Internasional

Selain Rudal Hipersonik, 4 Kapal Induk China Bakal Bertenaga Nuklir Tahun 2035 untuk Imbangi AS

Empat dari enam satuan tempur kapal induk China yang direncanakan telah beroperasi pada 2035 disebut bakal menggunakan tenaga nuklir.

Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
AFP/ANTHONY WALLACE/Taipe Times/Kolase Pos-Kupang.com
Kapal induk milik AL China, Liaoning. Inzet: rudal hipersonik China. 

POS-KUPANG.COM, BEIJING - Selain memiliki Rudal Hipersonik, setidaknya empat dari enam satuan tempur kapal induk China yang direncanakan telah beroperasi pada 2035 disebut bakal menggunakan tenaga nuklir.

Dilansir dari Kompas.com, hal tersebut merupakan salah satu upaya raksasa Asia itu dalam mengimbangi kekuatan angkatan laut AS. Demikian menurut para pakar militer di China.

Para pakar mengatakan, setelah mencoba untuk menyusul ketertinggalan dengan AS dalam teknologi kapal induknya selama beberapa dekade, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China kini telah semakin dekat untuk menyamai negara adikuasa itu.

Meski demikian, Beijing masih akan tetap tertinggal dalam hal pengalaman di pertempuran nyata dengan AS, yang telah banyak terlibat dalam peperangan.

Selain bertenaga nuklir, semua kapal induk baru China juga diharapkan akan dilengkapi dengan sistem pelontar elektromagnetik seperti yang digunakan oleh AS.

Sistem pelontar pesawat elektromagnetik milik AS, yang biasa disebut EMALS, mampu meluncurkan pesawat lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan sistem diesel yang sudah mulai ketinggalan zaman.

Aktris India, Naga Jhansi Ditemukan Tewas Bunuh Diri Kamarnya, Diduga Ada Keterlibatan Mantan Pacar

BREAKING NEWS: Tim Jatanras Polres Manggarai Bekuk 10 Pelajar SMA karena Terlibat Kasus Pencurian

Sinopsis dan Link Live Streaming Drama Korea Whats Wrong With Secretary Kim Episode 9

Saat ini China baru memiliki satu kapal induk yang telah beroperasi, yakni Liaoning, yang mulai bertugas pada 2012. Satu kapal induk lainnya, Tipe 001A, yang sepenuhnya dibuat di China, kini masih dalam tahap uji pelayaran.

"Kapal induk bertenaga nuklir China dengan sistem peluncuran mirip EMALS, diperkirakan akan mulai beroperasi dengan Angkatan Laut PLA pada 2035."

"Jumlah total kapal induk tersebut setidaknya enam unit, meski diyakini hanya empat yang akan ditugaskan di garis depan," ungkap Wang Yunfei, pakar angkatan laut, yang juga mantan pejabat di kapal perusak Angkatan Laut PLA.

"Negara ini harus terus berkembang hingga sampai pada level yang sama dengan AS," tambahnya, seperti dilansir SCMP.

Beijing bermaksud memperluas unit tempur kapal induknya demi memenuhi ambisi angkatan laut globalnya, serta mempertahankan kepentingan luar negeri yang terus bertumbuh.

Proses konstruksi kapal induk Tipe 002, yang bertenaga diesel konvensional dan yang pertama dilengkapi sistem peluncur elektromagnetik, telah dimulai tahun lalu.

Wang melihat Beijing tidak akan memangkas anggaran untuk pembangunan kapal induknya meski terjadi perlambatan perekonomian karena perang dagang dengan AS.

"Anggaran untuk modernisasi militer China tidak akan dipotong, bahkan jika (Beijing) memutuskan menyatukan kembali Taiwan (dengan kekuatan)."

"Dalam skenario perang, (Beijing) dapat memangkas pendanaan untuk infrastruktur, namun akan tetap meningkatkan pengeluaran untuk militer," ujar Wang.

Rudal Hipersonik

Rudal Dongfeng 16 (DF-16) milik China
Rudal Dongfeng 16 (DF-16) milik China (Taipe Times)

China juga disebut akan memiliki rudal balistik jarak menengah yang mampu menghancurkan dan menenggelamkan kapal induk AS pada 2020.

Dilaporkan China Times, rudal Dongfeng-17 merupakan rudal kelas menengah yang dapat menenggelamkan kapal induk AS, jika ditembakkan sebanyak delapan kali.

Jika roket tersebut dilengkapi dengan hulu ledak berpeluncur hipersonik, maka akan memiliki kemampuan menembus sistem pertahanan rudal AS maupun negara lainnya.

Chen Guangwen, pengamat militer China, mengatakan, Dongfeng-17 akan mustahil dilacak maupun dicegat menggunakan pertahanan misil Barat.

"Jika teknologi hulu ledak hipersonik Dongfeng-ZF telah disempurnakan, senjata tersebut bisa menjadi ancaman besar bagi jaringan pertahanan rudal AS," kata Chen, dikutip United Press International.

Dongfeng-17 adalah peningkatan dari Dongfeng-16B, rudal balistik jarak dekat bertingkat. Rudal balistik tersebut pertama kali diuji coba pada akhir 2017, bertepatan dengan operasi kebebasan navigasi yang dilancarkan AS di Laut China Selatan.

Menurut media China, Dongfeng-17 memiliki kemampuan membawa hulu ledak nuklir dan mencapai sasaran di mana pun di seluruh dunia dalam waktu satu jam.

Namun laporan tersebut juga menambahkan, senjata berpeluncur hipersonik itu untuk saat ini belum dapat digunakan menargetkan AS karena peluncur berkecepatan tinggi yang akan menjadi tak bertenaga saat motor roket terlepas.

Chen mengatakan, teknologi hipersonik baru akan diluncurkan militer China pada 2020 dan akan jauh lebih unggul dibandingkan Dongfeng-21D dan Dongfeng-26, yang juga dikenal mampu mengancam kapal induk.

Laporan media China mengenai pengembangan rudal hipersonik tersebut datang di tengah hubungan Beijing dengan Washington yang merosot hingga titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.

Tiga Kapal Induk

Januari lalu Kompas.com memberitakan, militer China disebut membutuhkan setidaknya tiga unit kapal induk yang mampu menampung pesawat, guna melindungi garis pantainya yang luas.

Selain itu, keberadaan armada kapal induk yang memadai dipandang perlu untuk memenuhi kepentingan negara dalam hubungan dengan luar negeri. Demikian disampaikan seorang pakar senior kelautan China.

"Negara kami memiliki sekitar 18.000 kilometer garis pantai. Selain itu, perekonomian kita adalah melihat keluar dan kepentingan luar negeri kita terus berkembang," kata Zhang Junshe, anggota Institut Penelitian Kelautan, Rabu (9/1/2019).

"Semua itu mengharuskan kita untuk dapat mengirim pasukan militer ke laut yang jauh untuk melindunginya."

"Dalam situasi ini, saya menilai kita memerlukan setidaknya tiga kapal induk. Tentu saja, tergantung pada perkembangan, jumlah itu bisa saja berubah," ujar Zhang saat pertemuan dengan media lokal dan asing.

November lalu, China Daily mengutip kantor berita Xinhua mengabarkan bahwa China telah memulai proyek pembangunan kapal induknya yang ketiga. Meski pihak kementerian pertahanan belum memberi konfirmasi.

Sementara Angkatan Laut China, saat ini baru memiliki satu kapal induk yang telah beroperasi sejak 2012, yakni Liaoning. Kapal itu merupakan kapal bekas Soviet yang telah berusia 30 tahun.

Kapal induk kedua, yang sepenuhnya dibangun di China, dengan nama Tipe 001A, juga telah diluncurkan pada tahun lalu dan kini sedang dalam masa uji coba berlayar.

Jumlah tersebut, jauh tertinggal dari AS, yang memiliki hingga 11 kapal induk. Namun China telah setara dengan Rusia, Perancis, India, atau Inggris dengan masing-masing memiliki satu kapal induk.

"Sejak Peran Candu pertama pada 1840 hingga berdirinya Republik Rakyat China pada 1949, kita telah menderita 470 kali serangan laut dari negara-negara Barat dan juga Jepang," kata Zhang.

"Kita tidak akan pernah tahun kapan kita akan kembali diserang. Jadi alasan utama kita memperkuat pertahanan adalah untuk memastikan keamanan kita," tambahnya, seperti dilansir AFP.

(pos-kupang.com/agustinus sape)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved