Kisah ABK Selamat Dalam Peristiwa Tenggelamnya KM Rahmat Ilahi
Delapan ABK KM Rahmat Ilahi yang tenggelam di Laut Timor, Provinsi NTT, Kamis (14/2/2019) pukul 01.00 Wita, selamat. Ini kisahnya.
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Adiana Ahmad
Kisah ABK Selamat Dalam Peristiwa Tenggelamnya KM Rahmat Ilahi
*Terombang Ambing 18 Jam, Selamat Berkat Jireken
Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Teni Jenahas
POS KUPANG.COM| BETUN- KM Rahmat Ilahi asal Makasar yang beroperasi mencari ikan di Laut Timor, Provinsi NTT tenggelam, Kamis (14/2/2019) pukul 01.00 Wita. Kapal yang dinahkodai Jabal Nur (48), tenggelam akibat dihantam gelombang tinggi disertai angin kencang di laut lepas.
Namun, delapan ABK termasuk nahkoda dalam kapal naas itu selamat. Bagaimana kisah delapan nahkoda itu bisa bertahan di tengah ganasnya gelombang laut dan dinginnya udara malam?
ABK bernama Hermanus Manafe yang ditemui POS-KUPANG.COM, JUMAT (15/2/2019), menuturkan, ketika kapal tenggelam kondisi sangat gelap, gelombang laut tinggi dan angin sangat kencang.
• Korban Kapal Tenggelam di Laut Timor Selamat, Ini Daftar Krew Kapal
• Selamat dari Kapal Tenggelam di Samudera Atlantik, Tujuh WNI Dipulangkan
Saat itu mereka tak berdaya karena posisi tenggelamnya kapal di laut lepas. Beruntung, mereka tidak panik dan saling menguatkan satu sama lain.
"Kami pasrah saja. Malam begitu gelap. Kami di tengah laut. Kami hanya pakai jeriken untuk bertahan," ungkap Hermanus.
Hermanus yang berasal dari Camplong itu ikut dalam kapal tersebut untuk menangkap ikan. Ia mengaku sudah sering ikut dalam kapal ikan tersebut.
"Kami sudah sering ke tempat itu untuk cari ikan tapi tidak ada kejadian. Ini kali baru kami dapat musibah," tutur Hermanus.
• Ternyata Beberapa Bencana Alam Dashyat Tahun 2018 Sebabkan Kondisi Dan Bentuk Bumi Mulai Berubah
• Dua Jenazah ABK Lang 01 yang Ditemukan Berhasil Diidentifikasi, Ini Identitas Mereka
Hermanus, mengungkapkan, tenggelamnya kapal yang mereka tumpangi berawal dari gelombang tinggi yang datang tiba-tiba. Akibat gelombang tinggi air laut masuk sampai ke mesin kapal. Seketika mesin kapal mati. Setelah terombang ambil sekitar 15 menit, kapal pun tenggelam.
"Kami tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan kapal. Kami tidak berdaya," kisah Hermanus mengenang peristiwa malam naas di Laut Timor tersebut.
Malam itu, tutur Hermanus, mereka menyerahkan hidup mereka sepenuhnya pada kemurahan Tuhan. Mereka hanya bisa menyelamatkan diri dengan cara berenang menggunakan jeriken yang ada dalam kapal.
Kebetulan dalam kapal naas itu terdapat banyak jerigen. Pertarungan mereka melawan ganasnya gelombang dan dinginnya air laut dimulai sejak tenggelamnya kapal, Kamis pukul 01.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita. Kurang lebih 18 jam mereka bertahan di laut dan bertarung dengan maut tanpa makan dan minum.
Di sela-sela perjuangan mereka bertahan di tengah gelombang, komunikasi mereka tidak putus. Mereka tidak panik dan saling mengingatkan satu sama lain agar tetap menjaga stamina. Untuk menjaga agar mereka tidak terpencar di tengah laut, mereka mengikat jeriken dengan tali agar tetap dalam satu titik.
Sekitar pukul 17.00 Wita, mereka melihat di kejauhan ada kapal yang sedang berlalu di tengah laut. Dua rekan ABK berenang menuju titik kapal guna meminta pertolongan. Upaya tersebut berhasil dan kapal asal Bali yang diketahui bernama KM Senjaya itu merapat ke lokasi mereka berenang. Mereka langsung dievakuasi ke kapal Senjaya.
Perasaan lega bercampur haru karena selamat dari maut. Mereka kemudia meminta agar dievakuasi di daerah terdekat. Permintaan mereka diamini nahkoda kapal asal Bali itu.
Akhirnya mereka dievakuasi ke Pantai Motadikin, Kabupaten Malaka yang merupakan daerah terdekat pada Jumat (15/2/2019). Selanjutnya mereka dibawa ke RSPP Betun untuk dirawat.
Hermanus merasa beruntung bisa selamat dalam peristiwa naas tersebut. Saat itu mereka hanya berharap mujizat. Mujizat itu pun datang lewat kapal asal Bali tersebut. (*)