Opini Pos Kupang

Kado untuk 60 Tahun, Jadikan NTT sebagai Gerbang Pariwisata

Demikian pula setiap insan pariwisata dan terlebih lagi para birokrat, baik di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Editor: Dion DB Putra
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Sejumlah kapal merapat di dermaga Loh Buaya di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (10/6/2016). 

Kesiapan anemitas adalah segala fasilitas yang terkait dengan kenyamanan wisatawan seperti akomodasi yang bersih, restoran yang higienis, shoping center, tour operator, tour guide, money changer, fasilitas umum yang terawat baik, fasilitas keamanan dan mitigasi bencana, lingkungan yang bersih, tempat parkir yang teratur, jaringan internet, dan fasilitas lainnya (baik yang bersifat soft maupun hard infrastructure) yang dapat memberikan rasa aman, nyaman dan tenteram bagi semua orang yang berkunjung.

Sensasi dengan kesiapan atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang prima dapat mempengaruhi keputusan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata untuk beberapa waktu lamanya. Semakin lama mereka berwisata maka semakin banyak devisa yang diterima oleh suatu destinasi. Inilah yang menjadi tantangan utama dalam pembangunan kepariwisataan di NTT.

Dinas Pariwisata NTT

Ketika opini ini saya tulis, saya mencoba membuka website Dinas Pariwisata NTT dengan maksud ingin mendapat informasi tentang kebijakan pembangunan pariwisata NTT terkini.

Namun saya harus kecewa karena website Dinas Pariwisata NTT ternyata tidak bisa dibuka, sampai pada titik ini, saya sudah bisa membayangkan betapa amburadulnya kinerja Dinas Pariwisata NTT mengingat di era teknologi informasi saat ini, website sudah menjadi ¨teras¨ utama informasi yang bisa diakses oleh publik.

Selain website yang tidak bisa diakses, Dinas Pariwisata NTT juga mendapat sorotan publik ketika di awal Tahun 2018 mewacanakan untuk menyelenggarakan lomba manusia terbang di Kabupaten Alor, wacana lomba manusia terbang ini mendapat banyak protes dari publik karena dianggap tidak masuk akal, rencana lomba manusia terbang pun dibatalkan (Pos Kupang, 26/2/2018).

Di penghujung Tahun 2018, Dinas Pariwisata NTT menyelenggarakan lomba blog dan video blog yang bertujuan untuk mempromosikan pariwisata NTT dengan tema NTT Exotic, pasca pengumuman pemenang, sebagian peserta lomba mengajukan protes atas hasil kerja para dewan juri yang dinilai tidak profesional, bahkan Ketua Dewan Juri dikenal sebagai fotografer yang tidak memiliki rekam jejak sebagai penulis blog (Pos Kupang, 11/12/2018).

Jika ingin kebijakan pembangunan pariwisata NTT dapat berkelanjutan maka menurut hemat saya, Dinas Pariwisata NTT menjadi SKPD pertama yang perlu dibenahi SDM maupun sarana dan prasarananya agar berbasis pada teknologi informasi.

Komodo

Rencana Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat untuk menaikan tarif masuk (retribusi) ke Taman Nasional Komodo (TNK) sebesar US$ 500 (Kompas, 15/12/2018) perlu dilandasi dengan kajian ilmiah yang mendalam dan sebaiknya dilakukan oleh para cendekiawan pariwisata dan ahli konservasi/ahli komodo.

Kajian ilmiah yang dilakukan oleh ahlinya akan sangat membantu Gubernur untuk mengambil keputusan yang tepat agar tidak ada yang dikorbankan dari rencana kenaikan retribusi tersebut.

Pertama, Komodo perlu dikonservasi karena merupakan satwa langka di dunia yang terancam punah dan merupakan satu-satunya di dunia yang hanya ada di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Gili Motang dan Pulau Nusa Kode yang merupakan bagian dari TNK.

Untuk alasan konservasi komodo maka tentu retribusi ke TNK tidak boleh murah, retribusi yang berlaku saat ini sekitar US$ 15 adalah tarif yang tidak logis untuk kepentingan konservasi komodo.

Kedua, kenaikan retribusi juga perlu mempertimbangkan dimensi dan karakteristik wisatawan! Dimensi pertama adalah dimensi waktu, dimensi ini merujuk pada lamanya seseorang melakukan perjalanan wisata terutama para wisatawan asing dari berbagai benua yang berkunjung ke TNK.

Dimensi kedua adalah dimensi ruang dan jarak (spasial), dimensi ini merujuk pada jarak yang ditempuh oleh seseorang untuk menuju suatu destinasi wisata (dalam hal ini TNK). Dimensi ketiga adalah dimensi tujuan wisata, dimensi ini merujuk pada motivasi atau latar belakang seseorang dalam melakukan perjalanan wisata.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved