Berita Pendidikan
Kajian Dosen UI pada Tenun NTT antara Tantangan Nilai Adat dan Ekonomis
Kain tenun menjadi salah satu warisan budaya Indonesia.Sayangnya, keberadaannya tidak sepopuler kain batik
Sedangkan strategi inovasi berbasis jejaring juga dilakukan para ketua kelompok tenun dan penenun dengan menjalin jejaring baik dengan perorangan (desainer), komunitas tenun dan pencinta budaya baik yang berada di dalam negeri atau luar negeri.
Nilai adat vs ekonomis
Model "open innovation" telah terbukti dapat mempercepat proses pengerjaan kain tenun dan meningkatkan akses pasar karena kain tenun yang diproduksi dapat diterima masyarakat secara luas.
Namun muncul tantangan dari inovasi terbuka ini. Ketua Kelompok Lepo Lerun Desa Nita, Alfonsa Horeng, mengatakan, hal ini membuat inovasi tenun tidak memenuhi nilai adat yang telah diwariskan leluhur sehingga kain dihasilkan tidak memiliki nilai bagi masyarakat adat.
• Awang Notoprawiro Dominasi Suara di TPS 18 Namosain
Hal ini juga ditegaskan Ketua Kelompok Tenun Na'ni House, Daniel David. Menurutnya, kain tenun dengan motif kontemporer dan pewarnaan kimia meski tidak memiliki nilai adat namun memiliki nilai ekonomis yang dapat membuka akses pasar bagi kain tenun dan penenun itu sendiri.
"Meskipun demikian, identitas kain tenun Sikka tidak boleh berubah. Oleh sebab itu dalam pengembangan kain tenun, meskipun motif dan pewarnaan dapat disesuaikan dengan keinginan pelanggan, tetapi harus tetap membawa ciri dari kain tenun Sikka dan tidak boleh dicampuradukkan," tegasnya. (*)