Berita Religi
Pater Sebastianus Jadi Imam Pertama Stasi YMY Liliba, Ini Pesan Keluarga
Pater Sebastianus Soi Mulu, OSM menjadi imam pertama di Stasi Yesus Maria Yoseph (YMY) Liliba.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Apolonia Matilde
"Kita bersyukur karena melalui sakramen pernikahan yang diterima oleh keluarga ini, mereka kemudian melahirkan putera yang bernama Sebastianus. Dan, dia menjadi imam yang kemudian akan melahirkan sakramen-sakramen dalam gereja dan dia juga akan memberkati keluarga-keluarga yang akan menikah," jelasnya.
Pater Sebastianus Soi Mulu, OSM usai misa sulung mengaku, dirinya berterima kasih atas cinta dan kasih sayang semua pihak terlebih orangtuanya.
• Kabupaten Ende Memiliki Pravelensi Stunting 36 Persen
"Terutama bagi keluarga yakni orangtua saya yang telah melahirkan dan membesarkan saya, tidak lain karena iman dan didikan mereka saya boleh berbangga menjadi seorang Katolik dari sejak lahir, ke jenjang pendidikan dan pada akhirnya saya boleh memutuskan dengan kebebasan saya bahwa menjadi seorang imam adalah panggilan," kata pater Sebastianus.
Dijelaskannya, ajaran cinta dan kasih serta kepedulian terhadap sesama dari orangtua selalu ia pegang dan ia berusaha mewujudkan dalam praktik keseharian.
"Hal itu yang saya terapkan ketika berada dalam biara dan komunitas Hamba-Hamba Maria. Saya coba mengtransformasikan didikan dan cinta kasih dari orangtua," ujarnya.
Cinta kasih, menurut Pater Sebastianus, bukan saja dalam kata akan tetapi sebagai imam, ia harus rela untuk membantu dalam arti terjun langsung kepada mereka yang sakit ketika membutuhkan bantuan.
"Di mana keluarga mereka tidak ada di situ, saya menjadi tangan dan kaki mereka," kata Pater Sebastianus.
• 8 Kecamatan di Manggarai Dapat Sambungan Gratis Jaringan Air Bersih
Pater Sebastianus mengambil moto 'Gembalakanlah Domba-domba Ku'. Menurutnya, menjadi imam adalah hidup bersama umat.
"Bagi saya, ini merupakan satu panggilan dimana seperti Paus Fransiskus pernah mengatakan, ingin jadi gembala engkau harus bisa mencium gembala itu, merasakan bau dari gembala itu. Jadi jika ingin menjadi gembala di tengah orang miskin," jelasnya.
Selain hidup bersama umat, menjadi imam pun harus bekerja keras bersama umat.
"Bagi saya, menggembalakan domba- domba ku bukan saja hanya menyuruh mereka akan tetapi bisa merasakan suka dan duka mereka bersama sama. Kita berjalan bersama - sama," katanya.
"Intinya semua kita dipanggil untuk mengikuti Tuhan dengan panggilan yang berbeda- beda maka ikut panggilan itu. Bahwa engkau harus melayani bukan dilayani. Sesuai moto saya," tambahnya.
Usai misa sulung, dilanjutkan dengan acara bebas dimana para peserta bergoyang dan menari bersama diiringi lagu-lagu daerah. (*)