Siswa SMPN I Bajawa Ajak Masyarakat Jangan Bakar Hutan
Sebanyak 50 siswa SMPN 1 Bajawa dalam aksi literasi alam terbuka (ekoliterasi).
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Para milenial cilik ini juga merajut sebuah 'ritual" menyiram benih dalam bentuk biji-bijian. Dengan menabur biji-bijian ini, mereka menabur kembali kehidupan yang nyaris punah agar kembali tumbuh dan merekah di dimasa depan.
Dengan masing-masing segenggam biji-bijian menaburkan kehidupan untuk menimba mata air, bukan air mata.
Di puncak bukit Nangge Mba'a, sekitar 50 siswa disaksikan para guru dan para penjaga hutan dari Yayasan Puge Figo menyampaikan seruan singkat mereka,
"Kami Generasi Milenial Menyerukan: Stop Membakar Hutan dan Merusak Alam." Disusul dengan menyanyikan lagu "Indonesia Tanah Air Beta" dan pekik MERDEKA!! Aksi ini sebagai bentuk kampanye kepada semua pihak untuk peduli dan mencintai alam sebagai sumber kehidupan.
Kegiatan ini bekerja sama dengan Yayasan Puge Figo Tanawolo. Yayasan ini bersinergis dengan pihak manapun dalam mengampanyekan budaya cinta lingkungan melalui aksi nyata bersama.
Yayasan yang berkedudukan di Kurubhoko itu kedepankan misinya di bidang konservasi alam, pemberdayaan ekonomi rakyat dan pendidikan ekologi.
Ekoliterasi menjadi bagian stategis dalam misi ini, guna memberi edukasi kepada siswa untuk mencintai alam yang berarti mencintai kehidupan. Karenanya kegiatan literasi di SMPN 1 bajawa seperti gayung bersambut dengan misi yang diemban yayasan.
Terkait dengan hal itu Ketua Yayasan Puge Figo, Emanuel Djomba memberi apresiasi kepada lembaga SMPN 1 Bajawa yang menaruh perhatian yang besar pada anak melalui ekoliterasi dan mengajak anak-anak terjun ke alam terbuka.
"Kami senang karena sikap peduli alam pada anak-anak diwujudkan melalui aksi nyata," kata Emanuel.
Emanuel mengatakan selama ini pihaknya sudah menggelar berbagai kegiatan ekoliterasi kepada para siswa di berbagai sekolah.
Ini untuk menanamkan nilai cinta pada lingkingan sebagai ciptaan Tuhan untuk memberi kehidupan kepada manusia.
Terkait literasi di alam terbukan ini salah seorang siswa, Stiven mengatakan sangat senang bisa turun langsung ke alam. Kegiatan ini sebagai bentuk menanamkan nilai cinta pada alam kepada generasi muda yang nota bene pemilik masa depan.
Stiven mengajak kaum milenial agar mencintai alam dan memberi dukungan pada semua pihak yang dengan gigih menjaga dan melestarikan alam, meski sulit karena menghadapi dengan kebiasaan merusak, seperti budaya membakar hutan yang sering melanda wilayah ini.
Sememtara siswa lainnya, Natalia mengatakan sebagai generasi penerus, kami tidak ingin kehilangan masa depan yang disebabkan kejahatan merusak alam.
Karena, tegas Natalia menganalogikan, kehilangan masa depan tidak sama dengan kehilangan dalam pemilihan umum atau pun rugi dalam pasar saham.