Penikmat Pinang Tidak Cari Tahu asal Pinang
Rata-rata penikmat pinang atau konsumen pinang di Kabupaten Malaka tidak mengetahui persis asal pinang yang mereka nikmati setiap harinya.
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Ferry Ndoen
lihat foto
Laporan Reporter POS KUPANG.COM,Teni Jenahas
POS KUPANG.COM| BETUN----Rata-rata penikmat pinang atau konsumen pinang di Kabupaten Malaka tidak mengetahui persis asal pinang yang mereka nikmati setiap harinya.
Mereka hanya membeli di pasar, toko atau kios untuk dinikmati setiap hari tanpa mencari tahu asal usul pinang. Daya beli pinang juga sesuai dengan kebutuhan mereka.
Hal itu diakui Maria Hoar, Agustina Seran, Fina Luruk dan Paulus Nahak saat ditemuai Pos Kupang.Com secara terpisah, Selasa (2/7/2019).
• Pelatih Maung Bandung Robert Alberts Segera Depak Pemain Persib, Ini Daftar Nama Pemainnya ?
Menurut Paulus, ia rata-rata beli pinang Rp 2.000-Rp 4.000 per hari. Ia membeli di kos yang ada di sekitar tempat tinggalnya di Taaba, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka. Jarang sekali mereka membeli pinang dalam jumlah banyak kecuali ada acara adat. Ia juga tidak mencari tahu asal usul pinang.
Menurut Paulus, makan sirih pinang sudah menjadi tradisi masyarakat Malaka sehingga setiap orang selalu mempersiapkan sirih dan pinang. Apalagi ketika tamu datang ke rumah, hal pertama yang dipersiapkan tuan rumah adalah sirih pinang.
Sementara Mari Hoar mengaku, selama tahun 2018, ia menikmati pinang Flores yang dikirim dari keluarganya. Ditanya mengenai cita rasa pinang Flores, Maria mengaku, pinang Flores rasanya enak dan potongannya besar.
• Dominan Para Janda, Pengecer Ikan di Area TPI Maumere, Sikka-NTT
Jika dihitung, rata-rata Maria membeli pinang sekitar Rp 2.000 per hari. Biasanya ia membeli satu kali di pasar lokal dengan ukuran Rp 10.000. Pinang tersebut akan dikonsumsi selama satu minggu. (*)
