Berita Puisi
Ini Dia Puisi-Puisi Pos Kupang Minggu Ini
Setiap waktu berjalan dengan sangat menyenangkan,lembut sekali ia terasa di dadaku, Di saat yang sama keributan terjadi dimana-mana.
Penulis: PosKupang | Editor: Apolonia Matilde
Puisi-Puisi Siswa SMPK St. Joseph Freinademetz Kapan
Tak Ada Guru di Kelas
Oleh Sandra Natasia Liu
Setiap waktu berjalan dengan sangat menyenangkan,
lembut sekali ia terasa di dadaku
Di saat yang sama keributan terjadi dimana-mana.
Meja diketuk-ketuk, segala yang sunyi pecah di udara
memanggil semua orang yang dirindukan
Ruang dan segala kata berhamburan,
Tumpah ke halaman
Menyambut dan memegang segala rupa kebersamaan
Mari, kita duduk santai
Mari, kita bercanda saja
Sebab kita tidak akan tahu
Kapan lagi waktu berkumpul seperti ini akan tiba
Ributlah selagi kita masih bisa duduk bersama
(Mei 2018)
Bagaimana Caranya Menulis
Bahwa Harapan Tidak Ada di Sini?
Sebab, jika benar yang ada di sini hanya cinta kasih
Lalu ke mana penderitaan pergi dan menyembunyikan dirinya?
Jalanan menjadi sepi meski kulewati dengan sedih
Kapan waktuku akan habis?
Jika aku memutuskan berjalan tanpa tujuan
Siapakah yang ingin menjadi seseorang
Yang begitu penting dalam benakku?
Daun-daun jatuh
Aku merasakan letihnya ia jatuh
(Mei 2018)
Pengakuan
Oleh Putri Babys
Kami berbicara di sebuah sudut ruangan
Ia memakai jubah putih lengkap dengan stola berwarna ungu
Ketika kami selesai berbicara
Aku pulang dengan tubuh yang ringan
Aku merasa kakiku telah tiada
(2018)
Topeng Ajaib
Oleh Elen Angelin Talan
Wajahku tertutup kisah dari masa lalu
Wajahku tersamarkan
Tiba-tiba aku menjadi orang asing
Aku bahkan lupa siapakah diriku sebelumnya
Semoga saja kau tak akan mengenaliku lagi
Semoga orang-orang berhenti membicarakanku di belakang
Aku ingin menjadi orang lain
Aku yang awalnya sengaja menyamar
Hanya ingin topengku tidak kau ketahui
Ajaib memang perasaan manusia itu
(2018)
Puisi-Puisi Siswa SMP Frater Maumere
Air
Puisi C VaniaGoni
Diatas topangmu
Aku segera melebur
Merasakan setiap molekulmu
Bersorak menantikanku
Dalammu adalah dunia
Yang sunyi tak berbatas
Gemuruh air bersorak pada tebing
Mengalir pergi tak berbekas
Jantung nadiku
berpacu dalam detik kenikmatan
Peluh keringatku melebur bersatu
Dengan kerasnya klorinmu
Ingin kuciptakan sejarah terbaik
di atas ruang dan waktu
dengan berenang melaju dalam jernihmu yang mempesona
Hoax
Ilmu yang tiada batas
Membuat kepala panas
Memupus harapan
Menghapus masa depan
Wahai para pemikir
Janganlah engkau kikir
Bagikan ilmumu yang sahih
Bukan yang tak pasti
Wahai bukan pemikir
Bisakah engkau bilang tak tahu
Menahan ego untuk sok tahu
Menyebar info yang tak perlu
Zaman sekarang banyak hoax
Sulit bedakan benar dan salah
Wahai kawan janganlah gundah
Banyak membaca kau kan paham
Baik buruk itu pilihan
Mari tentukan dengan bijak
Jika berilmu pastilah siap
Menuju Indonesia bebas hoax
Pembuli
Aku memang baru di sini
Tapi bukan berarti siap dibuli
Ketika senioritas berkuasa
Akal dan rasa tak berdaya
Kakak kelasku
Di sini kita satu
Di sini kita sama
Menimba ilmu tuk masa depan
Bersikaplah seperti pelajar
Bukan pembuli
Ingatlah jasa pendidik
Jangan kecewakan mereka
Hari esok kan cerah
Damai membawa berkah
Berbela rasa berbudi pekerti
Menciptakan dunia bebas buli
Sekolah Impianku
Puisi Maria Laudri Amelia Wona
Sekolah adalah rumah keduaku
Suasananya tenang dan damai
Jauh dari bising dan riuhnya kota
Dikelilingi bunga, rumput, dan pohon hijau menjulang
Anak-anaknya ramah dan santun
Ketika langkah kaki memasuki gedung sekolah
Aku disambut dengan sapaan ramah insan manusia berpapasan
Susana keakraban tercipta diantara kami
Begitupun bapak dan ibu guru
Senyum ramah terpancar dari hati ke wajah
Membuat kami damai di sisi mereka
Dalam hati aku bertekad akan menjaga nama baik sekolahku
Kutuntun ilmu dengan cara yang santun
Akan kugapai harapanku untuk tiga tahun mendatang
Puisi-Puisi Milla Lolong
Hujan dan Ingatan
Ada beberapa hal yang melintas
Di dalam kepala ketika hujan
Ibu yang sedang menahan sakit
Tersebab ulah-ulah kita
Dan bapak yang sedang geram
Memandang laku kita
Ada beberapa hal yang terbayang
Ketika hujan
Semesta yang sedang mengintip
dengan sayu
Desahan dan strategi di ruang sepi
Sampai entah
Terpujilah engkau hujan dan ingatan!
(September, 2018)
Mimpi
Baiklah aku menjadikan
Rindu pada dada ingatan
Dan pecah di jantung mimpimu
"Pecalah mimpi di anak malam"
Maka jadilah rindu
Pada kenangan
Yang beranak pinak
(Oktober, 2018)
Adalah Engkau
(Kepada Pemilik Puisi)
Adalah engkau syair
yang takkan pernah
berhenti ku daraskan
Adalah engkau
Rindu yang tiada
Habis-habisnya
Ku puisikan
Adalah engkau sembahyang
Yang ku rapalkan di sudut sujudku
Kemari(lah)!
Tumpahkan rindu (kita)
Di lereng bukit (bukit)
Yang ranum ini
Sembari berbaring
Di tepi ombak yang setia
mengecup bibir pantai
Demikian kita
Pun saling
(Wade-Lembata, 13 Juli 2018)