BREAKING NEWS: Di Lembata, NTT Umat Katolik Panitia Perayaan Idul Adha, Wabup Langoday Menari
Breaking news: Di Ile Ape Lembata, NTT Umat Katolik jadi panitia perayaan Idul Adha, Wakil Bupati Thomas Ola Langoday menari
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Breaking news: Di Ile Ape Lembata, NTT Umat Katolik jadi panitia perayaan Idul Adha, Wakil Bupati Thomas Ola Langoday menari
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Betapa Indahnya hidup beragama di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata. Kebersamaan umat agama Islam dan Katolik yang sudah terjalin sejak dahulu kala masih kokoh dan utuh sampai sekarang.
Saat perayaan Idul Adha 1440 H, umat Katolik di Desa Lamawara dan Bungamuda menjadi panitia tingkat Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.
• Butuh 30 Menit Sembelih Sapi Kurban Bantuan Presiden Jokowi di Kota Kupang, Begini Suasananya
Padahal di dua desa ini mayoritas penduduknya beragama Katolik dan tercatat hanya 11 Kepala Keluarga yang beragama Islam.
Ketua Panitia lokal Hari Raya Idul Adha,
Albert Sili Niha Making, menuturkan semua persiapan terkait perayaan ini dipersiapkan oleh warga yang beragama Katolik. Sesama umat Islam tidak masuk dalam susunan kepanitiaan.
Mereka hanya mengurusi acara-acara teknis keislaman seperti mempersiapkan lomba kasidah dan peribadatan.
• Ratusan Pelajar di Kota Maumere Antusias Ikuti Lawatan Budaya
"Semua dekorasi panggung, pasang tenda, makan minum dan soundsystem itu kami (umat katolik) yang kerja," ungkap Albert usai perayaan Idul Adha di Desa Lamawara, Kecamatan Ile Ape, Lembata, Minggu (11/8/2019).
Albert mengatakan selepas perayaan haji di Desa Palilolon, Kecamatan Ile Ape tahun 2018 silam, pimpinan umat Islam di kecamatan langsung bersilahturahmi ke Desa Lamawara dan meminta mereka menjadi panitia perayaan Idul Adha tahun 2019 dan sekaligus menjadikan desa tersebut sebagai lokasi perayaan kurban tingkat Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.
Sehabis perayaan Idul Fitri, panitia untuk perayaan ini pun mulai dibentuk dan mereka langsung bekerja serta mencari dana perayaan Idul Adha 1440 H.
Kehidupan toleransi antar umat beragama di desa itu, kata Albert, memang sudah terjalin harmonis sejak lama. Bahkan di dalam satu rumah ada keluarga yang beragama Islam dan ada yang beragama Katolik.
Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Ile Ape dan Ile Ape Timur, Muharam Marisa mengakui perayaan berahmat ini tentu tidak bisa dilakukan tanpa persatuan dan kesatuan sesama umat beragama.
"Kita memaknai arti persatuan dan kebersamaan. Semua ini perlu ditingkatkan apalagi toleransi karena kita tidak bisa tercerai berai," tegas Muharam.
"Jangan kita merasa lebih benar dari semua. Kita harus saling mengisi dan melengkapi. Kita semua boleh bersatu untuk maju."
Di hadapan para pemimpin agama dan pemerintah desa, dia menyampaikan bahwa perayaan Idul Fitri tahun depan dilaksanakan di Desa Tagawiti, Kecamatan Ile Ape.
Ustadz Taum Puli dalam ceramahnya kembali menggarisbawahi betapa indahnya kebersamaan antar umat beragama tersebut.
Ustadz yang kini berdomisili di Kota Jakarta ini pun menceritakan kisah tentang Abraham yang menjadi nenek moyang tiga agama besar di dunia yakni agama Yahudi, Kristen dan Islam.
"Jangan jadikan ini kebersamaan yang sesaat. Tidak akan mungkin ada solidaritas dan kebersamaan kalau tidak ada silahturahmi. Dengan idul adha kita rajut kebersamaan dan solidaritas," sebutnya merujuk pada makna pengorbanan pada Hari Raya Idul Adha.
Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, yang hadir dalam perayaan tersebut meminta semua umat supaya menghargai simbol-simbol keagamaan.
Dia juga menekankan pentingnya pengorbanan yang berdasar pada solidaritas. Tidak ada pengorbanan tanpa solidaritas menurutnya.
"Pengorbanan tidak boleh dilihat dari jumlah tapi kualitasnya. Soal idul kurban tidak hanya dengan Allah saja, tapi dengan adat. Ini benang merah. Semua sama. Urusan agama dan urusan adat. Tetap taan tou (satukan hati kerja bersama), tetap solider satu sama lain untuk membangun Lewotana," pintanya.
Pantauan POS-KUPANG.COM, perayaan Idul Adha diisi dengan lomba kasidah ketegori anak, remaja dan majelis taqlim dari setiap masjid.
Perayaan bersama ini diisi dengan menari dolo-dolo bersama dan sole oha atau bertandak ria.
Untuk diketahui ada 134 KK di Desa Bungamuda dengan jumlah penduduk sebanyak 478 jiwa dan di Desa Lamawara ada 120 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 440 jiwa. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)