Pengakuan Seorang Terduga Teroris, Ada Rencana Ledakkan Bom pada 22 Mei

Pengakuan Seorang Terduga Teroris, Ada Rencana Ledakkan Bom pada 22 Mei, ini pengakuan terduga teroris berinisial DY yang ditangkap di Jepara.

Editor: Bebet I Hidayat
KOMPAS.com/Shutterstock
Ilustrasi bom 

POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Mabes Polri menayangkan sebuah video berisi pengakuan seorang terduga teroris berinisial DY yang ditangkap di Jepara, Jawa Tengah, Selasa (14/5).

Dalam video tersebut, DY alias Jundi alias Bondan mengaku akan melakukan serangan pada 22 Mei 2019. Dengan kata lain, ia berencana melakukan aksi amaliyah memanfaatkan momentum dimana KPU mengumumkan hasil rekapitulasi nasional Pemilu 2019 di tanggal yang sama.

DY mengakui dirinya telah merangkai bom dan berencana meledakkannya menggunakan remote control.

"Nama saya DY alias Jundi alias Bondan, saya memimpin beberapa ikhwan untuk melakukan amaliyah pada 22 Mei menggunakan bom yang sudah saya rangkai dan menggunakan remote control," ujar DY seperti dikutip dari video yang ditayangkan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (17/5).

Terduga teroris itu menyebut pada 22 Mei mendatang untuk melakukan aksi amaliyah, dimana terdapat isu akan dilakukan aksi people power sehingga akan terjadi kerumunan massa.

Lokasi penangkapan terduga <a href='https://kupang.tribunnews.com/tag/teroris' title='teroris'>teroris</a> di Jatikramat Jatiasih, Kota Bekasi.

Lokasi penangkapan terduga teroris di Jatikramat Jatiasih, Kota Bekasi. (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Selain itu, pengumuman KPU dinilainya sebagai momentum yang tepat untuk melancarkan serangan. Pasalnya, pesta demokrasi bertentangan dengan keyakinan dari DY.

"Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus untuk saya untuk melakukan amaliyah," kata dia.

"Karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya adalah sirik akbar yang membatalkan ke-Islaman. Yang termasuk barokah melepas diri saya dari kesyirikan tesebut," ucap DY.

Mabes Polri pun mengimbau masyarakat tidak melakukan aksi turun ke jalan pada 22 Mei 2019 atau saat KPU mengumumkan hasil rekapitulasi nasional Pemilu 2019.

"Pada 22 Mei, masyarakat kami imbau tidak turun (ke jalan), ini akan membahayakan," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal.

Imbauan itu bukan tanpa sebab, Iqbal menilai tanggal tersebut rawan dari ancaman aksi terorisme. Dari penangkapan sejumlahterduga teroris, diketahui aksi amaliyah akan dilaksanakan dengan memanfaatkan momentum 22 Mei tersebut. "Karena mereka (para terduga teroris) akan menyerang semua massa, termasuk aparat," kata dia.

FPI akan Turun dalam Gerakan Kedaulatan Rakyat 22 Mei, PBNU Ingatkan Jangan Main-main!

Prabowo-Sandi Unggul di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, Jokowi-KH Maruf Menang di DKI Jakarta

Aa Gym: Pemilu Ini Beda, Ustadz Yusuf Mansur Berbaik Sangka, Buya Yahya: Saya Tak Omong KPU Curang

Mantan Wakapolda Jawa Timur itu juga menegaskan adanya ancaman itu melalui sebuah video yang diperlihatkan kepada awak media.

Video itu berisi pengakuan seorang terduga teroris berinisial DY alias Jundi, yang mengaku akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei. Bahkan yang bersangkutan telah merangkai bom. Meski demikian, Iqbal meminta masyarakat tetap tenang.

Pasalnya Densus 88 sudah melakukan sejumlah antisipasi dengan penangkapan atau preventive strike. Selain itu, jenderal bintang dua itu menjamin pula pihaknya akan menjaga keamanan dan mengantisipasi segala aksi terorisme.

"Densus 88 tentu sudah memiliki strategi untuk itu semua sehingga Alhamdullilah beberapa hari lalu kita dapat melakukan upaya paksa kepolisian yaitu penangkapan terhadap kelompok ini. Kita tidak ingin ini terjadi, kita tidak ingin ini terjadi, sekali lagi, di kerumunan massa," pungkasnya.

Ilustrasi penangkapan terduga <a href='https://kupang.tribunnews.com/tag/teroris' title='teroris'>teroris</a>

Ilustrasi penangkapan terduga teroris

Ancaman di Yogya

Sementara itu, Kepolisian Malaysia menangkap tiga terduga terorisyang tergabung dalam ISIS ditangkap Selasa (14/5) lalu. Satu di antaranya warga negara Indonesia (WNI).

Kepala Kepolisian Malaysia, Jenderal Abdul Hamid Bador mengatakan dua warga Malaysia dan satu orang WNI ditangkap di Kedah dan Selangor.

Abdul Hamid mengidentifikasi dua warga Malaysia yang ditangkap bernama Muhammad Syazani Mahzan dan petani Muhamad Nuurul Amin Azizan.

Dua teroris tersebut menurut kepolisian Malaysia, pernah berlatih merakit bom kepada kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD) Indonesia di Yogyakarta.

"Kedua tersangka, berusia 27 tahun. Sebelumnya pernah mengikuti pelatihan perakitan bom yang dilakukan oleh kelompok teror Indonesia, Jemaah Ansharut Daulah Indonesia di Yogyakarta dengan seorang militan lain yang ditangkap pada bulan November tahun lalu," jelas Abdul Hamid.

Dia menambahkan para tersangka telah belajar untuk menghasilkan bahan kimia Triacetone Triperoksida (TATP) yang digunakan untuk membuat bom berskala besar dan bom mobil.

Sayang, Kepolisian Malaysia tidak menyebutkan berapa lama dua tersangka asal Malaysia itu datang, berada dan meninggalkan Yogyakarta.

Kedubes Amerika Serikat Ingatkan Aksi Teror Jelang 22 Mei, Ketua PBNU Sikapi Gerakan People Power

Ketua PBNU KH Said Aqil: Gus Dur Sudah Prediksikan Munculnya Ustadz-Ustadz Dadakan, Ini Ciri-Cirinya

"Mereka berdua pernah mengintai beberapa gereja di Yogyakarta untuk menjadi sasaran. Muhammad Syazani juga telah merencanakan untuk melancarkan serangan bom bunuh diri di sebuah rumah ibadah non-Muslim di Malaysia," katanya.

Sedangkan WNI yang ditangkap adalah seorang buruh bernama Nuruddin Alele alias Fatir Tir (34), ditangkap di Banting, Selangor. WNI ini disebut sebagai anggota sel 'kawanan serigala' ISIS yang akan beraksi saat bulan Ramadhan ini.

Polisi melakukan penangkapan terhadap terduga <a href='https://kupang.tribunnews.com/tag/teroris' title='teroris'>teroris</a> di Subang, berakhir dengan penembakan tersangka hingga tewas.

Polisi melakukan penangkapan terhadap terduga teroris di Subang, berakhir dengan penembakan tersangka hingga tewas. (tribunnews.com)

"Dia telah terkena ideologi ISIS di Irak dan Suriah selama lima tahun penahanan di Surabaya, Indonesia. Dia juga merencanakan serangan terhadap rumah ibadah non-Muslim di Lembah Klang," jelas Abdul Hamid.

Disebutkan juga oleh Abdul Hamid bahwa kedua tersangka asal Malaysia bernama Muhammad Syazani Mahzan dan Muhamad Nuurul Amin Azizan yang disebut sebagai pakar bom ini, pernah melakukan pengintaian terhadap sejumlah gereja di Yogyakarta.

"Kedua tersangka telah meninjau sejumlah gereja di Yogyakarta, Indonesia untuk melancarkan serangan," sebut Abdul Hamid.

Penangkapan ini dilakukan Kepolisian Malaysia menyusul kejadian sebelumnya saat penangkapan empat orang terduga teroris, dua etnis Rohingya, seorang Indonesia dan warga Malaysia.

Prabowo Serukan Visum Petugas KPPS yang Meninggal, Sandiaga Bilang itu Kewenangan Keluarga

PAN Nilai Prabowo Tak Bertanggungjawab Soal Pemilu Curang, Bara Hasibuan Beber Alasannya

Empat terduga teroris itu ditangkap awal bulan ini karena diduga berencana untuk menyerang candi dan gereja, dan membunuh sejumlah pejabat.

Dalam penangkapan empat orang tersebut, disita enam alat peledak berukuran panjang 18cm dan mampu membunuh ribuan orang, pistol 9mm CZ dan 15 peluru. Tiga candi di Kuala Lumpur yang menjadi sasaran, termasuk Batu Caves.

Dalam kurun waktu Januari hingga Mei 2019, Mabes Polri berhasil mengamankan 68 terduga teroris.

"Dalam kurun waktu Januari sampai dengan hari ini yaitu bulan Mei 2019, kamu melakukan upaya paksa kepolisian penangkapan terhadap 68 tersangka," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal.

(tribun network/dit/straits times/wly)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved