TRIBUN WIKI : Nale Simbol Kesuburan dan kemakmuran, Duli Gere, Duli Gere
Teriakan yang didominasi kaum pria itu terdengar membahana, memecahkan kesunyian malam itu.
Penulis: Frans Krowin | Editor: Rosalina Woso
TRIBUN WIKI : Nale Simbol Kesuburan dan kemakmuran, Duli Gere, Duli Gere...
PANTAI Mingar di Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, NTT, sontak berubah jadi lautan api pada Senin (25/2/2019) malam.
Warga berteriak-teriak kegirangan sambil menyebutkan duli gere, duli gere...
Teriakan yang didominasi kaum pria itu terdengar membahana, memecahkan kesunyian malam itu.
Suara yang bersahut-sahutan itu sontak membangkitkan semangat warga untuk segera menangkap nale yang sedang berenang di dalam kolam, di pinggir pantai desa tersebut untuk dibawa pulang.
• Pol PP Kota Kupang Datangi Dua Titik Pemeliharaan Ternak Babi
Nale bukan datang sendiri. Nale muncul di tepi pantai setelah tetua adat membuat ritual di koker desa itu.
Dalam ritual itu, tetua adat mempersembahkan seekor ayam betina berbulu hitam dengan aneka kelengkapan adat lainnya. Ritual itu dimulai sekitar pukul 10.00 Wita dan baru berakhir beberapa saat kemudian.
Ketika ritual itu dibuat, tanda-tanda akan muncul nale pada malam hari, terlihat secara kasat mata.
Olehnya tatkala jarum jam sedang bergerak menuju pukul 20.00 Wita, tetua adat desa itu mulai menyalakan kung sebagai penerangan utama pengambilan nale malam itu.
• Waspada! Tiga Perairan NTT Ini Tinggi Gelombangnya Mencapai 2,5 Meter
Kung merupakan ikatan daun kelapa atau daun lontar yang digunakan sebagai alat penerangan saat mengambil nale.
"Dulu, saat hendak mengambil nale, kita tidak boleh ribut. Semua orang yang duduk di pinggir pantai, diam sambil menunggu aba-aba dari tetua adat. Kalau tetua adat sudah menyalakan kung dan mengebas-ngebasnya ke arah laut, maka semua orang langsung berdiri lalu berlari menuju laut," tutur Ferdi Labi Muda, ketika ditemui Pos Kupang.Com di tepi Pantai Mingar, Senin (25/2/2019) malam.
Saat berlari itulah, katanya, kaum pria berteriak duli gere, duli gere. Duli gere itu sapaan terhadap nale yang diyakini sebagai hadiah dari sri ratu untuk kemaslahatan masyarakat petani di desa itu.
Mengambil nale, lanjut dia, harus dilakukan secara cepat. Dianjurkan menggunakan daun lontar atau tanpa bantuan alat apa pun.
• Dari SLB B Karya Murni Ruteng : Kami Ingin Anak-Anak Ini Punya Talenta dan Kemampuan
Tapi saat ini warga bebas menggunakan wadah apa saja untuk mengambil biota laut yang menyerupai cacing laut tersebut.
Hanya saja, hal haram yang harus dipatuhi oleh siapa pun saat mengambil nale, adalah tidak boleh memegang "pantat" wadah yang digunakan untuk menampung nale. J
ika pantangan ini tak diindahkan, maka sebanyak apa pun nale yang diambil dari pantai, nale itu akan mencair seluruhnya saat warga tiba di rumah.
• Akbar Tanjung Berkunjung ke Belu Hari Ini. Ini Tujuannya
"Ini hal adat yang kami junjung tinggi setiap kali musim nale tiba. Siapa pun tak boleh langgar karena risikonya seperti itu. Jadi kita tidak boleh pegang pantat wadah penampung nale.
Kalau tidak, cape lelah saat mengambil nale, terbuang percuma. Nale akan mencair dan hilang semua," ujarnya.
Setiap tahun, tutur Ferdi, nale muncul dua kali pada bulan berbeda. Muncul pertama antara tanggal 25-26 Februari dan yang kedua kali saat awal Maret, sekitar tanggal 7-8 Maret tahun berjalan.
• Ramalan Zodiak Hari Ini, Rabu 27 Februari 2019, Pisces Harus Bergerak, Taurus Kreatif
Nale muncul selama dua hari berturut-turut terhitung hari pertama. Seperti halnya muncul pertama pada Senin (25/2/2019) yang akan berlanjut pada hari berikutnya, Selasa (26/2/2019).
"Dulu, nale muncul siang hari. Tapi karena ada kesalahan adat, sehingga baru muncul pada malam hari. Jadi, nale itu muncul pada malam hari dan hilang keesokan harinya. Setelah itu muncul lagi pada malam hari kedua," ujarnya.
• Live Streaming TVRI Lazio vs AC Milan Semifinal Coppa Italia Jam 03.00 WIB
Pada malam pertama, tutur warga lainnya, yang muncul itu nale muda, nale yang masih berwarna kemerah-merahan. Tapi malam kedua, yang muncul itu nale besar, nale yang berwarna hijau kehitam-hitaman. Saat itulah warga mendapatkannya dalam jumlah yang lebih banyak.
Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, mengatakan, malam pertama pengambilan nale itu, masyarakat datang dari berbagai tempat.
• Beli Avanza Pakai Dana Desa, Oknum Kades di Sumsel Masuk Penjara
• Guru Olahraga di Malang Cabuli Siswi Saat Ganti Seragam, Sudah 18 Saksi yang Diperiksa
Selain warga Desa Pasir Putih dan sekitarnya, ada juga warga dari Lewoleba dan sekitarnya. Bahkan warga dari Ile Ape, datang menggunakan mobil-mobil pick up. Itu artinya, warga merindukan nale.
"Kita berharap nale sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran itu, membawa banyak manfaat bagi masyarakat daerah ini. Karena selain simbol tersebut, ada pula makna lain yang terkandung di dalamnya, yakni nale sebagai pengikat rasa persatuan dan kebersamaan," ujarnya sesaat sebelum ikut mengambil nale pada Senin malam itu. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Frans Krowin)