Berita Kota Kupang

Julianto:Begini Cara Menjadi Guru dan Orangtua yang Berhasil

guru dan orangtua harus mampu menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan anak dan murid.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/LAUS MARKUS GOTI
Julianto Eka Putra saat membawakan materi dalam seminar 'Parenting and Milenial Teaching' di Hotel Swiss Belin Kupang, Kamis (29/11/2018) malam. Area lampiran 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Julianto Eka Putra, pendiri Sekolah Selamat Pagi, sebuah sekolah gratis di Kota Batu, Jawa Timur mengatakan, guru dan orangtua harus mampu menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan anak dan murid.

"Mereka harus mampu membuat anak dan murid merasa bahwa belajar itu menyenangkan," ungkap Julianto saat membawakan materi seminar 'Parenting and Milenial Teaching' di Hotel Swiss Belin Kupang, kepada ratusan guru dan orangtua di Kota Kupang, Kamis (29/11/2018).

Mendidik anak zaman mileneal, kata dia, tidak bisa dilakukan dengan pola mendikte, otoriter, apalagi dengan kekerasan baik verbal maupun fisik. Orangtua dan guru harus masuk menyelami dan memahami dengan sungguh seperti apa kondisi, tantangan, harapan, dan angan-angan anak dan murid.

Ia menegaskan, orangtua dan guru jangan sampai malah membuat perkembangan anak dan murid terhambat. "Jangan sebut anak atau murid anda goblok atau bodoh," tegasnya. Sebaliknya orangtua dan guru harus membangun semangat dan optimisme dalam diri anak dan murid.

Julianto lalu membeberkan bagaimana cara agar orangtua dan guru berhasil mendidik anak dan murid. "Kalian harus mampu membantu anak menemukan apa minat dan bakat mereka," ujarnya.

Ia mengingatkan, yang dilakukan adalah membantu menemukan bakat atau minat anak, bukan memaksakan apa yang diinginkan oleh orangtua atau guru. Menurutnya, hal itu tidak bisa dilakukan hanya dengan bertanya atau tes tertulis, anak harus dibimbing untuk mencoba melakukan berbagai hal baru dalam bidang apapun.

Tugas selanjutnya, kata dia, orangtua dan guru membimbing anak untuk mengembangkan minat dan bakat. "Jangan cepat putus asa, harus sabar. Biarkan mereka berkembang seturut bakat dan minat mereka," ungkapnya.

Ia mengatakan, orangtua dan guru hadir sebagai teman bagi anak dan murid dan tidak boleh malas mendidik anak. "Zaman sekarang para guru cendrung hanya memberikan materi pelajaran tapi lupa mendidik," ungkapnya.

Guru, lanjutnya harus bergaul akrab dengan murid, sehingga bisa mengenal murid dengan baik. "Kita harus kenal murid kita, karakter, sifat, kebiasaan dan seterusnya sehingga bisa memberikan pendidikan tepat," ungkapnya.

Orangtua, kata dia, harus sadar bahwa pendidikan bukan tanggung jawab guru saja. "Ini yang seringkali dilupakan. Banyak orangtua kurang peduli dengan pendidikan anak, padahal sebagian besar waktu anak, dihabiskan bersama orangtua," ujarnya.

Hal sederhana yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk pendidikan anaknya ialah, mendampingi anak saat mengerjakan PR, menanyakan pengalaman anak di sekolah, selalu menyediakan waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak.

"Orangtua dan guru itu harus bisa jadi tempat curhat. Kalau anak-anak curhat soal sekolahnya, teman-temannya atau kisah cintanya, jangan langsung dicut, dengarkan dulu dan pahami dengan baik," tegasnya.

Dengan perkembangan kemajuan teknologi dan informasi, dimana siapapun termasuk anak-anak bisa mengakses begitu banyak informasi, orangtua dan guru diharapkan menjadi detektif yang cerdas dan peka.

Ia menjelaskan, informasi yang dikases oleh anak-anak bisa mempengaruhi tingkah laku mereka. Jadi, kata dia, orangtua dan guru harus memantau setiap perubahan perilaku anak, cara bicara, gaya berpakaian, pergaulan, sikap dan seterusnya.

Di sela, membawakan materi, putra sulung Julianto, Stefanus Dominic Jevon, diminta oleh beberapa peserta seminar menceritakan seperti apa sosok Julianto di mata Stefanus.

Jevon yang tengah sibuk bercengkrama dengan beberapa peserta di barisan bangku paling belakang, tampak sedikit kaget saat ia dipanggil maju ke depan berkisah tentang ayahnya.

Mahasiswa jurusan bisnis manajemen salah satu universitas di Singapura ini, maju ke depan, diiringi sorakan gembira dan tepuk tangan dari peserta.

"Papi itu orang yang aneh dan unik. Cara mendidiknya lain dari yang lain. Awalnya Jevon bingung dengan didikan papi, tapi akhirnya Jevon sadar kalau papi luar biasa," ungkap Jevon. Julianto yang berdiri di salah satu mendengar pengakuan anaknya itu, tampak tersenyum haru. Para penonton pun larut dalam cerita Jevon.

Jevon mengisahkan, sewaktu ia masih sekolah, Julianto selalu memintanya Jevon bermain dengan teman-temannya, meski Julianto tau bahwa saat itu anaknya harus mengerjakan PR atau mempersiapkan diri untuk ujian.

Lama-kelamaan, kata Jevon, dirinya sadar bahwa, Julianto ingin agar Jevon bisa tumbuh menjadi pribadi yang lengkap. "Yah aku main petak umpet dan macam-macamlah sama teman-temanku. Jevon lalu sadar bahwa papi mendidik Jevon menjadi pribadi yang lengkap bukan sempurna," kata Jevon.

Menjadi pribadi yang lengkap, jelas Jevon, artinya membina diri tidak hanya secara intelektual, tapi juga emosional, sosial, dan spiritual. "Itulah yang dimaksudkan dengan pribadi yang lengkap, bukan sempurna tapi lengkap," tegas Jevon.

Suster Fidelia, guru dari salah satu taman kanak-kanak di Kota Kupang mengatakan, seminar ini sangat bagus, karena memberikan angin segar dan membuka wawasan berpikir orangtua dan guru bahwa mendidik dan mendampingi anak dan murid itu ada seninya. "Butuh ketekunan, kesabaran dan harus dijalankan dengan penuh cinta," ungkapnya.

Ketua panitia kegiatan, Pricillia Yuliana, ditemui Pos Kupang, usai seminar tidak menyangka jumlah peserta mencapai 600-an orang. Ia mengucapkan terima kasih kepada peserta yang hadir dan Dinas Pernah Provinsi NTT yang mendukung seminar tersebut.

Ia mengatakan seminar 'Parenting and Milenial Teaching' ini disponsori oleh PT. Harmoni Dinamik Indonesia bekerjasama dengan Sekolah Selamat Pagi Indonesia. Ia berharap seminar ini
bermanfaat bagi orangtua dan guru terutama dalam tugas dan tanggung jawab mereka mendidik anak dan murid. (*)

Area lampiran

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved