Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 2 Juni 2019 ''Belajar Untuk Hidup''

Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 2 Juni 2019 ''Belajar Untuk Hidup''

Editor: maria anitoda
DOK Pribadi
Renungan Harian Kristen Protestan Minggu 2 Juni 2019 ''Belajar Untuk Hidup'' 

Salomo mengingatkan agar baik ajaran maupun didikan “janganlah kau menyia-nyiakan”, kata kerja bentuk perintah negatif dari akar kata natasy, artinya janganlah kau dengan sengaja “meninggalkan”, “menyia-nyiakan”,“melalaikannya.

Ketika seorang anak mendengarkan didikan dan ajaran dari kedua orangtuanya, maka ia akan memperoleh kebahagiaan.

Ungkapan karangan bunga dan kalung menunjuk pada kebahagiaan, keberhasilan, kemuliaan yang akan diperoleh.

(ayat 9). Salomo juga mengingatkan, bahwa selain orangtua, ada sumber-sumber lain yang dapat menyesatkan jalan hidup mereka.

Sumber lain itu disebut oleh Salomo dengan orang berdosa. Pada ayat 11-14 Salomo menunjukan beberapa bentuk kejahatan, yaitu : mengajak membunuh orang tak bersalah tanpa belas kasihan sedikitpun (ay 11-12) dan mengajak untuk memperoleh kekayaan dengan cara mencuri (ayat 13).

Saat ini anak-anak tidak hanya memperoleh didikan dan ajaran dari ayah dan ibu, tetapi ada begitu banyak sumber belajar lain yang lebih menarik perhatian mereka.

Menurut sebuah survey, anak-anak rata-rata menghabiskan 6,5 jam setiap hari untuk membaca media cetak, elektronik, digital, broadcast dan berita.

Mereka mendengarkan dan merekam musik; melihat, membuat, dan mempublikasikan konten Internet dan menggunakan smartphone.

Sumber-sumber belajar ini jika salah dimanfaatkan, maka mereka akan terjerat dalam berbagai kejahatan.

Untuk hal-hal itu, Salomo meminta agar anak-anak tidak mengikuti ajaran yang menyesatkan, oleh karena tawaran-tawaran itu akan mencelakakan hidup mereka.

Ayat 17-19: jaring ada di depan mereka, artinya merasa aman-aman saja, tetapi bahaya sedang ada di depan mereka.

Atau apa yang dilakukan tidak diketahui orang lain, tapi perbuatannya sendiri akan menjeratnya masuk perangkap.

Beberapa hal dapat kita renungkan bersama:

Pertama: Orangtua berkewajiban terus mendidik dan mengajar anak-anaknya untuk tidak terjerat dalam perangkap si jahat, tetapi menjadi anak-anak yang berkenan di hati Tuhan.

Tidak dapat disangkali bahwa banyak orangtua merasa kecewa bahkan putus asah menghadapi anak-anaknyayang tidak saja menolak untuk mendengarkan dididikandan ajaran yang disampaikan oleh mereka,  tetapi menjadi pemberontak.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved