Berita NTT Terkini

Kisah Sukses Petani Mete Ilepadung, dari Budak Tengkulak Naik Tahta Jadi Raja di Pasaran

Kisah Sukses Petani Mete Ilepadung, dari Budak Tengkulak Naik Tahta Jadi Raja di Pasaran

Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Kisah  Sukses Petani Mete Ilepadung, dari Budak Tengkulak Naik Tahta Jadi Raja di Pasaran
ist
Jambu Mete

Dikatakan Maran, kacang mete dari desanya pernah menembus pasar dunia yakni ke Jerman dan Negara lainnya ketika didampingi Swiss Contct. Namun setelah terlepas dari Swiss Contact, petani setempat hanya focus  memenuhi permintaan pasar local yang terus meningkat.

Dengan menjual mete dalam bentuk kacang, katanya, harga yang diperoleh petani lebih tinggi yakni Rp 150.000,00 sampai Rp 175.000,00 per kilogram.

Dalam setahun, kata Maran, petani-petani di Desa Ilepadung dan sekitarnya mampu menghasilkan 140 ton/ desa mete basah dan 130 ton mete kering (setelah disortir).

Maran mengakui, produksi kacang mete masih terbatas pada home industry dengan cara-cara manual. Belum tersentuh teknologi terutama proses pemecahan kulit mete. Karena itu, produksi kacang mete masih terbatas. “Sehari rata-rata satu petani hanya menghasilkan 5 kilogram kacang mete. Kalau total bisa sampai 100 kg per hari. Sekarang kita sudah bisa kirim kacang mete sampai ke Jakarta dengan omset gelondongan sekitar  Rp 22 miliar per tahun dan dalam bentuk kacang sekitar Rp 1 miliar per tahun.  Permintaan pasar cukup tinggi sampai kami kewalahan memenuhi permintaan yang ada,”katanya. 

Petani juga memiliki posisi tawar cukup bagus dan memiliki kemandirian dalam menentukan harga tanpa ada kesewenang-wenangan dari pembeli dalam menentukan harga mete di pasaran, setelah bekerja sama dengan Jamkrindo.  Para petani mete di Desa itu sudah menjadi tuan, majikan atau raja untuk dirinya sendiri tanpa diperbudak oleh para rentenir.

 Soal kendala teknologi yang dihadapi petani terutama pemecah kulit mente, Kepala Cabang Jamkrindo Kupang, Ahmad Arifin mengatakan, pihaknya akan mencarikan solusi untuk memecahkan persoalan yang dihadpi petani mete binaannya.

Solusi itu bisa dengan konsep kolaborasi. Soal teknologi, kata Arifin, sesungguhnya, tidak sulit “Tinggal cari orang yang mempunyai integritas untuk kolaborsi. Jamkrindo bisa jadi penjamin atau penghubung,” tutup Arifin. (Laporan Reporter Pos-Kupang.Com, Adiana Ahmad)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved