Kosmas Lana Sebut Pemprov NTT Butuh Tabel Input Output

Pemerintah Provinsi NTT ( Pemprov NTT) membutuhkan tabel input output atau Inter Regional Input Output (IRIO).

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Kepala BPS NTT, Maritje Pattiwaellapia, SE,M.Si menyerahkan plakat kepada Rektor Undana, Prof. Ir. Fredrik L. Benu,M.Si, Ph. D pada acara diskusi penyusunan IRIO di Hotel Aston, Selasa (17/9/2019). 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pemerintah Provinsi NTT ( Pemprov NTT) membutuhkan tabel input output atau Inter Regional Input Output (IRIO). Tabel ini akan menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan di NTT.

Hal ini disampaikan Asisten III Setda NTT, Kosmas Lana, S.H,M.Si pada acara diskusi penyusunan tabel input-output Provinsi NTT tahun 2019 di Hotel Aston, Selasa (17/9/2019).
Acara ini digelar oleh BPS NTT.

Menurut Kosmas, tabel input output sangat dibutuhkan pemerintah karena bisa dijadikan sebagai acuan bagi pembangunan di NTT apalagi saat ini NTT pariwisata di NTT sebagai prime mover.

Tanggal 4-6 Oktober 2019 Ruben dan Betrand Akan ke Manggarai, Ini Agendanya!

"Karena itu, pemerintah daerah membutuhkan data yang lebih valid dan lebih bisa menjawab data dan realita di lapangan. Tabel ini juga sebagai data awal dalam intervensi pembangunan oleh pemerintah," kata Kosmas.

Dijelaskan, selama ini dalam tabel input output, data sektor pertanian dan perkebunan baru disajikan luas tanam. Diharapkan ke depan sudah bisa menghitung jumlah pohon dari satu komoditi pada areal tertentu.

Antonius Umbu Zaza Diangkat Lagi jadi Sekda Sumba Barat Daya, Ini Alasan Bupati Kodi Mete

"Kalau dulu hanya ada 33 sektor pada tabel input ouput, kemudian Tahun 2015 tabel ini dibaharui dari 33 sektor menjadi 88 sektor ekonomi. Namun sampai saat ini belum dibaharui," katanya.

Dikatakan, kepentingan utama dari tabel itu adalah, agar bisa menghitung koefisien-koefisien per sektor, sehingga ada investasi dan bisa menghitung apakah perekonomian kita masih kurang atau lebih.

Kepala BPS NTT, Maritje Pattiwaellapia, S.E,M. Si mengatakan, adanya isu kesenjangan antar wilayah menyebabkan pertumbuhan ekonomi hanya berpusat di Jawa dan Sumatera.
Menurut Maritje, pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa mencapai 58 persen, Maluku -Papua 2,47 persen.

Sedangkan untuk Bali- Nusra hanya 3 ,05 persen Sedangkan laju pertumbuhan Jawa 5,72 persen, Bali Nusra 2,68 persen.

"Karena itu ada program pengurangan kesenjangan antar wilayah. Andil BPS untuk menjawab prioritas tersebut, sehingga perlu menyusun IRIO," kata Maritje.

Dikatakan, dengan penyusunan itu, pemerintah bisa mengetahui komoditi atau hal apa yang dimiliki oleh NTT dan apa saja yang diimpor dari luar NTT.

"Pak Gubernur pernah sampaikan bahwa di NTT konsumsi spinang banyak tapi pinang diimpor," katanya.

Karena itu, lanjutnya BPS NTT mengharapkan masyarakat nanti memberi data yang benar ketika sensus.

"Jangan takut kami akan rahasia data dari masyarakat,seperti data konsumsi dan lainnya. Data yang valid yang kami input bisa representatif bagi pemgambil keputusan.
Misalnya NTT harus dibagun dengan industri apa sehingga butuh pabrik dan lain sebagainya," ujar Maritje.

Dia juga mengatakan, dengan IRIO, pemerintah bisa mengetahui ketergantungan sektor yang ada,selain sebagai acuan pembangunan secara terintegrasi serta memberi gambaran rinci keterkaitan antar wilayah.

Rektor Undana, Prof. Ir. Fredrik L. Benu,M.Si, Ph. D yang tampil sebagai keynote speaker mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang ada tidak dinikmati semua orang,kecuali bagi masyarakat kelas menengah ke atas.

Dalam paparan materi dengan judul peran peningkatan pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat, Fredrik menjelaskan, pertumbuhan ekonomi membutuhkan investasi sumber daya manusia, modal serta litbang.

Namun, lanjutnya ada permasalahan, yakni bagaimana kapasitas sumber daya harus dialokasikan.

Fredrik mencontohkan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, pertumbuhan hotel meningkat, namun potensi pertanian dan perkebunan tidak digerakan untuk mensuplai sektor perdagangan.

"Banyak hasil pertanian dan perkebunan kita datangkan dari NTB, Surabaya, Makassar dan Bali. Kondisi ini menyebabkan, yang menikmati pertumbuhan ekonomk bukan warga Labuan Bajo, NTT melainkan orang luar di mana komoditi diimpor," katanya.

Sementara dalam talk show yang dipandu Adi Mandala,tampil pembicara lain ,yakni Dr.Alfons Theodorus dari Bappelitbangda NTT dan Bobby T Pitoby (Ketua REI NTT). (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved