Iran Menemukan Ladang Minyak Baru Berisi 50 Miliar Barel di Tengah Sanksi Amerika Serikat

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negeri itu telah menemukan ladang minyak baru yang berisi sekitar 50 miliar barel.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS.com/ANGELA WEISS / AFP
Presiden Iran, Hassan Rouhani saat berbicara dalam sebuah forum PBB. 

WOW! Iran Menemukan Ladang Minyak Baru Berisi 50 Miliar Barel di Tengah Sanksi Amerika Serikat

POS-KUPANG.COM - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negeri itu telah menemukan ladang minyak baru yang berisi sekitar 50 miliar barel.

Penemuan ini bisa memperbesar cadangan minyak Iran sebanyak 30 persen di tengah sanksi ekonomi dari Amerika Serikat.

Pengumuman dari Presiden Hassan Rouhani terjadi di saat Iran menghadapi tekanan ekonomi berat karena sanksi setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Iran tahun lalu.

Dalam pidato di depan massa di kota Yazd, Hassan Rouhani mengataikan bahwa ladang minyak besar ini berada di provinsi Khuzestan dengan kapasitas sekitar 53 miliar barel minyak mentah.

"Ini adalah hadiah kecil dari pemerintah untuk warga Iran," katanya.

"Kami mengumumkan kepada Amerika hari ini bahwa kita adalah negara kaya dan meski adanya permusuhan dan sanksi yang kejam pekerja minyak dan para insinyur Iran berhassil menemukan ladang minyak ini."

Menurut Hassan Rouhani, ladang yang terletak sekitar 80 meter di bawah permukaan tanah ini memanjang sekitar 200 kilometer dari Khuzestan ke kota Omidiyeh di Irak.

Temuan ini akan menambah cadangan minyak sebesar 34 persen lagi, yang menurut perusahaan energi besar dunia BP akan menjadi 155.6 miliar barel.

Sanksi AS menghalangi ekspor minyak

Iran saat ini memiliki cadangan minyak keempat terbesar di dunia.
Iran saat ini memiliki cadangan minyak keempat terbesar di dunia. (Reuters: Essam Al-Sudani)

Cadangan minyak biasanya merujuk pada minyak mentah yang sudah bisa diambil dengan mudah.

Angka cadangan minyak ini berbeda untuk masing-masing negara karena standar yang digunakan berbeda, meski ini biasanya digunakan untuk perbandingan produksi minyak antar negara.

Iran saat ini memiliki cadangan minyak keempat terbesar di dunia untuk minyak mentah, dan cadangan gas alam terbesar kedua di dunia.

Iran memiliki ladang minyak pantai di Teluk Persia, yang dikelola bersama dengan Qatar.

Bila ladang minyak baru ini memang terbukti benar, ini akan membuat Iran naik ke peringkat ketiga terbesar dalam cadangan minyak, di belakang posisi kedua Arab Saudi.

Namun masih harus dilihat bagaimana negara tersebut bisa memanfaatkan ladang minyak baru tersebut.

Perusahaan atau negara yang membeli miyak dari Iran akan menghadapi sanksi dari Amerika Serikat.

Sumber: ABC News Indonesia

Gubernur Viktor Sebut NTT Dapat Jatah 2,5 Miliar Dollar AS dari Blok Migas Masela

Sebelumnya, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat menyebut, pihaknya akan mendapat jatah 5 persen dari keuntungan pengelolaan blok minyak dan gas (migas) Masela.

"Presiden sudah putuskan agar NTT mendapat jatah 5 persen dan Maluku, 5 persen dari keuntungan blok Masela. Itu berarti NTT dapat jatah 2,5 miliar dollar Amerika Serikat ," ungkap Viktor kepada Kompas.com di Kupang, Kamis (24/10/2019).

Menurut Viktor, dengan nominal sebesar itu, artinya NTT akan menerima puluhan triliun rupiah.

Dengan dana sebesar itu, lanjut Viktor, pihaknya akan fokus menggunakannya untuk listrik, air dan pemberdayaan masyarakat.

"Tapi sebelumnya kita akan duduk untuk rencanakan kira-kira uang sebanyak itu digunakan untuk apa," ujar Viktor.

Blok Masela adalah blok minyak dan gas bumi yang telah diputuskan sebagai salah satu dari 37 prioritas dalam proyek strategis nasional.

Hal itu diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017.

Pengelolaan Blok Masela secara teknis dilaksanakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Kemaritiman.

Viktor mengatakan, Provinsi NTT harus mendapat bagian dari Blok Masela.

Sebab NTT menjadi salah satu wilayah yang terdampak langsung dari pengembangan Blok Masela, karena letaknya di perairan dekat kepulauan Tanibar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku dan Kabupaten Alor, NTT.

Sebelumnnya diberitakan, Presiden Joko Widodo mengatakan, Blok Minyak dan Gas (Migas) Masela akan mulai berproduksi pada 2027 mendatang.

Hal tersebut dikatakan kepala negara melalui unggahan di akun Instagram resminya, Kamis (18/7/2019).

“Sesuai laporan SKK Migas, target produksi Blok Masela akan dimulai pada tahun 2027. Indonesia akan menerima selain porsi besar dari proyek ini, juga dampak gandanya, seperti industri petrokimia yang juga dibangun mengikuti proyek Blok Masela," tulis Jokowi di akun Instagramnya, @jokowi.

Jokowi menambahkan, delegasi Inpex bersama Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto telah menemui dirinya pada Selasa (16/7/2019) lalu.

Dalam pertemuan itu, Inpex bersama Jonan dan Dwi telah melaporkan perkembangan revisi atas rencana pengembangan proyek tersebut.

“Investasi yang bernilai besar ini akan sangat berarti bagi Indonesia,” kata Jokowi.

Sebagai tambahan atas persetujuan revisi PoD, pemerintah juga menyetujui permohonan untuk alokasi tambahan waktu selama 7 tahun dan perpanjangan Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja atau Blok Masela selama 20 tahun hingga 2055.

Selanjutnya, Inpex akan terus bekerja bersama Shell sebagai mitra kerja untuk memulai aktivitas persiapan yang diperlukan dalam rangka melaksanakan kegiatan Front End Engineering Design (FEED).

Dengan mulainya proyek ini, Pemerintah Indonesia akan menerima investasi sekitar 39 miliar dollar AS dan Inpex sekitar 37 miliar dollar AS. Angka tersebut sudah termasuk 10 persen milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima 33,3 miliar dollar AS.

Potensi ini masih bisa dioptimalkan dari dampak multiplier seperti industri petrokimia dan potensi investasi 5 miliar dollar AS di daerah tersebut.

Proyek Lapangan Abadi adalah proyek pengembangan LNG skala besar terintegrasi pertama yang dioperasikan oleh INPEX di Indonesia sebagai operator, sesudah Proyek LNG Ichthys di Australia.

Jumlah output gas alam di Lapangan Abadi sebesar 10,5 juta ton per tahun, mencakup sekitar 9,5 juta ton gas alam cair/LNG per tahun, dan memasok penyediaan gas untuk lokal melaluo jalur pipa. Untuk kondensatnya, mencapai sekitar 35.000 barel kondensat per hari. SKK sendiri menargetkan blok Masela akan mulai produksi pada 2027.

Sumber: Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved