Kisah Peraih Nilai Tertinggi di Yogyakarta: Alexander Farrel, Auliansyah dan Virdiana Inggried

Siswa Tuna Netra Nilai 10 Matematika, Alexander Farrel Buktikan Keterbatasan Bukan Halangan untuk Berprestasi

Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
Kompas.com/kolase pos-kupang.com
Alexander Farrel, Auliansyah dan Virdiana Inggried Marwanti, tiga peraih nilai tertinggi di Yogyakarta. 

Anak pasangan Yusnita Ritonga dan Cholis Aunurrohman ini memilih fokus belajar untuk persiapan UNBK.

Meskipun demikian, dirinya tidak memasang target khusus meraih nilai terbaik Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) SMA jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

"Jujur saya tidak target, hanya coba jalani. Bismillah saya berusaha semaksimal mungkin," tegasnya.

Tak hanya itu, Auliansyah juga tidak pernah lupa untuk berdoa. Sebab, ia yakin, untuk bisa berhasil, segala usaha harus tetap diimbangi dengan doa.

Ia juga tidak egois dalam ilmu pelajaran. Saat belajar bersama dan ada teman yang kesulitan, Auliansyah dengan suka rela memberikan bantuan.

"Sharing ilmu dengan teman-teman. Saya yakin kalau sudah berusaha harus diimbangi doa dan amal," tandasnya

Auliansyah mengaku senang karena bisa meraih nilai terbaik UNBK SMA jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) DIY tahun 2019.

Ia pun tidak berpuas diri dengan hasil saat ini, sebab perjalanannya masih panjang.

"Salah satu motivasi saya, ingin membanggakan orang tua," ungkapnya.

Saat ini remaja berusia 17 tahun ini telah diterima di Institut Teknologi Industri 10 November (ITS) Surabaya. Ia diterima di Fakultas Teknik Industri melalui jalur undangan.

Metode belajar 

Prestasi yang diraih Auliansyah tidak datang begitu saja. Prestasi tersebut datang lewat perjuangan keras Siswa SMAN 1 Yogyakarta dalam belajar.

Auliansyah menjelaskan, setiap hari sepulang sekolah, dirinya refreshing baik bermain dengan teman maupun membuka media sosial. Setelah itu, selepas Maghrib dirinya mengikuti bimbingan belajar.

"Malamnya kalau masih kuat saya baca-baca lagi, sampai jam 22.00 WIB," urainya.

Saat tidak ada bimbingan, Auliansyah memilih belajar sendiri. Ia pun tidak pernah mematok durasi belajarnya. Namun, pernah Auliansyah belajar lebih dari empat jam.

Metode yang diterapkan oleh Auliansyah dalam belajar adalah mempelajari setiap mata pelajaran secara bertahap yakni per bab. Setiap bab yang dipelajari ditutup dengan menjawab latihan soal.

Setelah benar-benar menguasai, Ia lantas melanjutkan ke bab berikutnya. Auliansyah mempunyai target setiap bab selesai dalam waktu dua hari.

"Saya kuasai per bab, lalu latihan soal dari yang mudah sampai sulit. Kalau semua bab selesai saya buka latihan soal yang akumulasi semua bab," ungkapnya.

Ia pun mengaku jarang belajar dirumah. Auliansyah memilih lokasi belajar di luar rumah.

Sebab, baginya rumah menjadi tempat untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga.

"Rasa malas ya ada dan sering. Biasanya kalau sudah malas atau capek, tutup buku, refreshing main sama teman, atau main HP, pokoknya sejenak tidak membahas pelajaran," urainya.

Auliansyah mengaku mempunyai mimpi membuka usaha sendiri. Profit dari usahanya ini nantinya akan digunakan untuk membantu sesama yang membutuhkan.

"Perusahaan yang tenaga kerjanya orang Indonesia dan profitnya untuk membantu sesama. Saya ingin mempelopori orang berbuat baik untuk sesama," tegasnya.

Rencananya, Auliansyah bersama teman-teman sekolah lain akan mengelar aksi membagikan nasi bungkus untuk masyarakat yang membutuhkan. Aksi ini sebagai ucapan syukur kelulusan SMA.

"Besok Sabtu Kami akan bagi-bagi nasi bungkus sebanyak 1.300 di 13 titik," pungkasnya. 

Kisah Virdiana Inggried Marwanti

Virdiana Inggried Marwanti (18) yang mampu meraih nilai tertinggi UNBK tingkat SMK se DIY, saat ditemui di Rumahnya Bandung, Playen, Gunungkidul Jumat (10/5/2019).
Virdiana Inggried Marwanti (18) yang mampu meraih nilai tertinggi UNBK tingkat SMK se DIY, saat ditemui di Rumahnya Bandung, Playen, Gunungkidul Jumat (10/5/2019). (KOMPAS.com/MARKUS YUWONO)

Rumah sederhana di Dusun Bandung, Desa Bandung, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, beberapa hari terakhir menjadi perbincangan masyarakat karena gadis yang tinggal di rumah tersebut mampu meraih nilai tertinggi UNBK tingkat SMK se-DIY.

Dia adalah Virdiana Inggried Marwanti (18), siswi jurusan Akuntasi SMKN 1 Wonosari.

Meski belum diumumkan secara resmi, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY sudah merilis hasil UNBK tingkat SMK sederajat.

Hasil UNBK Virdiana Inggried Marwanti (18) sangat tinggi, yaitu 98 untuk Bahasa Indonesia, 96 untuk Bahasa Inggris, 97,50 untuk Matematika, dan 92,50 untuk Kompetensi Keahlian.

Dia bercerita selama menempuh ujian tidak ada persiapan khusus yang dilakukan. Bahkan, dia tidak mengikuti bimbingan belajar seperti siswa lain. Inggried hanya mengikuti pelajaran tambahan di sekolah dan belajar dari buku persiapan UN yang dibagikan oleh sekolahnya.

Saat mengikuti ujian dirinya tidak menyangka akan memperoleh nilai yang tertinggi di antara ribuan siswa SMK se-DIY.

"Pas ngerjain biasa saja. Malah enggak ada waktu ngoreksi ulang karena pas selesai waktunya sudah mepet," ujarnya.

Putri kedua pasangan Markus Sukarno dan Valentina Purwanti itu sudah diterima di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Jurusan Akuntansi Murni. Ia masuk di kampus tersebut melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Namun, dirinya mengaku masih mencari informasi agar bisa masuk Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN).

Inggried mengakui ketertarikan di bidang akuntasi sejak dia lulus SMP 2 Playen dan diterima di SMK 1 Wonosari.

Di tahun pertama sekolah, dirinya telah menjuarai cerdas cermat akuntasi tingkat nasional dua tahun berturut-turut, yakni 2017 dan 2018. Menurutnya, saat lulus SMP tahun 2015, ia ingin melanjutkan ke SMA 1 Wonosari. Namun, karena takut nilainya tidak mencukupi, ia mendaftar di SMK 1 Wonosari.

"Saya ingin bekerja di bidang keuangan, akuntan, ataupun perpajakan," ucapnya.

Kesehariannya ia habiskan layaknya remaja pada umumnya. Namun, ia mengaku jarang keluar rumah untuk sekadar bermain. Ia lebih suka berada di rumah dan memanfaatkan waktunya untuk menambah pengalaman atau ilmu. Ia juga bercerita suka membaca serta mengikuti kegiatan keorganisasian, seperti OSIS dan organisasi gereja.

Meski orangtuanya bukan berasal dari akademisi, ia berusaha untuk mencapai prestasi. Ayah Inggried bekerja di sebuah bengkel di Bantul, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga yang sesekali bekerja sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Valentina Purwanti, ibu dari Inggried, tidak menyangka jika putri keduanya mampu meraih prestasi tersebut. Valentina bercerita jika dia selalu memberikan motivasi kepada kedua anaknya untuk disiplin dalam belajar sejak mereka masih kecil.

"Dari kecil Inggried sudah bisa mengatur belajar," ucapnya.

Ia hanya menekankan mengenai keagamaan dan meminta anak-anaknya pasrah serta terus mengingat Tuhan.

Purwanti tak pernah menargetkan anak-anaknya untuk bekerja dalam bidang apa pun. Hanya dia berharap anaknya lebih baik dibandingkan pekerjaan orangtua saat ini.

Berkat dari Tuhan memang tengah dirasakan keluarga kecil ini. Selain Inggried yang berhasil memperoleh nilai terbaik, putri pertama pasangan suami tersebut ternyata juga baru saja lolos CPNS.

"Cita-citanya enggak muluk-muluk. Anak-anaknya bisa berhasil dalam bidang apa pun. Jangan sampai susah seperti orangtuanya," ujarnya.

"Inggried ke depan supaya jangan lupa bersyukur, dan rendah hati. Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMKN 1 Wonosari Susiyanti mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi dari Disdikpora DIY terkait prestasi tersebut. Untuk tingkat DIY, SMKN 1 Wonosari memiliki nilai rata-rata tertinggi, yakni 293,97.

Menurutnya, untuk para siswa yang duduk di kelas XII selama tujuh bulan mengikuti penguatan materi, dengan mengulang materi kelas sebelumnya serta mengikuti latihan ujian hingga penguatan secara mental.

"Tiga hari menjelang ujian kami melakukan fun game sehingga anak tidak tegang dalam menghadapi ujian," ucapnya.

Memang prestasi tahun ini di luar prediksi. Selain Inggried mencapai nilai tertinggi, puluhan siswa SMKN 1 Wonosari memperoleh nilai 100 untuk beberapa mata pelajaran dalam UNBK.

"Untuk Inggried, anaknya memang cerdas dan disiplin tinggi," ujarnya.

(Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Alexander Farrel, Siswa Penyandang Tuna Netra yang Raih Nilai UN Matematika 100 ", https://regional.kompas.com/read/2019/05/17/13120171/kisah-alexander-farrel-siswa-penyandang-tuna-netra-yang-raih-nilai-un?page=all.
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma
Editor : Khairina

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved