Sarasehan Budaya, Perkuat Ekosistem Kebudayaan Lamaholot
Kegiatan ini bertujuan memperkuat ekosistem kebudayaan Lamaholot sebagai pondasi pemajuan kebudayaan di masa mendatang.
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Rosalina Woso
Sarasehan Budaya, Perkuat Ekosistem Kebudayaan Lamaholot
POS-KUPANG.COM|LARANTUKA---Festival Lamaholot di Kabupaten Flores Timur (Flotim), Pulau Flores segera memasuki babak akhir, pagelaran tradisi adat, budaya dan seni pada Nusa Tadon Adonara, Sabtu (14/9/2019).
Sehari puncak acara, Jumat (13/9), digelar sarasehan budaya mengusung tema “Memperkuat Ekosistem Kebudayaan Lamaholot sebagai Pondasi Pemajuan Kebudayaan di Masa Mendatang.”
Saresehan di Aula Paroki Weri, Kelurahan Weri, Kecamatan Larantuka bekerjasama Disparbud Flotim, Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali dan Program Indonesiana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).
Kegiatan ini bertujuan memperkuat ekosistem kebudayaan Lamaholot sebagai pondasi pemajuan kebudayaan di masa mendatang.
Narasumber Jakarta menghadirkan Direktur Kesenian Kemendikbud RI, Restu Gunawan, dan Adi Wicaksono dari Kemendikbud RI. Nnarasumber dari daerah, Pater Bernadus Boli Ujan, SVD dan Ahmad Bethan. Peserta sarasehan budayawan, seniman, tokoh adat, tokoh agama, orang muda, tokoh perempuan dan para kepala sekolah.
Kepala Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali, I Made Dharmo Sutejo, diwakili Putu Putra Kusuma Yudha, mengatakan kebudayaan punya andil penguatan identitas pembentukan karakter dan referensi nilai; logika, etika, estetika, kreatifitas, solidaritas dan spiritualitas.
Karena itu kebudayaan efektif untuk pengembangan pariwisata budaya, pariwisata heritage sampai diplomasi kebudayaan, serta modal investasi menuju masa depan bangsa.
Dharmo Sutejo mengatakan, sebagai etnis yang mendiami Flotim daratan, Solor, Adonara, Lembata dan beberapa bagian Alor, “Lamaholot” yang berarti “Kampung Bersambung” menempatkan persatuan sebagai sendi dasar kehidupan kemunitas etnis.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan alam yang keras terutama curah hujan yang pendek, sehingga dibutuhkan rekatan sosial yang memungkinkan kehidupan berlangsung dalam spirit tolong menolong.
Alam yang keras membutuhkan daya tahan dan kekuatan, fokus serta daya juang yang tinggi.
Penguasaan sumber daya alam dan pertarungan hidup menciptakan tradisi perang. Ada yang harus dikorbankan agar kehidupan berlangsung. Hal ini melahirkan perasaan gentar dan hormat yang tinggi terhadap kehidupan.
Tanah adalah Ibu Kandung kosmik orang Lamaholot. Dari sanalah segala jenis bahan makanan dan aneka kehidupan tumbuh.
Pendudukan kolonial dengan politik adu dombanya telah turut menciptakan perpecahan terutama perang panjang antara kelompok Paji dan Demong yang masing-masing terus mencari sekutu pendukungnya.
Konflik antarkampung, antarkomunitas soal tapas batal kerap terjadi. Ancaman perpecahan dan konflik di masa mendatang dapat diantisipasi dengan mengembalikan spirit kesatuan Lamaholot sebagai kampung bersambung apalagi ditengah kenyataan kehidupan yang kian terfragmentasi dewasa ini.