Mahasiswa Lima Perguruan Tinggi di NTT Terpapar Radikalisme Hanya Korban Gagal Paham
Para Mahasiswa lima perguruan tinggi di NTT terpapar radikalisme hanya korban gagal paham
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
Para Mahasiswa lima perguruan tinggi di NTT terpapar radikalisme hanya korban gagal paham
POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Sejumlah 20,5 persen dari 200-an responden mahasiswa di lima perguruan tinggi di NTT diriset terpapar paham radikal dikategorikan sebagai kelompok gagal paham tentang Islam.
“Orang-orang ini gagal paham tentang jati diri Islam. Islam itu agama damai, syalom. Islam tidak identik dengan radikal, hanya orang-orang yang gagal paham terhadap Islam tentang sejarahnya, teologinya, fisalafatnya dan lain-lain tentang Islam,” kata Pater Dr.Hendrik Maku, SVD dari STFK Ledalero, Maumere, Pulau Flores, kepada pos-kupang.com, Jumat (25/10/2019).
• Uskup Weetabula, Sumba Barat Daya Minta STKIP Segera Jadi Universitas
Pater Hendrik menilai kelompok 20,5 persen terpapar paham radikal memahami Islam secara parsial. Mereka membaca ayat-ayat suci secara parsial dan harafiah, tanpa upaya mencari latar belakang, historis di balik teks itu.
“Orang-orang yang gagal paham tentang agamanya sendiri. Bisa dibayangkan pemahamannya terhadap agama orang lain,” imbuh Pater Hendrik.
Menurut Pater Hendrik, mahasiswa terpapar paham radikal merupakan korban. Mereka masuk dalam jebakan yang terbatas memahami agama yang dianutnya. Mereka sama sekali buta memahami agama yang lain.
• Pemkot Kupang Bertekad Jadikan Kota Kupang Tanpa Kumuh KOTAKU
“Kami merekomendasikan supaya semua sekolah tinggi diajarkan ilmu perbandingan agama. Mata kuliah ini wajib untuk membantu orang lain mengenal dan memahami agama lain,” saran Pater Hendrik.
Hal mendesak perlu dilakukan, saran Pater Hendrik, memperkuat empat pilar wawasan kebangsaan yakni Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di PT.
“Yakinkan kepada mahasiswa,empat pilar kebangsaan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Empat pilar sungguh mendukung bukan sebaliknya bertentangan,” kata Pater Hendrik.
Mereka yang gagal paham berpikir Pancasila sebagai idiologi yang tak bisa membantu mereka mencapai surga. Sehingga, mereka berjuang idiologi ini disingkirkan diganti idiologi lain. (laporan reporter pos-kupang.com, eginius mo’a).