan wow misalnya gadis cantik 16 tahun disetubuhi berkali-kali di bawah pohon pisang, judul macam apa itu sebenarnya bisa dibuat lebih ramah tetapi kembali lagi untuk kebutuhan klik bait akhirnya kita jurnalis bikin yang kayak gitu,'' tuturnya dan langsung disambut gelak tawa para jurnalis.

Komang banyak memberikan solusi dalam menulis berita isu HKSR remaja ragam identitas. Menurutnya penulisan judul yang bombastis dan juga isi berita yang tidak sensitis idu HKSR bisa dibuat menajdi lebih ramah. 

Ia menyarankan agar penggunaan istilah vulgar diganti dengan kata yang lebih halus. '' Misalnya kata pelacur diganti menjadi penjaja seks atau kata tewas diganti dengan kata berpulang. Selain itu istilah - istilah juga yang baisa dipakai misalnya gadis bau kencur, habis manis sepah dibuang itu diganti ya atau bila perlu jangan digunakan,'' lanjutnya.

Komang berharap agar para jurnalis dan juga editor tidak melihat sesorang dari sudut pandang pribadi, memperhatikan pendapat dari sumber berita dan juga tidak mengambil kesimpulan sendiri.

Sebelum mengakiri materinya Komang juga membeberkan data soal kekerasan.

Menurut data komnas perempuan tahun 2013 ada sekitar 400.939 kasus kekerasan terhadap perempuan ini sudah tercatat sejak tahun 2000.

Kemudian temuan per tahun 2017 ada 259 ribu kasus kekerasan terhadap perempuan di seluruh indonesia.

Kekerasan terhadap istri sebanyak 5.700 kasus, kekerasan dalam pacaran 2.100 dan kekerasan terhadap anak perempuan sebanyak 1.700 kasus. 

Media Berperan Melanggengkan dan Menciptakan Stigma Baru

Tak cukup sampai disitu Wakil direktur ekskutif PKBI Pusat Heri Susanto banyak membahas mengenai penjudulan berita media akhir-akhir ini. Bagi Heri penjudulan yang wow dan fantastis banyak sekali yang tidak ramah isu HKSR remaja ragam identitas. Heri memberikan beberapa contoh judul antara lain: Begini Kisah Pilu Gadis Cantik di Bungo Diperkosa Ayah Kandung Lebih dari 6 Tahun, Pelajar Cantik Diperkosa Pacar Sendiri di Medan Tuntungan, Wanita Seksi Diperlakukan Begini di Kamar Memelas Sambil Tutupi Dada di Hadapan Pria, Sungguh Bejat Remaja 18 Tahun Diperkosa Nenek 9 Cucu Pelaku Sempat Ancam dan Cekik Korban Hingga Berdarah.

Istana Bereaksi Keras, Tanggapi Aksi Bom Bunuh Diri di Medan, Begini Pernyataan Tegas Jokowi

Cewek Cantik Ini Bikin Geram ISIS, Usai Bunuh 100 Anggota ISIS, Kepalanya Dihargai Rp 14 Miliar

Bunga Citra Lestari Semprot Syahrini, Istri Reino Barack, Tak Terima Sikapnya, Terkait Luna Maya?

FAKTA TERBARU Bom Bunuh Diri Polrestabes Medan, Begini Pengakuan Saksi dan Reaksi GoJek

Risih Prilaku Syahrini, Sahabat Luna Maya BCL Langsung Tutup Telinga, Ini Fakta Sesungguhnya!

Menurut Heri penjudulan seperti ini bahkan dengan sangat mudah menggiring stigma masyarakat. Penjudulan yang menggunakan kata cantik seksi dan lain sebagainya sangat tidak ramah HKSR remaja ragam identitas. '' Jangan hanya karena klik bait ya akhirnya kita bikin judul yang seperti ini. Tidak perlulah ada kata seksi atau cantik dalam kasus pemerkosaan. Atau menggunakan kata bejat dan lain-lain siapa kita bisa menghakimi orang lain. Jangan mendramatisir sebuah berita dengan menambah kata-kata penghakiman di dalamnya,'' kata Heri. 

Selama kegiatan para editor dan juga jurnalis banyak diisi dengan diskusi bersama dan juga diselingi dengan beberapa permainan yang tetap berkaitan dengan isu HKSR remaja ragam identitas.

Pemateri banyak meminta masukan dari para editor dan jurnalis agar memperbaiki berita mengenai HKSR ke depannya.

Diskusi yang sangat alot juga membuat kegiatan ini sering melenceng dari waktu yang sudah ditentukan.

Sebelum kegiatan berakhir editor dan Jurnalis sepakat untuk lebih memperhatikan isu HKSR remaja ragam identitas ini.

Solusi yang bisa langsung dibuat adalah dengan mengurangi penggunakan kata dan istilah yang vulgar dalam pemberitaan, lebih fokus pada isu HKSR Remaja ragam identitas bukan hanya saat terjadi kasus tetapi juga mengenai pendidikan seksual remaja, mengurangi penggunaan kata atau istilah yang mendramatisir berita dan yang terakhir mulai menulis tanpa menghakimi korban. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved