Simak Dugaan Keterlibatan Intelejen Amerika CIA di Balik Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965?

Di antara sekian banyak teori soal peristiwa G30S, keterlibatan Amerika Serikat mungkin yang paling sulit dipahami.

Editor: Ferry Ndoen
DOK. KOMPAS)
Letkol Untung (kiri), pemimpin Gerakan 30 September dibawa masuk ke dalam sidang Pengadilan Mahmillub.( 

Peter Kasenda dalam Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI (2016) menulis, PKI mendengar sekelompok jenderal atau Dewan Jenderal yang hendak mengkudeta Presiden Soekarno.

Informasi ini didapat dari rekan mereka di militer yang merupakan simpatisan PKI.

Pada zamannya, tiap partai dan kelompok politik punya jaringan serupa dalam militer.

PKI memiliki tim khusus dan rahasia yang bertugas mengumpulkan beragam informasi.

Tim ini disebut Biro Chusus (BC).

Informasi dan analisis yang dihimpun BC amat menentukan langkah partai.

Informasi dari BC PKI penting untuk menentukan apakah PKI akan bertindak sebelum kudeta itu terjadi atau menunggu.

Berdasarkan rapat dengan para perwira militer, Kepala BC PKI Syam Kamaruzaman menyimpulkan pihak militer siap melancarkan langkah untuk mencegah kudeta terjadi.

Komandan G30S Letkol (Inf) Untung Samsuri dalam persidangan mengaku, sejak awal, tak pernah ada niat menggulingkan pemerintahan.

"Saya bisa menarik kesimpulan, akan ada sebuah gerakan yang bisa membahayakan keselamatan Presiden. Saya dasarkan kepada peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa 17 Oktober dan yang lain-lain.

Semuanya, makar terhadap Presiden," kata Untung seperti dikutip dalam G30S, Fakta atau Rekayasa (2013) karya Julius Pour.

"Pertimbangan tersebut mendorong saya memprakarsai pertemuan sejumlah perwira, merencanakan gerakan untuk mendahului aksi Dewan Jenderal. Sebagai seorang perwira Tjakrabirawa, saya tidak akan rela kalau Paduka Yang Mulia Presiden sampai digulingkan," lanjut Untung.

Letkol Untung (kiri), pemimpin Gerakan 30 September dibawa masuk ke dalam sidang Pengadilan Mahmillub.(DOK. KOMPAS)
Soal keberadaan Dewan Jenderal, Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel CPM Maulwi Salean mengaku pernah menguping percakapan Soekarno dengan Jenderal Ahmad Yani.

Soekarno menanyakan apakah benar ada dewan yang dimaksud.

"Pak, het is er geweest, maar ik heb ze al in mijn handen, hunt op mij aan (Pak, itu kan dulu. Mereka sudah di tangan saya. Bapak bisa percayakan kepada saya)," kata Maulwi menirukan perkataan Ahmad Yani seperti dikutip dalam buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 65 (2001).

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved