Tak Hanya Melepas Uang, Robert Minta Karyawan BPR Harus Mampu Bina Debitur
Misalnya, bagaimana membiayai debitur sektor informal yang tidak mempunyai laporan keuangan dan catatan.
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Rosalina Woso
Tak Hanya Melepas Uang, Robert Minta Karyawan BPR Harus Mampu Bina Debitur
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Tingkat pertumbuhan kredit BPR di NTT menurun.
Oleh karena itu OJK sebagai otoritas mengawas berupaya agar dalam beberapa bulan terakhir di tahun ini, pertumbuhan kredit menigkatkan melalui Workshop yang digelar dengan teman "Strategi Penyaluran Kredit dan Analisa Kredit dalam Rangka Optimalisasi Peran BPR untuk Meningkatkan Ekonomi NTT", Jumat (13/9/2019).
Sekitar 36 orang dari 12 BPR yang mengikuti workshop ini sejak pulul 08.00 Wita dan dibuka oleh Kepala Kantor OJK NTT, Robert Sianipar.
Robert meminta agar peserta workship bisa mendiskusikan dengan narasumber terkait pengalaman-pengalaman di kantor atau kendala dalam penyaluran kredit.
Misalnya, bagaimana membiayai debitur sektor informal yang tidak mempunyai laporan keuangan dan catatan.
"Bagaimana memprospek itu. Jadi kita tidak hanya melepaskan uang tapi juga membina dan melihat bagaimana mereka membuat pencatatan, termaksud informal. Agar bisa jadi debitur maka harus diajarkan untuk membuat pencatatan sederhana. Setelah itu bisa dibiayai. Hal-hal seperti inilah yag harus dilakukan," tuturnya.
Melalui forum ini, Robert, berharap bisa meningkatkan dan mendapatkan wawasan untuk mendorong pertumbuhan penyaluran kredit.
Kata Robert, data menunjukkan ada sebagian pertumbuhan BPR di NTT yang minus atau negatif. Artinya kredit pada posisi Desember 2018 ke Juli 2019 menurun.
"Itu menjadi pertanyaan, kenapa? mengapa dengan kreditnya, apakah ditakeover bank lain? Kenapa ditakeover?
Ada juga di daerah tertentu, ada BPR yang satunya tumbuh tapi yang lainnya minus.
Sebagai otoritas pengawas melihat BPR tidak bertumbuh, ada apa? Dasar inilah Kami memandang perlu untuk recycle program.
Dimana nantinya akan dibuat pila serupa, bisa bekerja sama dengan perbarindo dam perbankan lainnya untuk mengembangkan skilnya. Agar bisa tumbuh dan berkembang," ujarnya.
Menurutnya, industri BPR bukan hanya sehat secara rasional tapi bisa memberikan kontribusi positif untuk memberikan pertumbuhan ekonomi di daerahnya beroperasi.
Ia menekankan SDM menjadi hal yang utama dalam mendukung pertumbuhan kredit. Bagaimana cara untuk memprospek calon debitur dan strategi penyaluran kredit.
Jadi para karyawan BPR harus mempunyai kualitas dan produktifitas, sehingga perly direfresh agar jangan buntu.
• Pembangunan Kabupaten Ende Tidak Terlepas dari Peran Perencana, Simak Infonya
• Dirut BPJS Kesehatan Beberkan Fakta Penyesuaian Iuran JKN-KIS
"Kegiatan ini akan dilakukan secara berkala dengan melihat kebutuhan industri BPR. Targetkan minimal bisa bertumbuh 10 persen. Kita sudah link dengan umkm dan KADIN terkait hal ini maka diperlukannya skil untuk mengolahnya jadi peluang. Sisa waktu ini kita coba maksimalkan pertumbuhan kredit," ujarnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati)