Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Minggu 19 Mei 2019 ''Membangun Budaya yang Tunduk pada Kehendak Allah''
Renungan Harian Kristen Minggu 19 Mei 2019 ''Membangun Budaya yang Tunduk pada Kehendak Allah''
“19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. 22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Efesus 2:19-22).
Kristus adalah Juruselamat gereja (bandingkan 5:23) dan karena itu gereja tidak hanya mewartakan keselamatannya, tetapi juga harus mempraktekannya dan hidup dari keselamatan itu.
Hukum Taurat yang dipakai sebagai alasan untuk membatasi kedua suku bangsa berbeda itu telah kehilangan kekuatan dan maknanya karena Kristus dan demikian perseteruan di antara mereka dihilangkan.
“14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, 15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,” (Efesus 2:14, 15).
Menjadi manusia baru di dalam Kristus inilah menjadi dasar penting nasehat-nasehat dalam surat Efesus.
Bagaimana ciri-ciri dari manusia baru itulah yang dijelaskan dengan baik dalam teks bacaan kita hari ini dari Efesus 5:1-21.
Enam hal penting menjadi ciri dari manusia baru pertama, gereja sebagai suatu persekutuan yang hidup dalam kasih dan rela berkorban, kedua gereja adalah persekutuan yang bertumbuh bersama, ketiga gereja sebagai persekutuan yang berada dalam proses pematangan, keempat gereja sebagai persekutuan yang hidup dalam kearifan budaya yang baik sebagai ciri anak-anak terang, kelima gereja sebagi persekutuan yang mempergunakan waktu dengan baik, dan keenam gereja sebagai persekutuan yang hidup dalam berpengharapan kepada masa depan.
1. Hidup dalam kasih dan pengorbanan.
Ini ciri gereja yang penting bahwa gereja sebagai suatu persekutuan yang hidup dalam kasih dan mempraktekan nilai rela berkorban seperti yang ditunjukan Kristus. Kristus sebagai model dan teladan semua hubungan dan relasi dalam gereja.
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih 2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.“
Pola hidup Kristus yang berkarya bagi kebaikan, dan rela berkorban bagi orang lain haruslah menjadi cerminan bagi semua relasi sosial dalam jemaat Efesus: relasi suami dan istri (Efesus 5:22-33); relasi anak-anak dan orang tua (Efesus 6:1-4); relasi hamba dan tuan (Efesus 6:5-9),
2. Bertumbuh bersama.
Gereja adalah persekutuan yang bertumbuh bersama dari orang-orang yang datang dari latarbelakang yang berbeda, dimana semuanya sama kedudukannya sebagai tubuh kristus yang saling memperlengkapi satu dengan yang lain (Efesus 4:12).
Tidak ada anggota gereja yang begitu hebat dan sempurna yang tidak membutuhkan orang lain, tetapi semuanya saling membutuhkan satu dengan yang lain.
3. Hidup dalam proses pematangan.