Renungan Kristen Protestan, 20 September 2019 : Permulaan Hikmat adalah Takut akan Tuhan
Jika mengedit foto yang seperti itu sudah membuat dia terkagum-kagum, apalagi kalau dia memiliki kemampuan berselancar di dunia maya
Bagaimana jika foto2 hasil editan milik sang Penatua itu dipakai untuk menyebarkan berita Hoax ?
Disinilah kita perlu berefelksi dari apa yang dikatakan oleh Pengamsal bahwa Hikmat atau Pengetahuan haruslah bersumber dari sikap takut akan Tuhan.
“takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”(Ams 1 : 7) atau dalam Ams 9 : 10 dikatakan bahwa “permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan”.
Hikmat adalah Pengetahuan yang bersumber dari Tuhan. Ia memberikannya kepada mereka yang menghormati dan mentaati Tuhan. Sikap takut akan Tuhan merupakan ekpresi dari kekaguman yang penuh hormat pada kuasa, keagungan, dan kekudusan Allah.
Orang yang berhikmat adalah adalah orang yang tahu dan mengerti tentang apa yang benar, adil, tulus, dan jujur. Itu berarti orang-orang berhikmat adalah orang2 yang dekat dengan kebenaran, keadilan, ketulusan dan keadilan.
Itu berarti, pengetahuan (IPTEK) kita haruslah yang bersandar pada hikmat yang mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Era revolusi industri 4.0 yang luar biasa di mana kemajuan teknologi memang membawa banyak kemudahan, tetapi sekaligus tantangan.
Karena itu saya merasa gelisah ketika mendapati banyak orang tua lebih mempercayakan gadged dan smarthphone untuk menenangkan anak2 dari pada berusaha menenangkannya dengan kesabaran dan kasih sayang.
Majelis Sinode dalam sidang XLIV mengeluarkan rekomendasi agar setiap anggota GMIT tidak mengakses HP, laptop, televisi mulai jam 6 sore sampai jam 8 malam.
Tujuannya adalah agar ada puasa selama 2 jam dari teknologi. Dengan begitu ada quality time bagi keluarga. Ini sebuah himbauan yang penting.
Di sekeliling kita masih banyak pergumulan dalam membaca konteks perubahan dunia.
Misalnya, Bagaimana kita menjelaskan kepada orang2 di saudara-saudari di kampung-kampung yang sekarang lebih memilih menggunakan roundop, noxxon dan bahan2 kimiawi untuk membersihkan rumput padahal tidak ramah lingkungan.
Bagaimana kita mendorong anak2 untuk mencintai budaya lokal, seperti menenun ?
Dulu orang biasa berjalan kaki berkilo-kilo untuk ke gereja, sekarang orang lebih memilih naik ojek bahkan untuk pergi ke kios yang berjarak hanya 100 meter sekalipun.
Dulu undangan untuk pesta, disampaikan dengan tutur adat dan okomama, tapi sekarang cukup sampaikan undangan lewat HP/Gorup WA Keluarga, Youtube, dll.
Mari kita membekali diri untuk lebih berhikmat, sebab orang berhikmat akan selalu menjadi minoritas.
Dengan hikmat Tuhan, biarlah kita menjadi orang yang mendatangkan keteduhan dan kedamaian yang terwujud dalam tutur kata, sikap prilaku dan cara berpikir bagi kehidupan bersama dalam masyarakat dan dalam pelayanan gereja masa kini. Tuhan menolong kita. Amin