Wabah Penyakit

GAWAT! Virus Demam Babi Afrika Ancam NTT, Menyebar dari Timor Leste, Kenali Gejalanya

Menurutnya, NTT dengan memiliki populasi ternak babi tertinggi di Indonesia, dalam keadaan bahaya.

Penulis: Ryan Nong | Editor: Alfons Nedabang
WIKIPEDIA
Virus ASF 

Sementara itu Pemerintah Kabupaten Lembata melalui Dinas Peternakan telah memantau perkembangan virus ASF.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan Lembata, Kanisius Tuaq mengatakan, begitu mendengar kabar virus mematikan itu sudah masuk Timor Leste, dirinya langsung berkomunikasi dengan kantor karantina.

Artis Ini Rela Lakukan Cara Ekstrim Agar Lindungi Suami dari Pelakor, Dulu Suka Pakai Pakaian Seksi

"Kan ada pemasukan babi dari Alor. Mereka dekat dari Timor Leste dan juga dari Kupang. Tapi dari Kupang itu jarang ke sini. Kita dari sini keluarkan babi, hanya dari Alor itu yang kita waspadai," terang Kanis saat ditemui di Lewoleba, Senin (30/9/2019)

Menurutnya, banyak pendatang ke Lembata untuk membeli babi. Pasalnya, harga babi lebih murah. Dia berharap virus ASF tidak sampai masuk ke Lembata karena bisa mematikan usaha para peternak babi yang kian berkembang.

Kanis mengatakan, bisnis babi di Lembata sangat menjanjikan. Oleh karena itu, demi meningkatkan populasi babi pihaknya melakukan kawin suntik. Upaya ini dilakukan karena kawin alamiah lambat dalam meningkatkan populasi.

Innalillahi! Kabar Duka Datang dari Nahdlatul Ulama, Istri KH Hamim Thohari Djazuli Meninggal Dunia

"Selama ini peningkatan hanya 2500 babi setahun atau hanya 5 persen dari total populasi. Kalau dengan kawin suntik, populasinya bisa meningkat dua kali lipat.
Apabila populasi babi sudah banyak, maka dirinya berencana untuk mengirim babi sampai ke negera Timor Leste. Sekarang sudah jalan 100 ekor per bulan ke Maumere dan Sumba. Pengawasan saya di pelabuhan. Rekomendasi kan dari saya," papar Kanis.

Perketat Pengawasan

Pemerintah Provinsi NTT hendaknya memperketat pengawasan di setiap pintu masuk perbatasan Indonesia (NTT) dengan Timor Leste. Upaya itu untuk mencegah masuknya virus ASF yang menyerang babi.

"Secara geografis, kita satu daratan dengan Timor Leste, bahkan mobilisasi masyarakat dan ternak di perbatasan selalu ada. Saya minta perhatian pemerintah untuk antisipasi sebelum virus itu masuk ke NTT," kata Sekretaris Fraksi PKB DPRD NTT, Ana Waha Kolin, SH di Kupang, Senin (30/9/2019).

Albert Riwu Kore Pimpin Ikatan Notaris NTT Periode 2019-2022

"Harus ada gerak cepat dari pemerintah untuk antisipasi dengan perketat pengawasan di pintu-pintu masuk wilayah pwrbatasan NTT-Timor Leste," sambungnya.

Menurut An Kolin, ternak babi bagi warga NTT selalu digunakan dalam peristiwa-peristiwa adat dan budaya. "Perlu ada upaya cepat dan tegas untuk menyelamatkan babi di NTT. Kalau virus ini bergerak cepat maka secara manusia kita tidak bisa menahan," tandasnya.

An Kolin mengatakan, Pemprov NTT perlu secepatnya mengambil tindakan konkret. Dia mencontohkan, jika di perbatasan belum ada pos karantina dan juga kantor kesehatan masyarakat veteriner, maka perlu dipikirkan.

Panas! Tompi Balas Unggahan Hotman Paris Soal Dugaan Malpraktik Ada Kalimat Menohok Ini Tersinggung?

"Tapi kalau sudah ada maka segera perketat pengawasan dan komprehensif .
Kita kuatir, jika masyarakat di perbatasan lakukan sistem barter ternak babi dangan sembako atau barang maka ini bisa menjadi sumber masuknya ternak yang terinfeksi virus ke NTT," ujarnya mengingatkan.

Hal senada disampaikan Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD NTT, Gabriel Beri Binna. Menurutnya, Pemprov NTT harus mengambil langkah nyata untuk mengantisipasi virus ASF yang menyerang ternak babi.

"Kasus ini sudah mewabah di Timor Leste. Oleh karena itu, Pemprov NTT perlu mengambil langkah nyata dan tepat dalam mengantisipasi masuknya ASF. Beberapa kabupaten sudah mengambil langkah kongret untuk mengatasi masalah ASF, seperti menghentikan antar pulau ternak babi. Upaya ini bisa mengantisipasi munculnya kasus ini," kata Beri Binna, Selasa (1/10/2019).

Artis Krisdayanti Histeris dan Nangis Kebohongan Raul Lemos Terungkap Sudah Yuni Shara Syok Berat

Anggota DPRD NTT dari PDIP, Yunus Takandewa mengatakan, pemerintah
segera melakukan pengawasan ketat di pintu-pintu masuk di wilayah perbatasan NTT dengan Timor Leste. "Kita minta agar pemerintah bisa antisipasi agar kasus ini tidak menjadi masalah baru di NTT," katanya.

Deteksi ASF

Ketua Perhimpunan Dosen Hewan Indonesia (PHDI) Cabang NTT, Dr drh Maxs US Sanam, MSc menjelaskan, ASF merupakan salah satu penyakit yang disebabkan virus. Virus ini menyebar begitu cepat dalam populasi ternak babi dan sangat berbahaya karena memiliki tingkat kematian (mortalitas) mencapai 100 persen. Lebih parah lagi, belum ada vaksin untuk pencegahan ASF.

Virus ASF dengan tipe DNA, eksklusif menyerang hewan jenis babi, baik babi liar maupun piaraan (domsetik). Babi yang sakit mengeluarkan virus ASF dari berbagai lubang tubuh (mulut, hidung, anus) dan darah. Virus sangat tahan terhadap lingkungan. Virus di dalam tinja bisa bertahan hingga dua minggu.

Tokoh PDIP yang Juga Ketua DPRD Sampaikan Kabar Duka Saudara Sepupunya Wafat, INNALILLAHI!

"Penularan penyakit ini bisa terjadi melalui kontak dengan hewan sakit atau pun dengan benda-benda yang tercemar virus, termasuk melalui makanan," kata Maxs Sanam.

Pencegahan ASF di antaranya dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang ada di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste agar tidak membawa masuk babi, maupun produk-produknya (daging baik segar maupun awetan) ke dalam wilayah peternakannya.

Selain itu berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) via instansi teknisnya (Balai Karantina Pertanian/Hewan) untuk mencegah pemasukan atau pelintasan hewan babi dan produk-produknya ke NTT.

Artis Ini Rela Lakukan Cara Ekstrim Agar Lindungi Suami dari Pelakor, Dulu Suka Pakai Pakaian Seksi

Normalkah Sudah Punya Pasangan Tapi Masih Mimpi Berselingkuh?

Menurutnya, perlu dilakukan surveilance untuk mendeteksi keberadaan dini virus ASF di daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste.

Maxs Sanam mengatakan, ASF hanya menyerang hewan babi, tidak menyerang hewan lain dan tidak juga menyerang manusia. Penyakit ini ditemukan di negara-negara Afrika Barat, dan sebagian kecil negara di Eropa (Italia). Beberapa negara pernah mengalami wabah namun sudah berhasil dieradikasi (diberantas) penyakitnya. Indonesia belum pernah dilaporkan ada. (hh/yel/kk/jen/ll)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved