Kisah Peraih Nilai Tertinggi di Yogyakarta: Alexander Farrel, Auliansyah dan Virdiana Inggried
Siswa Tuna Netra Nilai 10 Matematika, Alexander Farrel Buktikan Keterbatasan Bukan Halangan untuk Berprestasi
Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
Farrel meyakini setiap orang mempunyai kekurangan masing-masing. Tetapi, di balik kekurangan itu, pasti punya kelebihan. Hanya, tinggal apakah orang tersebut mempunyai niat atau tidak.
"Ya dengan berprestasi, harapannya teman-teman difabel juga bisa termotivasi," katanya.
Sementara itu, salah satu guru SMA Negeri 3 Yogyakarta yang juga Wali Murid IPS 12 Padmana menyampaikan, selama di sekolah Farrel termasuk siswa yang aktif.
"Kebetulan saya mengajar sejarah dan ketika ada presentasi, Farrel sangat lancar. Tugas membuat power point dikerjakan dan bagus juga hasilnya," urainya.
Padmana melihat Farrel memang mempunyai semangat yang luar biasa untuk belajar. Di dalam kelas, Farrel cukup antusias mengikuti pelajaran.
"Dua semester kelas 12, nilai-nilainya memang bagus. Semangat belajarnya memang cukup tinggi," kata Padmana.
Kisah Auliansyah

Ramah, murah senyum, dan berjiwa sosial, inilah sosok pribadi Auliansyah Rizki Teknikade (17).
Tak hanya itu, remaja yang menempuh pendidikan di SMAN 1 Yogyakarta ini ternyata meraih prestasi yang gemilang.
Auliansyah menjadi peraih nilai terbaik Ujian Nasional Berbasis Komputer ( UNBK) SMA jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) DIY tahun 2019.
Di UNBK SMA Jurusan IPA, dari 4 mata pelajaran, Auliansyah Rizki Teknikade mendapatkan nilai 396. Mata pelajaran fisika, remaja 17 tahun ini mendapat nilai 100, mata pelajaran Matematika 100, mata pelajaran Bahasa Inggris 100, dan mata pelajaran Bahasa Indonesia 96.
Remaja kelahiran Yogyakarta, 29 Mei 2001 ini mengaku pada kelas X dan kelas XI lebih aktif berkegiatan. Selain itu, ia juga aktif di organisasi OSIS dan menjabat sebagai wakil ketua.
Saat duduk di kelas X dan kelas XI dirinya memang tidak terlalu giat belajar. Seperti layaknya pelajar pada umumnya, Auliansyah juga pernah tidur di kelas.
"Saya mempunyai komitmen, H-7 ujian baik semester atau ujian akhir fokus untuk belajar," urainya.
Setelah naik kelas XII, pria yang tinggal di Desa Nitiprayan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ini memutuskan untuk berhenti berkegiatan. Keputusannya ini seiring dengan habisnya masa jabatan wakil ketua OSIS.