20 Cuitan Fadli Zon Soal Rusuh Wamena, Sindir Presiden Jokowi hingga Imbauan untuk Warga Minang
20 Cuitan Fadli Zon Soal Rusuh Wamena, Sindir Presiden Jokowi hingga Imbauan untuk Warga Minang
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
20 Cuitan Fadli Zon Soal Rusuh Wamena, Sindir Presiden Jokowi hingga Imbauan untuk Warga Minang
POS-KUPANG.COM - Anggota DPR RI asal Gerindra Fadli Zon menanggapi kerusuhan Wamena yang telah merenggut 33 nyawa.
Tanggapan Fadli Zon terhadap kejadian rusuh Wamena Papua itu ia tuangkan dalam 20 cuitan di akun Twitternya, @fadlizon 29 September 2019.
Berikut cuitan Fadli Zon tentang rusuh di Wamena:
1) Konflik dan kerusuhan yg terjadi di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Senin, 23 September 2019 lalu, merupakan tragedi kemanusiaan. #WamenaBerduka
2) Konflik telah mengakibatkan korban jiwa dan pengungsian. Pemerintah telah gagal menjamin keselamatan warga Minang dan etnis lain di Papua. #WamenaBerduka
3) Sebagai anak dari sebuah bangsa yg warganegaranya sangat plural, setiap konflik yg melibatkan sentimen etnik memang pantas menyakiti rasa kebangsaan kita. #WamenaBerduka
• 16 Cuitan Fahri Hamzah Pamit dari DPR! Rezim Itu Kuat Luar Biasa, Aku Hanya Debu Tuhan, Bismillah!
• Lama Bungkam, Enji Baskoro Mantan Suami Ayu Ting Ting Bongkar Aib Teman Ivan Gunawan, Begini Isinya
4) Apalagi, akibat konflik tsb kini lebih dari lima ribu orang mengungsi, dan ribuan lainnya terpaksa eksodus dgn perasaan traumatik. Tak terasa kehadiran negara dan belum ada ungkapan belasungkawa dari Presiden Joko Widodo. #WamenaBerduka
5) Sebagai Ketua Umum DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Ikatan Keluarga Minang (IKM), ada beberapa poin yg ingin saya sampaikan. #WamenaBerduka
6) Pertama, sy ingin menyampaikan duka yg mendalam atas meninggalnya warga Minangkabau, serta saudara-saudara sy dari etnis lainnya pada bentrokan yg terjadi awal pekan kemarin. Kita sangat menyesalkan kejadian tsb. #WamenaBerduka
7) Tindakan pembantaian terhadap warga Minang adalah perbuatan biadab. Orang Minang adalah warga cinta damai dan selalu berprinsip “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. #WamenaBerduka
• Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah Pamit Usai 15 Tahun Berkantor di Senayan, Sebut BJ Habibie
• Prabowo Ganti Fadli Zon dengan Sufmi Dasco Masuk Pimpinan DPR, Posisi Puan Maharani Masih Misteri
8) Kedua, IKM meminta agar aparat keamanan dan pemerintah setempat bergerak cepat memastikan keamanan dan keselamatan semua orang yg ada di Wamena. #WamenaBerduka
9) Pemerintah Kabupaten Jayawijaya harus bisa melindungi dan memastikan keamanan masyarakat Minangkabau, juga etnis pendatang lainnya, yg bertahan di Wamena. #WamenaBerduka
10) Jaminan keamanan dan keselamatan ini penting, agar konflik dan kerusuhan kemarin tidak memancing konflik lebih luas. #WamenaBerduka
11) Informasi yang dihimpun dari Pengurus DPW IKM Papua, saat ini ada sekitar 981 perantau Minang di Provinsi Papua, di mana 500 orang di antaranya tinggal di Wamena. #WamenaBerduka
12) Ketiga, karena ini bukan pertama kalinya terjadi konflik horisontal berlatar belakang sentimen etnis di Wamena, pemerintah dan aparat keamanan mestinya menggunakan pendekatan yg hati-hati. #WamenaBerduka
• Fahri Hamzah Sahabat Fadli Zon Ungkap Jokowi Bisa Jatuh di Tengah Jalan Kalau Salah Melakukan ini
• Ini Kabar Terbaru Lulu Tobing Pasca Nikahi Bani Mulia Orang Muda Kaya Raya, Tambah Cantik dan Seksi
13) Semua pihak harus mendorong terjadinya resolusi konflik. Kerjasama yg terjadi antara pemerintah Provinsi Papua dengan Provinsi Sumatera Barat dalam menangani para korban saya kira sudah bagus dan bisa meredam konflik ini agar tak meluas. #WamenaBerduka
14) Keempat, sy meminta semua tokoh, baik tokoh Minang maupun tokoh Papua, baik yg ada di Papua maupun di Jakarta, agar bisa segera duduk bersama untuk menenangkan masyarakat, #WamenaBerduka
15) terutama untuk memastikan agar tidak muncul kesalahpahaman dan prasangka pasca-konflik kemarin. Kita harus sama-sama berkepentingan konflik tsb tidak merembet ke mana-mana. #WamenaBerduka
16) Karena pasca-kerusuhan kemarin banyak warga Minang tak lagi merasa aman, sehingga meminta dipulangkan ke kampung halaman, IKM berharap agar Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memfasilitasi aspirasi tsb dan membantu para korban. #WamenaBerduka
• Juru Bicara Prabowo Subianto Dahnil Anzar Cibir Konser Musik untuk Republik Cuitan Politisi Gerindra
• Terlalu Banyak Selfie & Aktif di Medsos, Selebram Perempuan Dibunuh Kakaknya, Alasannya Bikin Emosi
17) Sejauh ini saya mengapresiasi Pemerintah Provinsi Papua dan Sumatera Barat yg telah mengambil tanggung jawab dalam mengurus serta memulangkan jenazah para korban. #WamenaBerduka
18) Bantuan hendaknya juga diberikan untuk korban yang mengungsi, eksodus, dan mengalami trauma. #WamenaBerduka
19) Kita berharap kasus ini segera ditangani tuntas, agar tidak muncul kegelisahan di kalangan para perantau di Papua. Perdamaian adalah buah ikhtiar bersama. #WamenaBerduka
20) Tak boleh lagi ada diskriminasi agama, suku, golongan, maupun etnis tertentu. Dan negara harus hadir dalam melindungi warganya sebagai amanat konstitusi. #WamenaBerduka
Ustadz Abdul Somad Nyaris Menangis Ungkap Rusuh Wamena: Bangkit Saudaraku, Jangan Menyerah!
Ustadz Abdul Somad Nyaris Menangis Ungkap Rusuh Wamena: Bangkit Saudaraku, Jangan Menyerah!
Ustadz Abdul Somad (UAS) nyaris menangis saat memberikan pernyataan menyikapi rusuh Wamena Papua yang menewaskan 33 orang.
Pernyataan Ustadz Abdul Somad itu ia sampaikan dalam sebuah video pendek berdurasi 3 menit 11 detik di Instagramnya.
Ya Ustadz Abdul Somad UAS memberikan pandangan-pandangannya yang sedikit mengulas peran orang Minang, Bugis Makassar, hingga orang Jawa dalam sejarah panjang Nusantara dan penyebaran Islam oleh tokoh-tokoh dari suku-suku tersebut.
Belum diketahui, kapan video Ustadz Abdul Somad ini dibuat.
Namun bisa dipastikan video ini dibuat setelah kerusuhan Wamena terakhir yang menewaskan 33 orang.
Video UAS ini dibuat dalam sebuah mobil.
UAS memberikan pesan menyejukkan dan mendorong agar semua orang di Indonesia memberi bantuan kepada korban kerusuhan di Wamena tersebut.
Berikut pernyataan Ustadz Abdul Somad terkait rusuh Wamena yang telah menelan korban tewas.
Saudara-saudaraku di manapun di Nusantara yang bisa membantu, bantu.
Dengan uang kita.
Yang tak bisa (dengan uang), dengan doa.
Doakan dari jauh.
Mudah-mudahan saudara kita, saya hanya sebut Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Jawa karena ini (bangsa) yang paling banyak merantau.
Tapi, suku-suku yang lain, kita adalah Nusantara.
Mudah-mudahan, kita tetap disatukan oleh kebhinekaan
Dari kecil dia sudah tinggal di surau.
Tak ada orang Minang yang tak pandai mengaji dan tak pandai bersilat.
Siapa guru orang Minang?
Alam Takkambang menjadi guru.
Oleh sebab itu apa yang terlihat hari-hari ini, ini kecil bagi orang Minang.
Berapa pejuang bangsa ini, lari Belanda terbirit-birit menghadapi orang Minangkabau.
Setelah merdeka, orang Maninjau menjadi ulama, menjadi founding father bangsa ini.
Oleh sebab itu, Minang mesti bangkit.
Kau jihad, awak kini... (kurang jelas).
Tapi jihad awak ndak bantu... (suara UAS jadi serak, sempat berhenti, terlihat menahan haru).
Orang sabalah membaka (sebelah membakar), jihad awak menolong.
Maka, buatlah posko-posko.
Bangkitkan, tolong saudara-sudara kita, bagi modal, bagi usaha.
Kekeluargaan orang Minangkabau akan tetap terjaga.
Apa yang dialami beberapa hari hanya membangkitkan semangat persaudaraan orang Minangkabau.
Aga kareba (apa kabar, bahasa Bugis Makassar) saudara-saudaraku dari Makassar
Dulu kalian orang Bugis, orang Makassar pernah dibuang oleh Belanda nun jauh di Afrika Selatan.
Tapi apa yang terjadi?
Syekh Yusuf Al Makassary justru mengembangkan Islam (di Afrika Selatan).
Dicampakkan di Ceylon, Srilanka, Islam berkembang di Srilanka.
Dibuang lagi ke Afrika Selatan, bahkan Nelson Mandela pun memberikan penghargaan untuk kalian.
Ketika saya pernah menyampaikan tausiyah di Sydney, di Australia,
dibawa oleh sahabat saya untuk melihat bagaimana Islam sampai ke Melbourne,
sampai ke Australia, rupanya nenek moyang kalian yang mengislamkan.
Padahal cita-cita (nenek moyang) kalian,
cita-cita mereka hanya ingin menangkap mencari teripang.
Mencari rezeki tapi rupanya mereka tetap berdakwah.
Maka, bangkit wahai saudaraku, orang Makassar, orang Bugis.
Saudara-saudaraku orang Jawa yang ada di perantauan, pribon kabare (apa kabar, bahasa Jawa).
Sulit memang, susah,
tapi ke mana saja dilihat bumi di Nusantara ini,
dulu nenek moyang kalian pernah menyatukan Nusantara.
Bahkan kekuasaannya sampai ke Vietnam sana.
Maka, bangkit.
Jangan pernah menyerah.
Jangan pernah mengalah.
Kami dari jauh ikut mendoakan.
Saudara-saudaraku di manapun di Nusantara yang bisa membantu, bantu.
Dengan uang kita.
Yang tak bisa (dengan uang), dengan doa.
Doakan dari jauh.
Mudah-mudahan saudara kita, saya hanya sebut Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Jawa karena ini (bangsa) yang paling banyak merantau.
Tapi, suku-suku yang lain, kita adalah Nusantara.
Mudah-mudahan, kita tetap disatukan oleh kebhinekaan.
Disatukan oleh Laa ilaha illallah Muhammadar Rasulullah.
Bagi yang seagama, berdoalah, kita disatukan oleh Laa ilaha Illallah.
Bagi yang tidak (seagama), bersatulah, kita disatukan oleh Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terima kasih.
Assalamualaykum warahmatullahi wabaraktuh.
OAP Sembunyikan Warga Pendatang saat Rusuh Wamena
Di tengah kerusuhan Wamena, Papua, ada cerita-cerita yang menunjukkan bahwa sisi kemanusiaan manusia masih ada di tengah kondisi genting dan menyeramkan.
Melalui akun facebook miliknya, Errisa Dwisand, dosen di Stisip Al Yapis Wamena, memberi penghargaan setinggi-tingginya kepada Orang Asli Papua (OAP) yang menolong dengan cara menyembunyikannya.
Penyebutan OAP tidak dimaksudkan sebagai bentuk diskriminatif melainkan hanya untuk mengidentifikasi.
Errisa mengungkapkan, jika bukan karena kebaikan OAP, dia bersama sejumlah rekannya bisa jadi ikut menjadi korban kerusuhan dan ikut tewas bersama puluhan korban lainnya.
Saat kerusuhan, 23 September 2019 lalu, Erissa menceritakan OAP tersebut menyembunyikan dirinya dan sejumlah rekannya di bangunan seperti honai di belakang rumahnya.
Seorang warga mencium Orang Asli Papua (OAP) yang menyelamatkannya saat kerusuhan di Wamena terjadi, Senin, 23/9/2019.
Rumah warga Papua tersebut terletak di belakang kampus.
Saat itu, kampusnya sudah dibakar oleh massa.
“Lokasinya itu tidak sampai tak sampai 200 meter (dari lokasi pembakaran rumah). Sudah terasa panasnya. Jika tempat (sembunyi) ini ketahuan, pasti dibakar. Saat mereka datang, mungkin akan dibinasakan entah di bacok parang, kapak, di aniaya atau dibakar hidup-hidup,” kata Erissa.
Errisa bahkan sempat berpikir untuk bunuh diri jika ketahuan oleh perusuh.
“Daripada mati konyol terzalimi mereka jika ketahuan,” katanya.
Erissa menuturkan, OAP yang menyuruhnya bersembunyi tersebut membantu mengalihkan perhatian para perusuh ke tempat lain.
“Selama satu jam bapak Asli Papua itu datang membuka pintu honai dan berkata ‘ada aparat’. Sontak saya berlari sekencang-kencangnya keluar dari honai menuju keluar pagar dan berteriak melambaikan tangan ‘tolong pak’,” ceritanya melalui akun media sosial miliknya.
Seorang OAP menolong sejumlah orang saat kerusuhan melanda Wamena, Senin (23/9/2019).
Anggota TNI pun menjawab dan memintanya berlari cepat sambil berpakaian senjata lengkap.
Errisa berlari sekuat tenaga terengah-engah, menerobos pagar kawat, rawa, masuk selokan dengan berseragam rok panjang.
“Dengan kaki telanjang berlari menuju jalan besar untk dpt segera sampai di truck evakuasi. Mashaallah…. Saya masih hidup,” tulisnya.
Dia juga menceritakan, banyak warga OAP yang justru menolong dan menyelamatkan pendatang.
Dia menceritakan, ada warta pendatang yang kios dan warungnya dibakar hingga di lantai 2. Dia pun melarikan diri dengan memanjat tangki air.
“Saat mereka mau melompat ke bawah ada beberapa OAP di bawah. Mereka berfikir akan dibantai. Ternyata tidak. Mereka (Orang Asli Papua) justru membantu para pendatang turun dari tangki air itu. Dan menjaga, menyelamatkan para pendatang itu,” ceritanya.
“Bukankah terbayang indahnya perdamaian di atas perbedaan. Sadarlah wahai saudaraku. Lihat betapa indahnya perdamaian. Di tanah lembah baliem masih ada malaikat berhati mulia. Tuhan maha adil. Semoga Tuhan membalasnya suatu saat nanti sobat,” katanya lagi dikutip dari laman makassar terkini.
Foto yang diupload Erissa di akun facebook miliknya memperlihatkan suasana mencekam para warga.
Jokowi Akhinya Sampaikan Belasungkawa untuk 33 Korban Tewas di Wamena
Hari Senin, 30 September 2019, atau sepekan setelah Rusuh Wamena, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menyampaikan ucapan berbelasungkawa.
Jokowi mengucapkan belasungkawa atas kerusuhan yang menyebabkan 33 orang meninggal dunia di Wamena, Papua.
"Saya ucapkan duka mendalam meninggalnya korban di Wamena, 33 meninggal," kata Jokowi di Istana Bogor, Senin (30/9/2019).
Jokowi menegaskan aparat keamanan kerja keras melindungi warga.
Ia meminta tak ada pihak yang mengarahkan kerusuhan ini sebagai konflik antaretnis.
"Ini adalah Kelompok Kriminal Bersenjata turun dari gunung dan melakukan pembakaran-pembakaran rumah warga," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jokowi Sampaikan Belasungkawa untuk 33 Korban Tewas di Wamena
Diketahui, aksi unjuk rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), berujung rusuh.
Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.
Unjuk rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto menyatakan bahwa korban tewas berjumlah 33 orang.
Berikut data korban tewas berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com:
1. Muh Subhan, asal Makassar.
2. Yohanis Karangan, asal Toraja.
3. Ketron Kogoya, 23, asal Wamena.
4. Sofyan, 32, asal Madura.
5. Elies Himan, 20, asal Madura.
6. Yus Asso, 20, asal Wamena.
7. Rahul, 21, asal Poso, Sulawesi Tengah.
8. Risky, 3, asal Padang, Sumbar.
9. Mison Lokbere, 15, asal Wamena.
10. Anto, 32, asal Padang, Sumbar.
11. Yapet 25, asal Padang, Sumbar.
12. Hendra, 21, asal Padang.
13. Linda, 23, asal Padang.
14. Ibnu, 8, asal Padang.
15 . Yoga, 30, asal Padang.
16. Iwan, 27, asal Padang.
17. Rustam, 33, asal Enrekang, Sulsel.
18. Irma, 25, asal Enrekang.
19. Ilmi, 2, asal Enrekang.
20. Erwin, 17, asal Enrekang.
21. Tukang ojek, belum bisa teridentifikasi, luka bakar.
22. Yunus Todingbua, 40, asal Toraja.
23. Untung, 30, asal Pasuruan, Jatim.
24. Bambang, 35, asal Lumajang.
25. dr. Soeko Marsetyo, asal Yogyakarta.
26. Marius Wenda, 18, asal Kimbim, Papua.
27. Ari Nurdani, 27, asal Padang.
28. Manu Meage.
29. Risda, 24, asal Karujaya, Makassar.
30. Elakim Wetapo, 20, Homhom.
31. Gestanus Hisage, 21, asal Popukoba, Papua.
Penyebutan asal daerah korban tewas menunjukkan bahwa korban tewas juga banyak dari kalangan Orang Asli Papua (OAP).(*)
Sebagian Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com