Bantu Ekonomi Keluarga, Seorang Guru Kontrak di TTU Menenun

Saat ini, banyak sekali cara dimana orang mencari penghasilan tambahan disamping telah memiliki pekerjaan tetap.

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/THOMAS MBENU NULANGI
Gradiana Faotlo saat menenun di rumahnya di Desa Botof, Kecamatan Insana Insana, Senin (10/6/2019). 

Bantu Ekonomi Keluarga, Seorang Guru Kontrak di TTU Menenun

POS-KUPANG.COM | KEFAMENANU---Saat ini, banyak sekali cara dimana orang mencari penghasilan tambahan disamping telah memiliki pekerjaan tetap.

Mereka menekuni pekerjaan tambahan itu, untuk membantu sebagian perekonomian keluarga, sebab pekerjaan sampingan itu juga mendatangkan penghasilan yang sangat menjanjikan.

Hal yang sama juga dilakukan oleh seorang guru kontrak di pedalaman Insana, tepatnya di Desa Botof, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Guru kontrak tersebut bernama Gradiana Faotlo. Selain menjalani profesinya sebagai seorang guru, ia juga menekuni pekerjaannya sebagai penenun.

Hasil tenunannya, kemudian dijual ke pasar. Selain dijual ke pasar, ia juga menjual hasil tenunannya di beberapa sekolah yang ada di wilayah Kabupaten TTU.

Ratusan Koperasi di Nusa Tenggara Timur Siap Dibubarkan

Renungan Harian Katolik Senin 10 Juni 2019, Belajar Beriman dari Bunda Maria

"Karena sudah ada peraturan gubernur yang mengatur tentang cara berpakaian untuk pegawai dan ASN di semua instansi serta sekolah di NTT," ungkap Gradiana kepada Pos Kupang, Senin (10/6/2019).

Gradiana mengatakan, dirinya sangat senang dan bangga dengan gebrakan yang dilakukan gubernur. Hal itu karena di era yang modern, pemerintah masih melestarikan budaya dengan cara mengunakan kain tenun hasil karya orang desa.

"Dengan cara seperti ini pula akan mengajarkan kepada generasi berikutnya agar mengenal dan mengetahui budaya daerahnya," ungkapnya.

Gradiana mengatakan, uang hasil jualan tenun, digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena jika mengandalkan uang gajinya sebagai seorang guru kontrak, maka tidak akan dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

"Karena saya seorang guru kontrak daerah yang notabene gaji saya diberikan setiap 6 bulan sekali, jadi sebelum bulan ke 6 saya berusaha dengan cara saya sendiri untuk mendapatkan uang," ungkapnya.

Sayangnya, kata Gradiana, sejauh ini harga kain tenun di pasar belum terlalu memuaskan karena, pembeli cenderung memberi dengan harga yang rendah hasil penjualan masih kurang mmuaskan bagi penjual.

Gradiana mengatakan, dengan profesinya sebagai seorang guru yang bertanggungjawab untuk menjagar dan mendidik anak-anak di sekolah, namun sepulang sekolah, ia tetap menyempatkan waktunya menenun.

"Saya nekat mengerjakan ini walaupun sebelumnya saya tidak tahu sama sekali prosesnya, karena saya berpikir bahwa dengan cara seperti ini saya bisa membantu keluarga," ungkapnya.

Melestarikan Budaya

Bagi Gradiana, memenum bukan hanya dijadikan sebagai pekerjaan tambahan yang menghasilkan uang untuk membantu perekenomian keluargannya.

VIDEO: Ramalan Zodiak Hari Ini, Senin 10 Juni 2019, Capricorn Waspada, Aries Harus ikhlas

SK PTT Lingkup Pemkot Kupang Belum Keluar Masih Tunggu Walikota

Namun bagi Gradiana, menenun adalah salah satu cara bagaimana dirinya dapat melestarikan budaya yang saat ini hampir hilang ditelang sang waktu dan perkembangan teknologi.

Memenum baginya sebagai pekerjaan mulia dimana ia terlibat dalam upaya melestarikan budaya karena tenun salah satu ikon dari budaya NTT.

"Selama ini saya berpikir bahwa dengan cara seperti ini saya bisa melestarikan budaya menenun kepada generasi penerus bangsa," ujarnya.

Menurutnya, masa depan tenun di provinsi NTT akan hilang jika tidak dilestarikan mulai saat ini. Oleh karena itu, menenun harus diajarkan secara masal kepada generasi muda di NTT.

"Saya kira kita harus lestarikan tenun kita mulai saat ini, kalau tidak tenun kita tidak akan bertahan dan lambat laun akan hilang," ujarnya.

Bagi Gradiana, dirinya sangat mengapresiasi langkah pemerintah Provinsi NTT yang mewajibkan semua pegawai baik PNS maupun honorer untuk mengenakan pakaian dengan motif tenun NTT.

Menurutnya, dengan langkah seperti itu, maka sadar atau tidak sadar pemerintah berusaha untuk kembali melestarikan budaya dengan memberdayakan para penenun lokal.

"Akhir-akhir ini mulai dilestarikan/diwariskn kembali apalagi semenjak mulai diberlakukan aturan berpakian sragam untuk setiap instansi," ungkapnya.

Gradiana menambahkan, selain pakian seragam, juga banyak di kalangan masyarakat yang sudah menggunakan kain tenun pada acara-acara tertentu.

Oleh karna itu, kata Gradiana, sepatutnya sebagai warga negara Indonesia yang baik harus dapat melestarikan dan mewariskan tenun kita kepada generasi penerus bangsa. ((Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved