Mayat dalam Koper Ternyata Sudah Meninggal 5-7 Hari, Ini Kata Polisi Soal Identitasnya, Info

Sesosok mayat laki-laki yang berada dalam koper ditemukan Warga Kampung Teluk Waru, Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,

Editor: Ferry Ndoen
istimewa via TribunnewsBogor.com
Sesosok mayat laki-laki yang berada dalam koper ditemukan Warga Kampung Teluk Waru, Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Minggu (10/11/2019). 

POS KUPANG.COM--Sesosok mayat laki-laki yang berada dalam koper ditemukan Warga Kampung Teluk Waru, Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Minggu (10/11/2019).

Mayat tersebut ditemukan tanpa identitas.

Kondisinya pun sudah membusuk, ditemukan sudah terbungkus selimut yang dilapisi plastik.

Berdasarkan berita laman Kompas.com yang dikutip TribunJabar.id, Senin (11/11/2019) siang, mayat itu juga sudah luka-luka.

Kronologi

Ini ALasan hingga Anak Menkumham Yasonna Laoly Batal Diperiksa KPK, Info

Penemuan mayat dalam koper itu berawal dari seorang warga yang melintasi semak-semak.

Warga itu kemudian mendapati sebuah koper berwarna biru tua.

Saat koper tersebut didekati, tercium bau busuk menyengat.

Warga yang mendapati koper itu kemudian langsung melapor ke polisi.

Petugas Sekuriti Ini Tewas Dibacok Saat Kejar Geng Motor, Aksi Pengeroyokan Direkam Warga, Lihat

Pihak kepolisian langsung mendatangi lokasi penempuan koper tersebut.

Kapolsek Nanggung, AKP Asep Saefudin membenarkan mengenai penemuan koper berisi mayat itu.

"Iya sudah, dan mayat lagi dibawa ke RS Kramatjati (untuk diperiksa oleh tim forensik)," ujarnya.

Luka di kepala

Lihat Rekor Pertemuan Persib Bandung Vs Arema FC Sama Kuat, Pelatih, Cara Main Masih Sama, Info

Secara terpisah, Kapolres Bogor AKBP Muhammad Joni mengatakan, ada luka di bagian kepala pada mayat itu.

Luka tersebut, diduga akibat benturan benda tumpul.

Sementara itu, mayat tersebut dikatakan Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Edy Purnomo, sudah meninggal sekitar 5-7 hari.

Ilustrasi pembunuhan ()
Adapun perkiraan itu ternyata didasari dari kondisi jasad saat diperiksa.

"Kalau proses pemeriksaan postmortem (setelah meninggal) jenazah ini diperkirakan sudah lebih dari lima hari (meninggalnya)," kata Edy Purnomo di RS Polri Kramat Jati, Senin (11/11/2019), dikutip dari TribunnewsBogor.com.

Identitas belum diketahui

Identitas dari mayat itu masih belum diketahui.

Mayat misterius itu pun masih diperiksa lebih lanjut.

"Identitas belum diketahui," kata Muhammad Joni.• Kasus Mayat Dicor di Musala, Anak dan Istri Bersekongkol Bunuh Surono Gara-gara Uang dan Asmara

Edy Purnomo mengatakan, jasad pria itu diperkirakan berusia sekitar 40 tahun.

Namun, karena kondisinya dalam keadaan membusuk, maka mayat itu sulit dikenali secara fisik.

Diduga kuat, lanjut Edy, mayat tersebut adalah korban pembunuhan.

"Kemungkinan pembunuhan, kita tidak tahu pasti. Identifikasi kami utamakan selanjutnya baru proses penyebab kematian, baru proses pembunuhan. Nanti kita koordinasi dengan penyidik," ujarnya.

Misteri Mayat Dicor di Mushola Terkuak, Surono Dibunuh Anak dan Istrinya, Gara-gara Harta dan Asmara

Motif di balik pembunuhan Sugiono alias Surono alias Pak Wid (51) akhirnya terungkap.

Belakangan, kasus di Dusun Juroju, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember itu sempat menggegerkan masyarakat setempat.

Pasalnya, jasad Surono ditemukan terkubur di mushola rumahnya.

Mengejutkannya, ternyata Surono tewas di tangan anak keduanya, Bahar Mario (25).

Aksi sadis Bahar bahkan dibantu oleh istri Surono, Busani (45).

Ilustrasi pembunuhan (net)
Perlu diketahui, Surono dan Busani sudah menikah selama 29 tahun.

Mereka dikaruniai tiga orang anak.

Namun, anak pertamanya meninggal.

Jadi, mereka tinggal memiliki dua anak, yaitu Bahar dan Fatim.

Fatim yang sudah berumahtangga tinggal bersama suaminya.

Sedangkan, Bahar yang kerap bekerja di Bali, ternyata masih meminta uang kepada orang tuanya.

Permasalahan ekonomi dan dendam

Setelah tujuh bulan, akhirnya kasus itu mulai terkuak.

Kapolres Jember AKPB Alfian Nurrizal mengatakan, motif pembunuhan Surono terkait dengan permasalahan ekonomi.

"Dan ada juga dendam yang dilatarbelakangi asmara," ujarnya saat rilis pengungkapan kasus itu di Mapolres Jember, Kamis (7/11/2019), dikutip TribunJabar.id dari TribunJember.com.

Simak Pendaftaran Formasi CPNS Kemenag 2019 yang Disediakan dan Informasi Lainnya, Info

Lebih lanjut ia menjelaskan, Bahar merasa mendapatkan sedikit hasil dari penghasilan ayahnya.

Ia yang sudah menikah memang masih ikut dan minta uang ke orang tuanya.

Adapun Surono mencari nafkah dengan menjadi petani kopi.

Penghasilannya cukup banyak.

Setahun sekali, dari hasil panen kopi, dia bisa mendapatkan penjualan dari Rp 90 sampai Rp 100 juta.

Tak hanya itu, Surono juga mendapatkan penghasilan tambahan dari komoditas pertanian lain yang ditanamnya.

Sementara itu, Busani ternyata juga merasa ia hanya mendapatkan sedikit dari penghasilan suaminya itu.

ilustrasi mayat (Thinstock via Kompas.com)
Ia meduga, uang suaminya diberikan kepada perempuan lain.

Hingga akhirnya, Busani bercerita keluh kesahnya itu kepada anaknya, Bahar.

Bahar pun memutuskan untuk membunuh ayahnya setelah mendengar cerita ibunya.

Anehnya, Busani tak melarang keinginan Bahar.

Bahar ternyata benar-benar membunuh ayahnya pada akhir Maret 2019.

"Anak korban S (Surono) yang bernama Bhr (Bahar) yang membunuh S. Dia memukul memakai linggis saat korban tidur. Sedangkan saudari B (Busani) membantu dengan mematikan lampu depan rumah," ujar Alfian.

Mengarang cerita

Bahar yang sudah membunuh ayahnya sendiri lalu membawa kabur sebuah sepeda motor CBR.

Sepeda motor milik ayahnya itu dijual seharga Rp 19 juta.

Pada Mei 2019, Busani memilih menikah siri dengan pacarnya, Jumarin (Jm).

"Kalau J (Jm/Jumarin) tidak mengetahui jika korban S sudah meninggal dan dikubur di rumah itu. Pada Mei 2019, tersangka B (Busani) menikah siri dengan J. Mereka kemudian tinggal di rumah tersebut, sebelum akhirnya 15 hari sebelum kasus ini terbongkar, B dan J ini sudah berpisah alias tidak memiliki hubungan lagi," kata Alfian.

Busani akhirnya menikmati hasil penjualan kopi milik Surono.

Pada Agustus 2019, ia memperoleh Rp 100 juta.

Namun, Bahar tak kebagian hasil penjualan tersebut.

Bahar menduga, hasil penjualan kopi itu dinikmati ibunya dengan suami sirinya.

Bahar pun akhirnya pulang dari Bali.

Sesampainya di kampungnya, ia mengarang cerita kepada Kepala Dusun Juroju Misri bahwa ayahnya telah meninggal dunia.

Saat itu Bahar mengaku mendapatkan cerita dari ibunya kalau pembunuh ayahnya adalah Jm.

Dari situlah kasus tersebut mulai terkuak.

Polisi kini menetapkan Bahar dan Busani sebagai tersangka pembunuhan Surono.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Misteri Mayat dalam Koper di Bogor, Sudah Meninggal 5-7 Hari, Begini Kata Polisi Soal Identitasnya, https://jabar.tribunnews.com/2019/11/11/misteri-mayat-dalam-koper-di-bogor-sudah-meninggal-5-7-hari-begini-kata-polisi-soal-identitasnya?page=all.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved