Ngeri! Penusuk Wiranto Abu Rara Punya Kebiasaan Tak Biasa Ini Pada Malam Hari, Kalau Siang Gak Kuat

Ngeri! Penusuk Wiranto Abu Rara Punya Kebiasaan Tak Biasa Ini Pada Malam Hari, Kalau Siang Gak Kuat

Editor: maria anitoda
(ANTARA FOTO/DOK. POLRES PANDEGLA)
Ngeri! Penusuk Wiranto Abu Rara Punya Kebiasaan Tak Biasa Ini Pada Malam Hari, Kalau Siang Gak Kuat 

Ngeri! Penusuk Wiranto Abu Rara Punya Kebiasaan Tak Biasa Ini Pada Malam Hari, Kalau Siang Gak Kuat

POS-KUPANG.COM - Ngeri! Penusuk Wiranto Abu Rara Punya Kebiasaan Tak Biasa Ini Pada Malam Hari, Kalau Siang Gak Kuat

Tabir kelam pelaku penusukan Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) perlahan-lahan mulai terkuak.

Syahril Alamsyah alias Abu Rara (51) yang merupakan pelaku utama penusukan Wiranto, langsung diamankan polisi usai melancarkan aksinya pada Kamis (10/10/2019) siang.

28 Adegan Dalam Rekonstruksi Kasus Pembunuhan Bocah Kembar di Kupang

Tampilan Baru Bella Saphira Bareng Iriana Jokowi Disorot Bikin Mata Susah Berkedip Loh Lihat Fotonya

Ini Gelar Khusus Nan Aneh yang Disandang Abu Rara Pelaku Penusukan Wiranto, Bisa Bikin Orang Gemetar

Pelaku penusukan Wiranto nekat menyasarkan kunai, senjata tajam khas ninja Jepang, ke Wiranto yang kala itu baru tiba di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Usai melancarkan aksinya, Syahril Alamsyah diamankan polisi ke Polsek Menes, Pandeglang.

Syahril tak beraksi sendiri, ia mengajak serta wanita bernama Fitri Andriana (21), wanita yang diakui sebagai istrinya.

Fitri juga ikut ditangkap karena disebut turut melukai Kapolsek Menes.

Sebagaimana diberitakan oleh Kompas.com, polisi menyebut bahwa Syahril dan Fitri terpapar radikalisme ISIS.

Selain itu, keduanya juga diduga memiliki keterkaitan dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Selain dugaan terpapar radikalisme, sosok Syahril sendiri ternyata juga cukup janggal di lingkungan tempat tinggal.

Ketua RT tempat Syahril dan Fitri tinggal mengatakan, keduanya tak bergaul dengan masyarakat sekitar.

Syahril dan Fitri diketahui tinggal di Desa Kampung Sawah, Pandeglang Banten.

Dalam pemberitaan Kompas TV, disebutkan bahwa Syahril dan Fitri sendiri sudah menetap selama kurang lebih satu tahun di sebuah rumah kontrakan.

Aktivitas keseharian pelaku disebut tidak jelas, dan tidak pernah berbaur dengan tetangga.

"Setahunan gitu (tinggal di Desa Kampung Sawah), kurang lebih ya," kata Muhamad Sanusi, ketua RT tempat Syahril dan Fitri tinggal.

Kepada Kompas TV, Sanusi mengatakan bahwa Syahril sebelumnya hanya tinggal berdua dengan sang Anak.

Baru setelahnya, Fitri datang.

Namun, tak ada kepastian apakah Fitri ini adalah istri Syahril.

Kemungkinan, Syahril tidak menyerahkan dokumen bukti surat nikah atau kependudukan ketika mengajak Fitri tinggal bersama dirinya.

"(Tinggal dengan) Keluarganya, sama istri yang baru.

"Awalnya cuma sama anaknya doang.

"Terus datang istri yang baru, nggak tahu nikah, nggak tahu nggak (nikah)," lanjut Sanusi.

Tak bergaul dengan tetangga, Syahril juga menunjukkan gelagat cukup aneh lainnya.

Ia dikatakan tak pernah keluar rumah pada siang hari.

Ibarat vampir, Syahril justru baru keluar saat malam hari.

Sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Sanusi menyebut Syahril berjualan pulsa.

"Aktivitasnya cuma.. nggak ada aktivitas sih.

"Cuma di rumah doang, jualan pulsa.

"Kalau malam baru keluar," pungkas Sanusi.

 Akhirnya Terungkap ternyata ini penyebab Menko Polhukam Wiranto jadi sasaran serangan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto ditusuk oleh orang tak dikenal pada Kamis (10/10/2019).

Wiranto ditusuk saat tengah berada di Banten, seusai menghadiri acara peresmian di Universitas Mathail Anwar, Pandeglang Banten.

Akibat peristiwa penusukan ini, Wiranto mengalami dua luka tusuk pada perut sebelah kiri, dan menjalani perawatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Mengapa Wiranto yang menjadi sasaran?

Dalam jumpa pers di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, Kamis (10/10/2019), mengatakan, polisi mengamankan dua pelaku, seorang pria berinisial SA dan seorang wanita berinisial FA.

Presiden Jokowi usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (10/9/2019). (KOMPAS.com/Ihsanuddin)
Menurut Dedi, polisi menduga kedua pelaku terpapar radikalisme ISIS, yang menjadikan pejabat publik yang dijadikan sasaran atau target.

Polisi juga mendalami kaitan keduanya dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Serangan terencana

Menanggapi dugaan awal polisi, pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, target terhadap Wiranto merupakan serangan terpilih dan terencana.

"Terencana tapi enggak lama-lama banget. Mungkin sekitar sebulan dua bulan," ujar Chaidar, saat dihubungi Kompas.com, Kamis sore.

Mengapa Wiranto? Ia menduga, pelaku menganggap Wiranto sebagai public enemy. "Profil Wiranto dianggap public enemy, sering muncul," kata dia.

Menurut Chaidar, melihat pola serangan dan senjata yang digunakan, ia juga menduga ada kaitan dengan jaringan teroris seperti dugaan polisi.

"Kemungkinan memang kelompok JAD, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Kalau dilihat dari senjatanya pakai pisau, pakai domestic weapon, ciri ISIS. Pakai golok, senjata tajam, pisau dapur. Cara seperti ini sudah diperintahkan mereka 4 tahun lalu," ujar Chaidar.

"Ciri kedua, suami istri. Kami menyebutnya itu family terrorism," lanjut dia.

Seperti diberitakan, selain Wiranto dan Kapolsek Menes, ajudan Wiranto dan tokoh masyarakat Fuad Syauki, juga mengalami luka serius. Meski demikian, keduanya menjalani rawat jalan.

Saat menjenguk Wiranto di RSPAD, Presiden Jokowi meminta masyarakat memerangi radikalisme dan terorisme.

"Kepada seluruh masyarakat kami ajak bersama memerangi radikalisme dan terorisme di tanah air. Hanya dengan upaya bersama terorisme dan radikalisme bisa kita selesaikan dan berantas dari negara yang kita cintai ini," ujar Jokowi. (Kompas.com/Nur Rohmi Aida)

Menko Polhukam Wiranto diserang dan ditusuk orang tak dikenal saat keluar dari mobil di Banten, pelaku diamankan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto ditusuk oleh orang tak dikenal di daerah Banten, Kamis (10/10/2019).

Informasi itu dibenarkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Dedi mengatakan bahwa pelaku sudah saat ini sudah ditangkap. "Ya, pelaku sudah diamankan. Kapolda ada di TKP. Saat ini sedang diperiksa dulu," kata Dedi ketika dikonfirmasi, Kamis. 
Hingga saat ini belum diketahui pelaku penusukan atau motif penusukan.

Dikutip dari Kompas TV, Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan serangan ini merupakan upaya penusukan kepada Wiranto.

Dedi Prasetyo mengungkapkan Kapolsek yang berada di dekat Wiranto terluka karena penyerangan tersebut.

Menko Polhukam Wiranto memberikan keterangan pers seusai rapat koordinasi khusus (Rakorsus) tingkat menteri di Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (24/4/2019). (ANTARA FOTO/Renald Ghifari)
Dalam rekaman video yang beredar, Menkopolhukam Wiranto diserang saat baru keluar dari mobil.

Wiranto baru saja usai menghadiri acara peresmian di Universitas Mathla'ul Anwar di Pandeglang.

Pria yang menusuk Wiranto segera diamankan aparat keamanan dan diperiksa. (Kompas.com/Devina Halim)

Tersangka Pembunuh Bocah Kembar di Kupang Menangis Saat Rekonstruksi

Ini Gelar Khusus Nan Aneh yang Disandang Abu Rara Pelaku Penusukan Wiranto, Bisa Bikin Orang Gemetar

Menko Polhukam Wiranto diserang dan ditusuk orang tak dikenal saat keluar dari mobil di Banten, pelaku diamankan

Menko Polhukam Wiranto diserang dan ditusuk orang tak dikenal saat keluar dari mobil di Banten, pelaku diamankan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto ditusuk oleh orang tak dikenal di daerah Banten, Kamis (10/10/2019).

Informasi itu dibenarkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Dedi mengatakan bahwa pelaku sudah saat ini sudah ditangkap. "Ya, pelaku sudah diamankan. Kapolda ada di TKP. Saat ini sedang diperiksa dulu," kata Dedi ketika dikonfirmasi, Kamis. 
Hingga saat ini belum diketahui pelaku penusukan atau motif penusukan.

Dikutip dari Kompas TV, Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan serangan ini merupakan upaya penusukan kepada Wiranto.

Dedi Prasetyo mengungkapkan Kapolsek yang berada di dekat Wiranto terluka karena penyerangan tersebut.

Dalam rekaman video yang beredar, Menkopolhukam Wiranto diserang saat baru keluar dari mobil.

Wiranto baru saja usai menghadiri acara peresmian di Universitas Mathla'ul Anwar di Pandeglang.

Pria yang menusuk Wiranto segera diamankan aparat keamanan dan diperiksa. (Kompas.com/Devina Halim)

Simak detik-detik Menko Polhukam Wiranto ditusuk orang tak dikenal di Pandeglang

Simak detik-detik Menko Polhukam Wiranto ditusuk orang tak dikenal di Pandeglang.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto ditusuk oleh dua orang tidak dikenal, Kamis (10/10/2019) siang.

Peristiwa penusukan terjadi di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, usai Wiranto menghadiri sebuah acara di Universitas Mathla'ul Anwar.

Seorang warga, Madrain (27) menyebut detik-detik penusukan terjadi sekitar pukul 12.00.

Saat itu, Wiranto baru turun dari mobil untuk naik helikopter kembali ke Jakarta.

"Rombongan berhenti, beberapa orang ikut menjaga Wiranto ketika turun dari mobil, tiba-tiba ada satu orang tidak dikenal menusuk Pak Wiranto, lalu ada satu orang perempuan lagi bercadar yang berusaha untuk menusuk," kata Madrain, kepada wartawan di Alun-alun Menes, Kamis (10/10/2019).

Usai ditusuk, Wiranto langsung ambruk. Menurut apa yang dilihat Madrain, Wiranto ditusuk di bagian perut menggunakan pisau. Wiranto dikabarkan langsung dibawa ke RSUD Berkah menggunakan helikopter.

Selain Wiranto, kata Madrain, satu orang polisi juga menjadi korban penusukan.

Sementara Kapolres Pandeglang AKBP Indra Indra Lustrianto Amstono belum bisa memberikan penjelasan saat dikonfirmasi.

"Saya belum bisa kasih penjelasan, nanti ya," kata dia ketika dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon. (Kompas.com/Acep Nazmudin)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Detik-detik Wiranto Ditusuk Orang Tidak Dikenal di Pandeglang",

Pelaku Penyerangan Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang ternyata dua orang, seorang perempuan

Pelaku Penyerangan Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang ternyata dua orang, seorang perempuan.

Menko Polhukam Wiranto diserang dua orang setelah meresmikan Universitas Mathla'ul Awal di Pandeglang, Banten, pada Kamis (10/10/2019).

Deden Kurniawan Jurnalis KompasTV dalam laporannya mengatakan, keduanya menyerang Wiranto saat Wiranto akan masuk ke dalam mobil setelah peresmian universitas itu selesai dilakukan.

Dua orang tersebut sudah diamankan oleh pihak kepolisian. Kedua orang itu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Belum ada keterangan terkait motof penyerangan dan identitas kedua oknum. Akibat penyerangam tersebut, Kapolsek Pandeglang ikut terluka.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto ditusuk oleh dua orang tidak dikenal, Kamis (10/10/2019) siang.

Peristiwa penusukan terjadi di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, usai Wiranto menghadiri sebuah acara di Universitas Mathla'ul Anwar.

Seorang warga, Madrain (27) menyebut detik-detik penusukan terjadi sekitar pukul 12.00.

Saat itu, Wiranto baru turun dari mobil untuk naik helikopter kembali ke Jakarta.

"Rombongan berhenti, beberapa orang ikut menjaga Wiranto ketika turun dari mobil, tiba-tiba ada satu orang tidak dikenal menusuk Pak Wiranto, lalu ada satu orang perempuan lagi bercadar yang berusaha untuk menusuk," kata Madrain, kepada wartawan di Alun-alun Menes, Kamis (10/10/2019).

Usai ditusuk, Wiranto langsung ambruk. Menurut apa yang dilihat Madrain, Wiranto ditusuk di bagian perut menggunakan pisau. Wiranto dikabarkan langsung dibawa ke RSUD Berkah menggunakan helikopter.

Selain Wiranto, kata Madrain, satu orang polisi juga menjadi korban penusukan.

Sementara Kapolres Pandeglang AKBP Indra Indra Lustrianto Amstono belum bisa memberikan penjelasan saat dikonfirmasi.

"Saya belum bisa kasih penjelasan, nanti ya," kata dia ketika dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon. (Kompas.com/Aprillia Ika)

Seorang Kapolsek terluka saat orang tak dikenal serang Wiranto, penikam Menko Polhukam ditangkap

Seorang Kapolsek terluka saat orang tak dikenal serang Wiranto, penikam Menko Polhukam ditangkap. 

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto ditusuk oleh orang tak dikenal di daerah Banten, Kamis (10/10/2019).

Informasi itu dibenarkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Dedi mengatakan bahwa pelaku sudah saat ini sudah ditangkap. "Ya, pelaku sudah diamankan. Kapolda ada di TKP. Saat ini sedang diperiksa dulu," kata Dedi ketika dikonfirmasi, Kamis. 
Hingga saat ini belum diketahui pelaku penusukan atau motif penusukan.

Dikutip dari Kompas TV, Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan serangan ini merupakan upaya penusukan kepada Wiranto.

• Polisi Gelandang Edwin Bitin Bere dan Primus Nabe ke Kejaksaan Negeri Kefamenanu, Ada Apa

Dedi Prasetyo mengungkapkan Kapolsek yang berada di dekat Wiranto terluka karena penyerangan tersebut.

Dalam rekaman video yang beredar, Menkopolhukam Wiranto diserang saat baru keluar dari mobil.

Wiranto baru saja usai menghadiri acara peresmian di Universitas Mathla'ul Anwar di Pandeglang.

Pria yang menusuk Wiranto segera diamankan aparat keamanan dan diperiksa.

* Ini Sosok Abu Rara Pelaku Penusukan Wiranto, Lulusan Fakultas Hukum Rumah Digusur untuk Jalan Tol

Kamis (10/10/2019) siang, Abu Rara mendekati Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto yang baru saja turun dari mobil di Alun-alu Menes, Pandeglang, Banteng.

Abu Rara berpura-pura ingin menyalami Wiranto seperti kebanyakan warga yang ingin bersalaman dengan pejabat.

Saat itu, Kapolsek Menes Kompol Daryanto menyambut Wiranto yang baru saja meresmikan gedung kuliah bersama Universitas Mathla'ul Anwar.

Namun, tiba-tiba Abu Rara mengeluarkan senjata tajam dan menusuk bagian perut Wiranto.

Wiranto nyaris tersungkur di jalan.

Kapolsek Menes yang berada di dekat Wiranto langsung mengamankan Abu Rara.

Tidak disangka, FD (sebelumnya disebut FA) seorang perempuan bercadar, istri Abu Rara, menyerang punggung Kapolsek.

Korban lain yang terluka adalah ajudan Wiranto dan Fuad Syauki, tokoh masyarakat setempat.

Wiranto yang terluka di bagian perut segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara dua pelaku ditangkap oleh polisi.

Abu Rara dikenal pintar dan cerdas. Dia menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum di salah satu universitas ternama di Sumatera Utara.

Kala itu, SA dan keluarganya tinggal di Jalan Alfakah, Kelurahan Tanjung Mulia, Hilir, Kecamatan Medan Deli.

Saat usianya 27 tahun, SA menikah dengan istrinya yang pertama yakni Netty pada 1995.

Sayangnya pernikahan tersebut hanya bertahan 3 tahun.

Mereka bercerai. Hal tersebut membuat SA frustrasi dan mengonsumsi narkoba jenis pik kurtak.

Dia juga sering ikut judi togel.

"Sampai hitam keningnya disundutnya dengan api rokok setelah makan 12 butir kurtak. Itu di depanku," kata Alex (39), sahabat SA, di Medan.

Berangkat ke Malaysia

Seorang warga melintas di Jalan Alfakah VI, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli.

Setelah bercerai dengan istri pertama, SA berangkat ke Malaysia.

Alex saat itu hanya mengetahui bahwa teman baiknya itu jalan-jalan ke Malaysia. Lima bulan di negeri jiran, SA kembali dengan penampilan yang berbeda seperti menggunakan peci dan lebih agamis.

SA disebut juga rajin ke mushala untuk mengisi pengajian.

Namun, SA menarik diri karena ceramah yang disampaikan tidak disukai warga.

Tampilan Baru Bella Saphira Bareng Iriana Jokowi Disorot Bikin Mata Susah Berkedip Loh Lihat Fotonya

Ini Gelar Khusus Nan Aneh yang Disandang Abu Rara Pelaku Penusukan Wiranto, Bisa Bikin Orang Gemetar

Krisdayanti Bongkar Hubungan Aurel dan Ashanty, Mantan Istri Anang Hermansyah Ucap Hal Ini

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya SA membuka depot air hingga rental PlayStation.

Namun, semua bisnisnya gagal. Ia pun bekerja serabutan.

Sekitar 2000-an, SA menikah untuk kedua kali dengan Yuni dan dikarunia dua anak perempuan.

Namun, pernikahan tersebut tidak disetujui oleh orangtua Yuni.

SA dilaporkan polisi karena membawa anak gadis orang. SA dipenjara selama tiga bulan dan Yuni diambil paksa oleh orangtuanya saat anak keduanya masih berumur 10 hari.

"Orangtua Yuni kan tak setuju dengan hubungan mereka. Keluarga Yuni berontak. Diambillah Yuni sama orangtuanya, dikasuskan dia sama orangtuanya karena melarikan orang. Dipolisikan," kata Alex.

Dua sahabat karib tersebut kembali bertemu pada 2013. Kepada Alex, SA juga bercerita proyek yang ia garap di Sulawesi Selatan batal.

Padahal, menurut SA, keuntungan proyek tersebut rencananya akan digunakan untuk pergi ke Suriah.

"Kalau itu jadi, nanti akan digunakannya untuk pergi ke Suriah. Kalau saya, jihad itu ya untuk keluarga," kata Alex menirukan omongan sahabatnya.

Kepada Kompas.com, Kamis (10/10/2019), Alex bercerita terakhir kali bertemu dengan SA dan keluarga pada 2015.

"Sampai akhirnya dia meninggalkan rumah itu. Tak tahu ke mana. Sampai akhirnya sekarang. Tak tahu aku sampai segini. Berarti tekad dia sudah bulat. Gemblung," katanya.

Rumput dan pohon jambu yang berbuah SA sempat kembali dan tinggal di Jalan Alfakah, Kelurahan Tanjung Mulia, Hilir, Kecamatan Medan Deli, pada 2015 selama dua bulan.

Ia tinggal dengan istrinya yang bercadar bersama dua anak perempuan dan dua anak lelaki.

Dua tahun lalu, rumah tersebut digusur untuk pembangunan jalan tol Tanjung Mulia-Helvetia.

"Itulah sejak digusur ya pergi mereka semua. Tak tahulah ke mana. Katanya ke Jawa. Sekarang ya kek gitulah bekas rumahnya," kata Silfi, tetangga SA di Medan.

Saat ini lokasi bekas rumah SA hanya tersisa rumput dan pohon jambu yang berbuah.

KSAD menindak seorang komandan Kodim setelah istrinya kedapatan memposting ujaran negatif di medsos terkait penusukan Menko Polhukam Wiranto.

KSAD Jenderal Andika Perkasa menjatuhkan sanksi tegas pada dua anggota TNI AD.

Salah seorang diantaranya menjabat komandan kodim langsung dicopot dari jabatannya dan ditahan.

Komandan Kodim itu diketahui baru sekitar dua bulan menduduki jabatannya.

Keduanya dihukum karena istri mereka memposting soal penusukan Menko Polhukam Wiranto di media sosial.

"Sehubungan dengan beredarnya postingan di sosial media menyangkut insiden yang dialami oleh Menko Polhukam, maka Angkatan Darat telah mengambil keputusan. Pertama kepada individu yang juga merupakan istri dari anggota TNI AD, yang pertama berinisial IPDN, dan yang kedua adalah LZ," kata Andika di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).

IPDN merupakan istri dari Komandan Kodim Kendari, Kolonel HS. Sedangkan LZ istri dari Sersan Dua inisial Z.

Kedua orang itu diarahkan ke ranah peradilan umum.

Sementara suami mereka mendapat tindakan tegas dari TNI AD.

Andika mengatakan, pihaknya menindak suami keduanya.

Kolonel HS dan Sersan Dua Z disebut telah memenuhi pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 yaitu hukum disiplin militer.

"Konsekuensinya, kepada Kolonel HS tadi sudah saya tandatangani surat perintah melepas jabatannya dan akan ditambah dengan hukuman disiplin militer berupa penahanan selama 14 hari, penahanan ringan selama 14 hari," ujarnya.

"Begitu juga dengan Sersan Z, telah dilakukan surat perintah melepas dari jabatannya dan kemudian menjalani proses hukuman disiplin militer," ujarnya.

Andika mengatakan sudah menandatangani proses serah terima atau pelepasan administrasi keduanya.

Tapi, besok baru akan dilepas oleh Panglima Kodam di Makassar karena masuk di Kodam Hasanuddin yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan penelusuran Warta Kota, baru ada pergantian Komandan Kodim 1417/Kendari pada 19 Agustus 2019 lalu.

Komandan lama Letkol Cpn Fajar Lutfi Haris  Wijaya digantikan oleh Kolonel Kav Hendi Suhendi.

Pergantian  itu sekaligus menandai berubahnya status Kodim Kendari sesuai Peraturan Panglima TNI Nomor 6 Tahun 2019 tentang Peningkatan Status Kodim Kendari dari Tipe B menjadi Tipe A sehingga dipimpin oleh seorang kolonel.

Isi Postingan

Yang viral ada dua tangkapan layar status Facebook yang diduga ditulis istri anggota TNI itu.

Postingan pertama ditulis akun Irma Zulkifli Nasution 'Jangan cemen pak,...Kejadianmu tak sebanding dengan berjuta nyawa yg melayang."

Postingan kedua, tertulis 'Teringat kasus pak setnov,.. bersambung rupanya, pake pemeran pengganti. Tidak ada kata menyebut nama Wiranto di dua postingan itu.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengakui, pihaknya sudah mengintai Syahril Alamsyah (31) alias Abu Rara dan istrinya, tiga bulan belakangan.

Namun, pihaknya, kata Dedi Prasetyo, saat itu belum dapat membekuk penikam Menkopolhukam Wiranto tersebut, karena belum ada bukti permulaan kejahatan yang cukup.

"Jadi masih dimonitoring karena belum ada bukti permulaan kejahatan yang cukup."

"Seperti perencanaan amaliyah atau sudah melakukan amaliyah," kata Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Dedi Prasetyo menjelaskan, ada lima langkah pola kerja jaringan teroris yang biasa dilakukan.

"Pertama berjaga-jaga. Ini perencanaan awal juga, dengan membangun komunikasi intens menggunakan medsos."

"Juga komunikasi secara verbal atau langsung. Setelahnya di situ ada tokoh yang bisa rekrutmen kepada orang yang memiliki simpatik kepada perjuangan ISIS."

"Mereka yang merasa simpati dalam rangka mematangkan mental spriritual dari sisi visi," papar Dedi Prasetyo

Kedua, lanjutnya, tahap taklim khusus, kepada orang-orang yang sudah meliputi tahapan itu, khususnya di medsos. Setelah itu, ada penilaian dari yang merekrut.

"Lalu nanti ke tahap tiga, yakni mereka merencanakan Idad, pelatihan perang-perangan seperti yang dilakukan kelompok Abu Zee."

"Di mana melaksanakan Idad di Gunung Halimun secara terang-terangan," papar Dedi Prasetyo.

Lalu langkah keempat dan kelima, kata Dedi Prasetyo, merencanakan amaliyah dan melakukan amaliyah.

"Bisa dengan suicide bomber, atau bom lainnya, maupun dengan sajam dan lain-lain. Sasaran bisa kelompok atau tempat," tutur Dedi Prasetyo.

Baru ditahap keempat dan kelima ini, kata Dedi Prasetyo, dengan bukti permulaan yang ada, Densus 88 bisa melakukan penindakan atau preventive strike.

"Di tahap atau langkah ke-4 dan 5 inilah, Polri dengan bukti permulaan yang cukup baru bisa preventive strike."

"Sebelum ada langkah 4 dan 5, kita masih monitoring, karena bukti permulaan kejahatan belum ada bukti cukup."

"Ini yang kita lakukan pada Abu Rara dan masih kita monitoring setelah Abu Zee ditangkap," jelas Dedi Prasetyo.

Sebab, kata Dedi Prasetyo, Abu Rara masih dalam tahap kedua monitoring pihaknya.

"Bahkan ia tidak melakukan tahap ketiga, yakni Idad atau pelatihan," terang Dedi Prasetyo.

Menurut Dedi Prasetyo, Abu Rara stres dan tertekan saat mengetahui Abu Zee, Amir JAD bekasi dan kelompoknya, ditangkap Densus 88 dari Bekasi dan Jakarta Utara, bulan lalu.

"Abu Rara merasa stres dan tertekan setelah mendengar ketuanya dia dalam hubungan kelompok aktif, yakni Abu Zee, tertangkap."

"Ia berpikir kalau Abu Zee ditangkap, maka ia khawatir bisa ditangkap juga."

"Makanya dia komunikasi dengan istrinya untuk melakukan amaliyah dan tinggal menunggu waktu," ucap Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Akhirnya, amaliyah itu, kata Dedi Prasetyo, diputuskan dilakukan pada Kamis (10/10/2019) kemarin, saat mengetahui ada orang penting datang ke Menes, di mana Abu Rara dan istrinya tinggal.

"Sekali lagi dari pemeriksaan penyidik saat Abu Zee tertangkap, Abu Rara stres."

"Dia beranggapan akan ditangkap dan ditembak. Maka dia mencari momentum itu."

"Dia lari-lari ketika dapat info kapal (helikopter) mau mendarat dan masyarakat berkumpul."

"Sebab, menurutnya itu pasti ada pejabat publik pemerintah yang turun. Maka dia spontan untuk menyerang dengan senjata tajam," beber Dedi Prasetyo.

Menurut Dedi Prasetyo, Abu Rara dan Abu Zee, hanya sekali komunikasi lewat media sosial, sebelum Abu Rara pergi dan tinggal di Menes.

Sebelumnya, kata Dedi Prasetyo, Abu Rara dan istrinya, Fitri Adriana, juga dinikahkan oleh Abu Zee.

Keputusan amaliyah dengan menyerang Wiranto, kata Dedi Prasetyo, setelah Abu Rara mengetahui ada kedatangan orang penting ke Menes.

Menurut Dedi Prasetyo, dipastikan Abu Rara tidak mengetahui sosok sasarannya secara detail dan jelas.

Abu Rara bersama Fitri Andriana memutuskan melakukan penusukan tanpa rencana dan terjadi spontan.

"Jadi Abu Rara ini enggak tahu siapa sasarannya itu. Yang pasti setahu dia adalah orang penting pemerintahan, karena datang pakai helikopter."

"Dan itu menjadi salah satu sasaran pemahaman mereka, sehingga mereka melakukannya spontan," beber Dedi Prasetyo.

Menurut Dedi Prasetyo, jarak rumah Abu Rara dan istri dengan lokasi kejadian hanya 300 meter.

"Kemudian karena ada helikopter, yang istilahnya mereka adalah kapal, lalu mendarat."

"Abu Rara lalu ngomong ke istrinya 'itu sasaran kita'. Dia enggak tahu siapa itu. Ke istri lalu bagi tugas."

"Abu Rara bilang saya akan serang bapak yang turun dari heli. Kamu serang polisinya. Mereka putuskan melakukan itu," papar Dedi Prasetyo.

Karenanya, kata Dedi Prasetyo, Abu Rara dan istri membawa senjata tajam kunai dan mendekat ke alun-alun, di mana masyarakat berkumpul dan Wiranto akan menyapa warga di sana.

"Awalnya sempat diadang petugas, tapi keduanya memaksa. Sehingga, akhirnya bisa menyerang."

"Lalu pertama kena Pak Fuad, lalu kena Wiranto. Terus istrinya menyerang ke kapolsek hingga luka punggung," urai Dedi Prasetyo.

Sang istri, kata Dedi Prasetyo, kemudian kembali berupaya menyerang Kapolda Banten.

"Kemudian ditepis dengan tongkat komando. Melihat istinya ditangkap, Abu Rara coba berontak, dia masih pegang kunai."

"Akhirnya ajudan kena juga. Yang bersangkutan masih dalam pemeriksaan Densus 88 sampai kini, dan masih dikembangkan," ucap Dedi Prasetyo.

Menurut Dedi Prasetyo, Abu Rara dan istrinya terafiliasi ke JAD Bekasi pimpinan Abu Zee Ghurobah, tapi tidak eksplisit menjadi bagian struktur JAD

"Sehingga di kelompok Abu Zee ini, Abu Rara tidak secara eksplisit men-declare JAD Bekasi."

"Dia pertama bagian simpatisan. Dia juga sempat dinikahkan, kemudian pergi."

"Jadi kalau dia melakukan amaliyah diserahkan kepada masing-masing dan yang dilakukan Abu Rara, spontan," bebernya.

Abu Zee sendiri dan 8 anggota kelompoknya sudah dibekuk Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Senin (23/9/2019) lalu.

Dari tangan mereka disita pula sejumlah bahan peledak dan bom rakitan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono sebelumnya menyebutkan, Abu Zee Ghurobah merupakan pimpinan kelompok ini, atau merupakan Amir Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.

Abu Zee Ghurobah alias Fazri Pahlawan dibekuk di rumah kontrakannya di Jalan Trias Kp Sasak Tiga Rt 02/04 Desa Tridaya Sakti, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (23/9/2019) subuh.

"Peran yang bersangkutan merupakan amir atau pimpinan JAD Bekasi dan mengoordinir Ikhwan untuk bergabung ke Bekasi."

"Lalu, mengajarkan beladiri setiap Hari Minggu sore di Perumahan Cluster Paris, Residence Bekasi," kata Argo Yuwono, Selasa (24/9/2019).

Selain itu, katanya, Abu Zee menikahkan dua terduga teroris lain yang dibekuk, yakni Asep Roni dan Sutiah.

"Ia juga menikahkan para terduga teroris lainnya seperti Syarial Alamsyah Abu Rara dan Fitri Adriana."

"Lalu Devi Rusli Warni dan Putri, kemudIan Parjo dan Ummu Farida. Semuanya dinikahkan di kontrakannya," tutur Argo Yuwono.

Peran Abu Zee lainnya, lanjut Argo Yuwono, ikut membaiat anggota lainnya di rumah Eka Hendra Utama, terduga teroris lain yang dibekuk sebelumnya.

"Juga melaksanakan Idad di Gunung Salak Bogor dan merencanakan aksi amaliyah dengan menyerang atau mengebom Pos Polisi," terangnya.

Dari penggeledahan di kontrakan Abu Zee, kata Argo Yuwono, diamankan satu bendera ISIS besar, satu busur panah, 1 KTP atas nama Khusnul Qhotimah, dan 1 STNK atas nama Agus.

Lalu, 1 buku tabungan Simpedes BRI, 1 buku tabungan BCA, 1 buah stempel, 1 buku radikalisme, 3 buah samsak tangan, 2 samsak tendang, 1 buah pisau lipat, 1 tongkat turlalin, dan 3 buah HP bekas

"Penggeledahan yang dilakukan disaksikan oleh Ketua RW setempat Sailan dan Ketua RT Muslim," ucap Argo Yuwono. (*)

Artikel ini telah tayang di https://www.grid.id/read/041881562/bagaikan-vampir-pelaku-penusukan-wiranto-tak-pernah-nongol-saat-siang-hari-dan-hanya-keluar-di-waktu-malam?page=all

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved