Wagub Kaltim Hadi Mulyadi Resmi Pindah dari PKS Kini Pimpin DPW Partai Gelora
Wakil Gubernur Kalimantan Timur ( Wagub Kaltim ) Hadi Mulyadi resmi menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Kaltim
Wagub Kaltim Hadi Mulyadi Resmi Pindah PKS Pimpin DPW Partai Gelora
POS-KUPANG.COM, SAMARINDA - Wakil Gubernur Kalimantan Timur ( Wagub Kaltim ) Hadi Mulyadi resmi menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Kaltim.
Partai Gelora baru saja dideklarasikan pada Minggu (10/11/2019) bertepatan dengan hari Pahlawan oleh Anis Matta, Fahri Hamzah dkk.
"Iya saya resmi jadi Ketua DPW Partai Gelora Kaltim," kata Hadi Mulyadi saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (11/11/2019).
Hadi Mulyadi mengatakan target terdekat adalah merampungkan legalitas baru merespons Pilkada serentak kabupaten dan kota di Kaltim.
Bahkan, Pilwali Samarinda 2020, kata Hadi Mulyadi, Partai Gelora akan mendorong kadernya maju sebagai kontestan.
"Iya, Sarwono (kader Gelora) maju Pilwali Samarinda," katanya.
Konflik internal PKS
Sarwono adalah mantan Sekretaris DPW PKS Kaltim yang didepak di masa kepemimpinan Sohibul Iman Ketua DPP PKS saat ini.
Tak hanya Sarwono, Ketua DPW PKS Kaltim Maskur Sarmian pun didepak beserta beberapa ketua DPD PKS di kabupaten dan kota di Kaltim karena dianggap berafiliasi dengan Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi).
Organisasi masyarakat (Ormas) ini disebut-sebut sebagai gerbong Anis Matta dan Fahri Hamzah yang dibuang dari PKS.
Di Kaltim Hadi Mulyadi sebagai Ketua Dewan Pembina Garbi.
Hadi mengaku sudah diberi ucapan selamat oleh Gubernur Kaltim Isran Noor atas dirinya memimpin Partai Gelora Kaltim.
Saat Pilgub Kaltim 2018 lalu, Hadi Mulyadi masih diusung PKS Kaltim berdampingan dengan Gubernur Kaltim Isran Noor diusung Gerindra Kaltim.
Namun Hadi Mulyadi akhirnya memilih keluar saat konflik internal PKS.
Bahkan dalam beberapa kesempatan Hadi menyebut kontrak dirinya dengan PKS telah selesai.
Selain Wagub Kaltim Hadi Mulyadi, Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mulai merapat ke Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia.
Salah satu pendiri dari partai ini adalah mantan wakil ketua DPR RI Fahri Hamzah.
Merapatnya Deddy Mizwar terlihat sejak ia melayangkan surat pengunduran diri ke Partai Demokrat, beberapa waktu yang lalu.
"Sudah (mundur), sudah ditulis suratnya, sudah dikirim beberapa hari lalu," kata Deddy Mizwar saat dihubungi, Jumat (8/11/2019).
Deddy membeberkan salah satu alasannya keluar dari Partai Demokrat adalah karena akan ikut berkontribusi di Partai Gelora.
Adapun, Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan, partainya tak mempermasalahkan keputusan Deddy Mizwar untuk mengundurkan diri dari partai.
Ferdinand mengatakan, para pengurus partai mengucapkan terima kasih kepada Deddy Mizwar yang selama ini telah berkonstribusi untuk Demokrat.
"Kami tetap mengucapkan terima kasih kepada Deddy Mizwar pernah berada di Partai Demokrat dan sekecil apapun pengabdiannya," ujar Ferdinand Hutahaean saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/11/2019).
"Namun kami tegaskan, Partai Demokrat tidak merasa terganggu sama sekali dan tidak merasa kehilangan," lanjut dia.
Tak lama usai dikabarkan mundur, Deddy Mizwar rupanya tak lantas berhenti dari dunia politik.
Pada Sabtu (9/11/2019), Deddy Mizwar terlihat ikut menghadiri acara konsolidasi dan penandatanganan akta pendirian Partai Gelora di Hotel Park Regis Arion, Jakarta Selatan.
Lantas, bagaimana peran Deddy Mizwar dalam terbentuknya Partai Gelora?
Pencetus Partai Gelora
Inisiator Partai Gelora sekaligus mantan wakil ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, mantan kader Partai Demokrat itu merupakan salah satu pencetus Partai Gelora.
Menurut Fahri, pada waktunya, Deddy akan bicara terkait perannya dalam mendirikan Partai Gelora.
"Bisa dibilang demikian (Deddy Mizwar pencetus Partai Gelora). Nanti beliau juga akan bicara juga lah, karena tidak mungkin dia sebagai pendiri kalau dia enggak mendalami pemahamannya," kata Fahri saat ditemui di Hotel Park Regis Arion, Jakarta Selatan, Sabtu (9/11/2019).
Fahri mengatakan, Deddy memiliki kedekatan dengan dirinya dan Anis Mata sejak mantan Ketua Majelis Pertimbangan Daerah (MPD) Partai Demokrat Jawa Barat itu maju sebagai wakil gubernur Jawa Barat tahun 2013.
Bahkan, Fahri mengklaim, Deddy berdampingan dengan Ahmad Heryawan di Pilkada Jawa Barat atas lobi-lobi yang dilakukannya bersama Anis Matta.
"Orang Pak Deddy itu ngobrol sama kita sudah panjang, karena diterima atau tidak, suka atau tidak, karier beliau sebagai Wagub Jabar waktu itu yang menggandengkannya dengan Aher ya banyak merupakan hasil pendekatan yang kami buat," ujar dia.
Kendati demikian, Fahri tak ingin disebut sengaja memasukkan Deddy ke Partai Gelora.
Menurut dia, kehadiran Deddy merupakan hasil diskusi panjang terkait tantangan Indonesia 20 tahun mendatang.
Inisiator Partai Gelora Mahfudz Siddiq mengatakan, Deddy akan bergabung ke Partai Gelora setelah partai tersebut resmi disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
"Resmi bergabung nanti, ini belum berbentuk badan hukum parpol, jadi kalau mau dibilang gabung partai, ya partainya belum punya badan hukum," kata Mahfudz di Hotel Park Regis Arion, Jakarta Selatan, Sabtu (9/11/2019).
Secara terpisah, Deddy pun tak secara tegas menyatakan akan bergabung ke Partai Gelora. Namun, ia mengisyaratkan akan bergabung dengan Gelora, apabila setelah seluruh proses administrasi di Kemenkumham selesai.
"Saya kira setelah selesai ini baru secara administratif bagaimana rekrut keanggotaan dan segala macam. Sekarang ini baru tanda tangan akta, formulir keanggotaan dari mana," kata Deddy.
Deddy mengatakan, ingin melihat proses berkembangnya Partai Gelora yang rencananya akan ikut dalam kontestasi Pilkada 2020.
Ia mendukung kehadiran Partai Gelora sebagai harapan baru untuk menampung dan aspirasi rakyat.
"Bukan bicara soal posisi, yang penting adalah bagaimana mendukung sebuah arah baru ini, gelombang baru, paradigma baru," pungkas dia.Samarinda
Sumber: Kompas.com