Januari 2020 Pulau Komodo Ditutup Untuk Konservasi
Pemerintah Provinsi NTT ( Pemprov NTT) akan menutup Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat per Januari 2020.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pemerintah Provinsi NTT ( Pemprov NTT) akan menutup Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat per Januari 2020. Penutupan salah satu wilayah Taman Nasional Komodo itu dilakukan sementara karena Pemprov NTT akan melakukan konservasi di lokasi Pulau Komodo.
Selama konservasi pulau tersebut, wisawatan masih bisa mengunjungi Pulau Rinca, Padar dan lokasi wisata lainnya.
Usai Pulau Komodo, penutupan untuk kepentingan konservasi juga akan dilakukan secara bertahap di Pulau Padar dan Pulau Rinca, dua pulau yang juga jadi habitat asli hewan dengan nama latin Varanus Komodoensis.
• Camat Alak Apresiasi Langkah BPBD Kota Kupang Antisipasi Bencana
Karo Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu mengungkapkan rencana penutupan dan konservasi Pulau Komodo ini juga sudah disepakati oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Saat ini pihak Pemprov NTT dan Kementerian Lingkungan Hidup sedang merancang desain konservasi Pulau Komodo.
• Pegadaian Terima Gadai Tenun Ikat, Jumlahnya Capai 500-an Lembar
"Tentu dalam hal ini banyak hal yang kita perlu desain. Pertama kelembagaannya untuk bisa memastikan pelaksanaan di lapangan dilakukan dengan baik termasuk nanti birokrasinya.
Kedua, budgetnya, kemudian objek, ekosistemnya, apa yang nanti dikonservasi. Lalu desain pengembangan pelabuhannya," ujarnya kepada wartawan usai seminar tentang Penutupan Pulau Komodo yang diselenggarakan Badan Koordinasi Humas Lingkup Pemprov NTT di Hotel Ima, Jalan Timor Raya, Kota Kupang, Kamis (23/5/2019).
Desain konservasi ini juga akan memuat proses ticketing online dan pemasangan chip di dalam tubuh Komodo.
"Pemasangan Chip ini sudah dilakukan. Yang saat ini harus dilakukan ini adalah bagaimana connecting antara chips yang ada di setiap ekornya itu dengan kontroler atau pengawas dan dengan bapak gubernur supaya bapak gubernur juga bisa tahu di titik koordinat mana komodo itu berada," paparnya.
Upaya konservasi ini membutuhkan kerja sama semua pihak termasuk TNI/Polri yang akan memastikan keamanan lokasi konservasi.
Pemerintah berkomitmen untuk menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai lahan konservasi yang eksklusif dan tidak semua orang bisa masuk.
"Tapi orang-orang yang benar-benar 'terpilih' karena dia harus mampu membeli tiket yang kita patok (harganya) nanti," katanya.
Salah satu sistem yang dilakukan ini, kata mantan Kepala Dinas Pariwisata NTT ini, adalah dengan membuat membership dengan biaya seribu dollar per tahun.
"Itu sangat murah dan sudah ada 1.500-an orang yang sudah menelepon bapak gubernur untuk menjadi member."
Pemerintah juga akan menutup pintu masuk laut dari arah Bali dan NTB sehingga wisatawan hanya bisa masuk melalui Kota Labuan Bajo.
"Jika tidak mau nginap di darat, silakan nginap di kapal tapi kita kenakan charge sesuai berapa lama dia situ. Itu semua diatur."
Pemprov NTT berharap konservasi ini akan menjadikan TN Komodo salah satu tempat konservasi bermutu tinggi di dunia.
"Kita menghindari mass tourism atau turisme massal dimana semua orang bisa masuk. Ini salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Jadi harus butuh waktu, tenaga dan biaya. Tidak mudah orang mencapainya. Ini mimpi besar bapak gubernur," ungkapnya.
Dalam hal jumlah kunjungan, menurutnya, pemerintah lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas wisawatan.
"Orang-orang yang masuk ke dalam harus 'orang-orang terpilih'. Punya uang, punya apresiasi terhadap lingkungan. Yang boleh masuk ke sana orang-orang yang berkelas secara ekonomi, berkelas apresiasi terhadap lingkungan, berkelas dalam perlakuan terhadap komodo dengan baik. Orang bertanya jadi tidak semua bisa masuk? Namanya masuk ke dalam tujuh keajaiban dunia," jelasnya seraya menyamakannya dengan wilayah konservasi di Afrika.
Terkait upaya konservasi ini, Marius menyampaikan Gubernur NTT Viktor Laiskodat memang menghendaki agar wilayah itu tertutup. Jadi resikonya penduduk setempat harusnya dipindahkan. Hal ini akan disosialisasikan kepada masyarakat.
"Begitu masih ada orang di situ. Kemungkinan untuk menyimpang itu ada. Pasokan rantai makanan harus terjamin."
Ketika ditutup, pemerintah akan merekomendasikan wisatawan ke destinasi lain di NTT dan tidak terkonsentrasi di Taman Nasional Komodo. Ini menunjukkan NTT kaya akan tempat wisata kelas dunia.
"Kita mau supaya NTT dikenal semua tidak hanya tempat-tempat tertentu."
Kepala Dinas Pariwisata, NTT, I Wayan Darmawa dalam paparannya menggarisbawahi
NTT yang memiliki destinasi wisata kelas dunia seperti Sumba sebagai pulau terindah, Hotel Nihiwatu, Komodo, Kelimutu, Waerebo, Taman laut di Alor dan Nembrala Rote, Ikan Paus Lamalera, rumah adat dan kampung adat, serta tenun ikat.
Keunggulan lainnya, tandasnya, Provinsi NTT dikenal dengan toleransi terbaik, bandara dan pelabuhan laut terbanyak di Indonesia, dengan 14 bandara, ragam kuliner terbanyak, produk rumput laut dan kelor terbaik. Yang paling penting, kata dia, adalah bagaimana mengangkat hal-hal yang unggul dari NTT dan membangun kesadaran (awareness) wisata masyarakat NTT.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara juga mendorong pemerintah daerah untuk membuka lokasi wisata lainnya terutama daerah habitat binatang purba Komodo yang ada di wilayah daratan Flores bagian utara. Menurutnya, hal ini penting untuk keadilan dan kesetaraan pariwisata di semua daerah potensi wisata yang belum diberdayakan. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)