Kabar Duka
Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Duka Datang dari Muhaimin Iskandar, KH Tolchah Hasan Wafat
Muhaimin Iskandar atau yang biasa disapa Cak Imin ini mengabarkan kalau Prof Dr Kyai H M Tolchah Hasan, telah wafat.
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Duka Datang dari Muhaimin Iskandar, KH Tolchah Hasan Wafat
POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Kabar duka datang dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) A Muhaimin Iskandar.
Muhaimin Iskandar atau yang biasa disapa Cak Imin ini mengabarkan kalau Prof Dr Kyai H M Tolchah Hasan, telah wafat.
Kabar duka itu disampaikan Muhaimin Iskandar di akun Twitter miliknya, @@cakimiNOW.
"Innalilahi wainna ilaihi roji'un. Telah wafat Prof Dr Kyai H M Tolchah Hasan, Rabu 24 Ramadhan 1440 H pkl 14.30 wib," tulis Cak Imin.
• Mengenal Sosok Bani M Mulia, Calon Suami Lulu Tobing Yang Dikenal Tajir
• Ini Perkiraan PHBI Sumba Timur Jumlah Umat Muslim Ikut Solat Idul Fitri 1440 Hijriah
"Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doanya. Saya bersaksi bahwa beliau orang yang sangat baik...yaa Allah..khusnul khatimah..lahul fatihah," tulis Cak Imin lagi.
Cuitan Cak Imin ini pun mendapat balasan komentar ucapan duka cita mendalam.
Berikut beberapa di antaranya:
@Kamal Lawyer: Innalillahi wa inna illahi Roji'un
@WongKuno6: Turut berduka cita atas wafatnya Prof DR KH Tholhah Hasan. Smoga Allah karuniakan husnul khatimah. Dimasukkan Allah ke surga firdaus alJannah. Lahul Fatihah. Amin.
@Abdulla32413687: Almarhum Orang Baik. Semoga husnul khatimah. Alfatihah, aamiin ya rabbal aalamiin
• Harapan Wakil Rektor Atas Pelatihan Penulisan Karya Jurnistik Mahasiswa Unflor
• Ketua MUI Nagekeo Kecam Kerusuhan Dalam Aksi 22 Mei di Jakarta
@AndiAhmad569569: Turut berduka cita atas meninggalnya almarhum,, semoga beliau mendapat tempat yang layak disisinya dan Khusnul khatimah Amin ......
@EeNKMancaNegara: Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Selamat jalan Guru Kami
@PoetrantoNh: Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun
@willykei: Insya allah Husnul Khotimah beliau. Lahul fatihah..
@51H1T3_Champion: Amin, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan
Mengenal Almarhum
Mengutip Surya.co.id, Prof KH Muhammad Tolchah Hasan yang merupakan menteri agama pada era pemerintahan Gus Dur.
• Kadis Imanuel Beri Motivasi Bagi Peserta Konferda Tingkat Kabupaten Nagekeo
• Ramalan Zodiak Besok Jumat 31 Mei 2019, Leo Emosional, Gemini Perfeksionis, Capricorn Fokus
Prof KH Muhammad Tolchah Hasan terkenal sebagai tokoh menteri agama yang bekerja di pemerintahan era Gus Dur.
Sosoknya yang terkenal multitalenta, memiliki segudang prestasi sejak menempuh pendidikan di
pesantren Tebu Ireng hingga masa-masa tuanya.
Berikut biodata Prof KH Muhammad Tolchah Hasan yang telah SURYA.CO.ID rangkum untuk Anda.
1. Lahir di Tuban 83 tahun silam
Prof Dr KH Muhammad Tolchah Hasan lahir di Tuban Jawa Timur pada 10 Oktober 1936 silam.
Ia memperdalam ilmu agama dengan menjadi santri Tebu Ireng Jombang selama lebih dari enam
tahun.
Setelah lulus menjadi santri, Muhammad Tolchah Hasan melanjutkan pendidikan dengan
mengenyam bangku perkuliahan di Fakultas Sosial Politik, Universitas Merdeka Malang yang ia
selesaikan pada tahun 1966.
Setelah mendapat gelar S-1nya, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan Universitas Brawijaya Malang dan selesai tahun 1973.
• Waduh, Dalam Lima Bulan Terakhir Sudah 9 Kasus Kekerasan Terhadap Anak Di Ngada
• BEM Uniflor Ende Gelar Lomba Karya Jurnalistik
Masa perkuliahannya ditutup dengan perolehan gelar Doktor honoris Causa dari Universitas Islam Ngeri Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005.
2. Jabatan Semasa Hidup
Muhammad Tolchah Hasan terkenal sebagai sosok yang multitalenta.
Hal tersebut terbukti dengan banyaknya aktifitas di berbagai bidang yang ia geluti.
Dalam lembaga pemerintah, ia pernah menjabat sebagai Badan Pemerintah Harian (BPH) Kabupaten Malang (1967-1973).
Sedangkan jabatan terbarunya yakni Menteri Agama Republik Indonesia (1999-2001).
Selain di bidang pemerintahan, Muhammad Tolchah Hasan juga berperan sebagai penggerak
pendidikan.
Ia pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Malang (1989-1998).
Delapan tahun kemudian, ia ditetapkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Islam
atas SK Mendiknas (2006).
• PT. ASDP Feri Kembali Layani Rute Kupang-Aimere-Waingapu Hari Selasa Setiap Pekan
• Pura-Pura Ajak Ngobrol Pemuda di Nagekeo Rudapaksa Seorang Siswi
Ia juga pernah menjabat sebagai Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan pernah mengemban amanah
sebagai Wakil Rais Aam PBNU mendampingi KH Sahal Mahfudh.
3. Karya Ilmiah
Sembari meniti karirnya di bidang pemerintahan dan pendidikan, Muhammad Tolchah Hasan juga memiliki karya ilmiah berupa buku.
Setidaknya ada 10 buku yang telah ia etrbitkan diantaranya ialah, Islam Dalam Perspektif Sosio
Kultural (2002), Pendidikan Islam Sebagai Upaya Sadar Penyelamatan dan Pengembangan Fitrah
Manusia (2005) dan buku terakir yang ia terbitkan adalah Dinamika Pemikiran Tentang
Pendidikan Islam (2006).
Karya ilmiahnya yang paling populer bertajuk "Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan
Persepsi NU".
Muhammad Tolchah Hasan memiliki penguasaan terhadap teks-teks agama secara mendalam yang kemudian ia salurkan dengan mengajar di pondok pesantren dan perguruan tinggi.
4. Tekun Berorganisasi
Muhammad Tolchah Hasan adalah sosok yang gemar berorganisasi.
• Ikan Nila, Lele Dan Patin Terus Dikembangkan di Mabar
• Ketua MUI Nagekeo Ajak Masyarakat Nagekeo Jangan Mudah Terprovokasi
Semasa mudanya ia pernah menjabat sebagai Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
Pimpinan Cabang Kabupaten Malang pada era tahun 1960-an.
Muhammad Tolchah Hasan juga lihai dalam mengurusi bidang organisasinya dimana
lembaga-lembaga pendidikan yang ia bidani terorganisir secara sistematis dan rapi.
Saat ini seluruh lembaga yang dirintisnya sudah dilepasnya untuk diserahkan kepengurusannya kepada tenaga-tenaga yang lebih muda.
5. Peran Sebagai Ulama
Peran Muhammad Tolchah Hasan sebagi tokoh ulama juga dibuktikan dengan berdirinya Masjid Sabilillah yang berada di Singosari, Malang bersama dengan salah satu bapak pendiri NKRI, KH Masykur.
Muhammad Tolchah Hasan dan KH Masykur berhasil mengembangkan masjid sebagai tempat
yang berguna bagi masyarakat sekitar.
• Apakah Puasa Batal Jika Bicara Kotor atau Kasar?
• PHBI Sumba Timur Prakirakan Sampai 6.000 Umat Muslim Ikut Solat Idul Fitri 1440 Hijriah
Hal tersebut terlihat dengan adanya sekolah mulai tingkat dasar sampai lanjutan, kegiatan sosial
ekonomi dengan adanya Laziz Sabilillah, Poliklinik sebagai pusat kesehatan Masyarakat.
Biodata:
* Jabatan: Menteri Agama Indonesia ke-18
* Masa jabatan: 26 Oktober 1999 - 9 Agustus 2001
* Presiden: Abdurrahman Wahid
* Wakil Presiden: Megawati Soekarnoputri
* Pendahulu: Abdul Malik Fadjar
* Pengganti: Said Agil Husin Al Munawar
Informasi pribadi
* Lahir: 10 Oktober 1938 (umur 80)
* Tempat: Tuban, Jawa Timur, Hindia Belanda
* Meninggal dunia: 29 Mei 2019
* Kebangsaan: Indonesia
* Partai politik: PKB
* Pasangan: Hj. Solichah Noor
* Alma mater: Universitas Merdeka Malang
* Profesi: Ulama
Ayah: Tholhah
Ibu: Anis Fatma
Kakek: Hasan
Adik: Afif Najih
Istri: Solichah Noor
Anak: Fathin Furaida, Nadya Nafis, Mohammad Hilal Fahmi, Dr. Hj. Fathin Furaida, Ir. Nadya Nafis. Ir. Mohammad Hilal Fahmi
NU Jatim Sholat Gaib
Mengutuo nu.or.id, berita duka kembali menyapa warga NU. Mustasyar PBNU KH Tolchah Hasan meninggal dunia.
Kabar tersebut pertama kali NU Online terima dari Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuqi Mustamar, Rabu (29/5) siang ini.
"Kira-kira setengah jam yang lalu. Kiai Tolchah meninggal di Rumah Sakit di Malang," kata Kiai Marzuqi Mustamar melalui sambungan telepon, siang ini pukul 14.35 WIB.
Kiai Marzuqi Mustamar juga mengimbau warga NU untuk menjalankan shalat gaib bagi Kiai Tolchah dan agar bisa mendoakan almarhum Kiai Tolchah Hasan agar khusnul khatimah.
"Mugi-mugi khusnul khotimah. Nyuwun kanti sanget, pengurus NU lan warga NU kirim doa lan shalat ghoib kagem KH Tolhah Hasan, (Semoga khusnul khatimah. Mohon dengan sangat, penguru NU dan warga NU agar mengirim doa dan menjalankan shalat gaib untuk KH Tolchah Hasan," kata Kiai Marzuqi.
Kabar tersebut dibenarkan oleh Hardadi Arilangga, menantu Kiai Tolchah Hasan.
"Wafat tadi jam 14.10 WIB di Paviliun VIP A Wijaya Kusuma RS Saiful Anwar, Kota Malang," kata Hardadi yang seorang dokter.
Almarhum rencananya akan dimakamkan di kompleks Pesantren Bungkuk Singosari, bakda shalat Tarawih malam ini.
"Di situ (kompleks makam) kan ada makam Kiai Masykur, lalu ibunya," lanjut Dokter Hardadi.
Saat berita ini ditulis, jenazah masih berada di RSSA, dan tengah dilakukan pengurusan jenazah Kiai Tolchah.
Pertengahan Mei lalu, salah satu putri Kiai Tolchah, Fathien Furaida mengabarkan Kiai Tholchah beberapa hari terakhir memang kerap keluar-masuk RS.
Kiai Tolchah merupakan Menteri Agama (Menag) pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan aktif sejak muda di NU.
Pada Muktamar NU ke-33 tahun 2015, Kiai Tolchah juga salah satu kiai yang masuk dalam Ahlul Hali wal Aqdi.
Ia juga pernah mengemban amanah sebagai Wakil Rais Aam PBNU mendampingi KH Sahal Mahfudh.
Achmad Nur Kholis dalam artikel yang dimuat NU Online menjelang penyelenggaraan Muktamar NU tahun 2015 menuliskan Kiai Tolchah Hasan atau Prof Dr KH Muhammad Tolchah Hasan, dilahirkan di Tuban, Jawa Timur pada 1936.
Ia merupakan seorang tokoh yang multidimensi, sebagai ulama, tokoh pendidikan, pegiat organisasi yang tekun dan juga seorang tokoh yang aktif di pemerintahan.
Sebagai seorang ulama, tulis Nur Kholis, Kiai Tolchah adalah sosok dengan keilmuan yang mendalam.
Penguasaannya terhadap teks-teks agama ditunjukkan dengan aktivitasnya mengajar di pondok pesantren dan di berbagai perguruan tingi.
Sebagai seorang tokoh agama ia juga mampu menciptakan pemikiran-pemikiran segar dalam pemahan terhadap agama.
Buku populer yang ia tulis (disamping banyak karya yang lain) adalah Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU.
Perannya sebagai ulama juga ditunjukkan dengan eksistensi Masjid Sabilillah di Singosari Malang yang dibangun bersama salah seorang founding father NKRI, KH Masykur.
KH Masykur menunjuk kiai alumni Tebuireng ini sebagai ketua panitia pembangunan masjid itu.
Kiai Tolchah mampu mengembangkan Masjid Sabilillah menjadi sebuah masjid yang tidak hanya menonjol sebagai tempat ibadah, melainkan tempat pengembangan masyarakat dengan memberdayakan masjid berperan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah mulai tingkat dasar sampai lanjutan, kegiatan sosial ekonomi dengan adanya LAZIS Sabilillah, Poliklinik sebagai pusat kesehatan masyarakat.
"Semuanya itu dikelola dengan baik di bawah Masjid Sabilillah. Hal demikian ini menunjukkan bahwa KH Tolchah mampu mengembangkan masjid sebagai pusat peradaban seperti masa lalu," tulis Nur Kholis. (*)